Wattpad Original
There are 3 more free parts

{Bab1} Pesonamu

221K 7.5K 170
                                    

"Argh... agh...." Seorang gadis berkerudung hijau tua merangkak seperti harimau, matanya memerah. Barisan santri putri menatap ngeri gadis itu. Beberapa saling berbisik tentang bagaimana bisa gadis itu kesurupan. 

"Argh... pergi! Pergi kalian semua! Agh... agh...." Makhluk halus itu mengusir orang yang menatap dari kejauhan. Semua yang melihat berlari ketakutan. 

"Saya Amir. Kamu siapa, Mbah?" tanya seorang laki-laki berpeci hitam dengan sarung kotak-kotak. "Saya Mbah Sulastri. Saya penunggu pohon ini sejak lama," jawabnya sambil menunjuk-nunjuk pohon beringin samping kamar mandi santri putri. 

"Mbah, tolong keluar dari tubuh gadis ini. Dia tidak bersalah."

Mata gadis itu memandang penuh kemarahan. "Gadis ini bersalah. Dia meludah sembarangan di bawah pohon ini. Dia telah berperilaku tidak sopan!"

Lelaki itu mulai mendekat. "Maafkan dia."

"Agh... bilang ke gadis ini dan semua warga sekitar pohon ini untuk berperilaku sopan. Orang zaman sekarang tidak tahu tata krama. Jalan semaunya sendiri, lihat saja, besok akan celaka." Makhluk halus itu menatap seorang gadis yang berdiri di belakang Amir. "Saya ingin berjabat tangan denganmu. Saya kagum dengan pesonamu, kamu sangat sopan." Ia mengulurkan tangan ke depan gadis itu.

Amir memberikan kode untuk menjabat tangan. Gadis itu sedikit was-was.

"Ad-Addibba... M-Mbah...," jawabnya ketakutan. "Sini... mana tanganmu? Saya keburu kepanasan. Agh... agh."

Adiba meraih tangan terbuka gadis yang kesurupan. Matanya terpejam dengan tangan gemetaran. Sedetik kemudian, gadis kesurupan itu lunglai karena kehabisan tenaga setelah makhluk halus keluar dari tubuhnya. Adiba membantu gadis itu untuk bangun. Ia mengusapkan air doa pada wajah gadis itu.

"Bawa ke ruang kesehatan, Nduk."

"Baik, Abi."

Usai Adiba mengurus santri putri itu, ia memutuskan untuk ke kamar pengurus bagian keamanan. Kamar itu hanya berukuran 3 × 4 meter dengan empat orang penghuni.

Di samping pintu tertata rapi lemari yang tingginya hanya berkisar 1 meter. Ketika Adiba memasuki kamar, hanya ada satu pengurus di sana. Ia menyambut Adiba dengan senang hati.

"Bagaimana keadaan keamanan santri putri sekarang, Mbak Mas?" tanya Adiba to the point kepada gadis yang ia kerap panggil Mbak Masitoh.

"Besok kita akan mengguyur tiga santri putri yang ketahuan pacaran, Neng. Ini barang buktinya." Masitoh menyerahkan beberapa lembar surat, boneka Doraemon, dan tiga batang cokelat.

oleh Adiba.

* * *

Sial. Satu kata itu adalah kata paling tepat untuk menggambarkan perasaan seorang laki-laki. Beberapa menit lalu, ia diputuskan secara sepihak oleh gadis bernama Marisa. Ia ditampar Marisa di depan teman-teman sekelas karena gadis itu tahu bahwa dirinya hanya dipermainkan. Ini kali pertama ia ditampar oleh perempuan. Belum juga kekesalan mereda, abi dan uminya malah datang menjemput dan membawanya pergi dari sana.

Kurang lebih empat tahun ia tidak tinggal bersama orang tuanya. Ia lebih memilih tinggal di kediaman sang tante di Kebumen karena tidak ingin hidup di lingkungan pesantren. Menjadi anak kiai adalah bencana baginya. Ia tidak suka kekangan. Ia muak dengan anggapan orang bahwa anak kiai itu saleh, alim, kalem, dan serentetan lainnya.

Remaja laki-laki itu masih diam, tak sedikit pun menatap posisi duduk sang umi yang berada di samping abinya. Ia mengalihkan pandangan ke luar jendela. Pantang baginya menggubris nasihat orang tua, apalagi menuruti petuah yang membosankan baginya. Itu-itu saja, tidak pernah ganti. Monoton.

Sayap SurgakuWhere stories live. Discover now