Aku tak sadar waktu terus bergulir, semenjak telepon tadi terputus aku tak ingin memikirkan apapun selain Wonwoo yang teramat kucintai. Apalagi memikirkan Seungcheol, aku tak memiliki tempat bahkan waktu untuk itu. Hanya Wonwoo. Tak ada yang lain.

"Ahrim!" pekik Seungcheol dari luar. Aku tak peduli sama sekali. Aku masih merengkuh kakiku yang tertekuk diatas toilet. Hari sudah pagi namun masih terasa gelap, mungkin jam empat atau lima pagi. "Kau dimana?" teriak Seungcheol lagi.

Aku menatap ubin putih yang menjadi dasaran kamar mandi ini dengan kosong. Mataku sangat perih, sangat perih. Kepalaku begitu pusing dan berat. Nafasku tersenggal-senggal. Pikiranku kosong. Blank.

Aku bagaikan orang gila saat ini. Selama hampir tiga jam aku menangisi interaksiku dengan Wonwoo tadi. "Apakah kau mandi? Kau didalam? Kau tak apa?" teriak Seungcheol berkali-kali sembali mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Aku diam saja. "Boleh aku masuk?" kata Seungcheol.

"Tidak, jangan──" kataku pelan. Kau harap Seungcheol mendengar tolakanku tadi. Aku ingin sendirian sekarang. Aku tak ingin diganggu meskipun itu suamiku, Seungcheol. "Aku akan keluar," kataku lebih keras.

Aku mulai berjalan menuju pintu dengan tatapan kosong. Badanku terasa berat. Kepalaku pening dan mataku sembab, sangat sangat sembab. Aku segera membuka kunci pintu begitu aku meraih gagang pintunya. Segera membukanya dan mendapati Seungcheol yang bersandar di tembok. Menatapku yang menunduk lemah.

"Ada apa? Kau pucat sekali Ahrim. Kau tak apa?" katanya pelan mengikuti langkah kakiku. Aku hanya mengangguk. Kepalaku terasa berat, sangat berat. Aku merasakan badanku ikut berat dan pandanganku mulai buyar. Semakin aku memaksakan berjalan semakin buyar pula pandanganku. Aku ingin segera meraih ranjang dan berbaring disana, namun rasanya sangat jauh. Aku menyerah. Aku terjatuh disaat pandanganku benar-benar gelap. Aku bisa mendengar Seungcheol yang berkata dan memanggil namaku dengan pelan.

"Ahrim!"

---

"Bagaimana keadaannya?" tanya Seungcheol pada dokter yang menanganiku. Dokter itu tampak masih memeriksa keadaanku yang terkulai lemah dan terpejam di kasur hotel ini.

Dokter itu menghela nafas sebelum berbicara dengan Seungcheol. "Nona Yoon sedang stress, Tuan," kata Dokter itu.

"Apa yang membuatnya stress?"

"Entah, hanya nona Yoon sendiri yang tahu dan kau sebagai suaminya," kata Dokter itu mengintimidasi Seungcheol.

"Ah tidak Dok, kita baru menikah dan tanpa jalinan kasih jadi aku tak tahu benar apa masalah yang dihadapinya," jelas Seungcheol.

"Baiklah," kata Dokter itu mengerti. "Aku sudah menuliskan resep yang bisa kau tebus ke apotek terdekat nanti siang. Saya permisi Tuan Choi, selamat pagi!" kata Dokter itu berlalu meninggalkan ku dan Seungcheol.

"Selamat pagi, Dok!" kata Seungcheol menghantarkan Dokter itu keluar. Seungcheol mendekatiku sesaat setelah menutup dan mengunci pintu. Masih pagi. Hanya Seungcheol yang menungguiku, mungkin dia tak ingin membangunkan mama, papa atau mama mertua yang masih tidur.

Seungcheol duduk dipinggiran kasur. Menatapku yang masih tertidur dengan wajah pucat pasi. Dia menghela nafas berat, nampaknya merutuki kelemahanku tadi. "Pasti sedang memikirkan kekasihnya, dasar wanita yang mudah terbawa perasaan," katanya beranjak pergi.

Kini Seungcheol mengambil ponselku, mencoba mengotak-atik isi didalamnya. Membuka satu-persatu akun sosial mediaku. Dari Line, yang hanya berisi chat dari keluarga pasien dan teman kantorku. Lalu Kakaotalk, yang berisi chat dari teman-teman karena memang akun yang satu ini ku khususkan untuk pribadi. Jemari lentik Seungcheol beralih membuka akun Instagram ku yang berisi foto tak penting.

"Terkenal juga istriku ini," kata Seungcheol masih membuka aplikasi foto ini. Memuji akunku yang cukup terkenal. Memang meskipun unggahan instagram hanya dua puluh foto dengan dua foto candid Wonwoo yang sengaja aku unggah, aku memiliki seratus lima ribu pengikut. Cukup banyak untuk seorang gadis biasa sepertiku. Mungkin karena keaktifanku sebagai penyelenggara banyak acara kesehatan (yang menggunakan aku sebagai pihak humas), aku memang memiliki keuntungan sendiri disana.

Seungcheol mengamati satu persatu foto yang aku unggah hingga matanya tertuju pada sebuah foto hitam putihku. Sebenarnya bukan foto yang dia perhatikan, namun caption yang mungkin menarik untuk dia baca.

237

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

237.041 likes
rimyoon Aku tau saat ini aku sedang rapuh bahkan terjatuh. Mereka boleh saja berbicara atas kerapuhanku, namun mereka akan melihat siapa yang akan berdiri tegak disaat kerapuhanku ini jadi alasan kebangkitanku.
1607 comments
2 years ago

Seungcheol menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya tertuju pada fotoku yang lain dengan seorang Wonwoo sedang berjalan. Ya aku sangat ingat foto ini, kejutan ulang tahun (mantan) kekasihku ini. Aku dengan susah payah bersembunyi agar tak ketahuan namun tetap bisa mengabadikan momen indah bersama pujaan hatiku.

 Aku dengan susah payah bersembunyi agar tak ketahuan namun tetap bisa mengabadikan momen indah bersama pujaan hatiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

100.612 likes
rimyoon happy bithday❣
4701 comments
1 year ago

Tangan Seungcheol masih sibuk membuka-buka isi akun Instagram milikku, akal licik keluar dari pikiran suamiku itu, untuk mengunggah sebuah foto. Seungcheol mulai men-transfer beberapa foto dari ponselnya ke ponselku. Memilih-milih mana yang bagus lalu dengan cekatan mengunggah pada akun Instagram milikku.

"Kalau yang tersayang pada akhirnya bukan yang terbaik untuk dimiliki."

Soft Of VoiceWhere stories live. Discover now