"Abis gue bosen dirumah, yaudah gue kesini aja sekalian ntar berangkat bareng" Eza menyeringai kemudian membuka lemari baju Melody tanpa pamit.

"Pinjem baju yak. Hehe"

"Ambil aja. Tapi awas berantakan"

Dapur berantakan parah, kemarin malam setelah adegan menangisnya Melody. Kedua manusia berstatus keluarga Ogis itu masak besar. Bukan, tidak seperti yang kalian fikirkan. Masak besar seorang anak SMA yang tidak pandai memasak, iya. Itu cuma mie goreng 2 bungkus dan telor ceplok mata sapi yang gosong karena Melody lebih fokus untuk memandangi Rangga daripada telornya. Ditambah dengan sebotol fanta dan sprit serta pop cron yang menemani mereka menonton film conjuring sampai malam.

"Mel kucing tetangga ya?" Eza melotot memandangi isi dapur yang kacau.

"Kucing? Apa'an sih lo za" Melody mengikat kuda rambutnya, hendak mencuci beberapa piring kotor.

"Iya kucing tetangga kan masuk kerumah lo, terus berantakin ini semua. Liat deh sumpa kacau banget!" Omel Eza.

"Dih. Tetangga sebelah mana ada kucing sih. Ada mah anjing noh, si puge" Puge itu nama anjing galak milik tetangga sebelah.

Eza hanya menggelengkan kepala, mencoba membantu merapikan seisi dapur yang berantakan. Sedangkan Melody masih sibuk mencuci. Sudah siang begini Rangga masih belum menampakkan batang hidungnya. Eza terus memandangi kamar Rangga dari ujung dapur.

"Rangga masih tidur ya mel"

"Auk dah"

"Bangunin gih, bentar lagi sekolah kan" Eza melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10.30. Kelas 11 SMA Alber masuk jam 11.00.

"Gak ah, lo aja"

"Ih masih aja kaku"

Melody menyipitkan mata menatap Eza, kata-katanya sama persis dengan apa yang dikatakan Rangga sejak pertama kali ia menginjakkan kaki didalam kamar tuan muda besarnya itu.

"Rangga kebo bangun lo" Eza berteriak, kakinya sudah melangkah pergi. Gadis itu membuka pintu yang tidak dikunci, kemudian menerobos masuk kedalam.

PRANGGGG!

"RANGGA ya'ampun" Teriakan Eza dari kamar Rangga membuat Melody tercekat. Gadis itu buru-buru lari kearah kamar Rangga. Saat ia sudah ada diambang pintu kamar Rangga yang terbuka.

"Astaga! Ada apa sih" Melody tidak masuk dia hanya meneriaki kedua orang didepannya.

Rangga duduk dikasur dengan nampan besi dibawah kakinya, sedangkan Eza berdiri mematung disebelah Rangga. Wajahnya kaget, mungkin karena nampan itu terjatuh. Sedangkan cowok itu hanya diam dan memandang Melody yang masih berdiri diambang pintu.

"Hhehh" Rangga berdecak, matanya beralih pada nampan besi dibawahnya.

"Ini mel si rangga. Masak pas tau gue yang bangunin dia langsung ngelempar itu" Eza menunjuk nampan itu dengan ujung matanya. Melody memperhatikan tapi tetap tidak masuk kedalam kamar Rangga. Baginya jika ada hal yang tidak penting dan tidak mengharuskan dirinya masuk, dia tidak akan masuk kedalam kamar tuan muda besarnya. Setidaknya gadis itu masih tau posisinya. "Heh rangga! lagi mabok lo ya!"

"Mabok karena orang didepan gue gak ngerti-ngerti" Rangga masih tidak menatap Melody. Matanya berlarian kesegala arah, dia beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi dan Eza terpaku heran, sedangkan Melody berdecak sinis.

Jangan kaku lagi, lo melody gue sekarang. Apapun bebas lo lakuin, jangan takut. Masalah mama, gue yang hadepin, lo cuma harus berada disamping gue. Cukup titik gak pake koma, apalagi tanda tanya. Ngerti!

Seakan menelan ludah, Melody jadi ingat perkataan Rangga semalam. Cewek itu tau alasannya, Rangga marah karena Melody masih tidak mau menjamahkan kakinya ke lantai kamar Rangga. Kaku? Iya, itu masih ada didiri Melody. Cewek itu akan selalu ingat posisinya.

Beberapa menit kemudian setelahnya.

"Yuk mel" Ajak Eza, mereka berdua menuruni anak tangga untuk bergegas pergi kesekolah.

Rangga keluar kamar, cowok itu juga sudah siap berangkat sekolah. Tapi bajunya seperti biasa tidak dikancing, dan sepatunya kali ini berwarna biru. Rangga menatap kedua gadis itu menyalipnya, Eza menatap cuek Rangga, sedangkan Melody juga tidak berusaha menyapa.

Pertengkaran? Pasti ada, seperti saat ini.

Cinta? Itu tetep ada, dan sampai kapanpun gak akan pernah berubah.

Persahabatan? Ya, seperti mereka.

Sendra? Oh, wanita itu sampai terlupakan. Waktu sudah dekat, minggu sore wanita itu akan datang dan semua akan kembali normal.

Melody? Gadis itu menghela nafas panjang berkali-kali, sungguh tidak adakah hari dimana cinta kita benar-benar damai ngga. Gue rasa kita gak jodoh?

Rangga? Cowok itu menatap punggung Melody dari belakang, Setidaknya lo ikut berjuang bareng gue mep. Gue akan memaksa meski kita gak jodoh!

Eza? Cewek itu sesekali menoleh kebelakang menatap Rangga, Kapan mereka bisa akur? Gue harus ngelakuin sesuatu? Tante sendra? Kecelakaan itu?

***

Eng-Ing-Eng.. Hello guys gimana? Butuh saran dan kritiknya dong buat lanjutin cerita gue yang ini. Hehe mentok nih mimin =D

Ohya jangan lupa vote ya teken bintang yang ono noh! Biar berkah =)

So,
Thanks guys. Lanjut baca part selanjutnya ya, Respon positif. Oke!

REASON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang