10

9K 574 5
                                    

Melody masih diam tidak bergerak dari tempatnya, saat itu ia mendengar langkah kaki mendekat. Melody ingin pergi segera, tapi tidak bisa karena kakinya serasa kaku dan tidak dapat digerakkan.

"Lo gak harus nahan perasaan lo sendiri. Ada gue disini, gue selalu sama elo" Suara itu semakin dekat, Rangga berdiri tidak jauh dari Melody. Kini jarak mereka hanya dipisahkan oleh 3 anak tangga.

Melody merasa pipinya basah, cewek itu meneteskan air mata. Ucapan Rangga seakan menusuk jantungnya, menutup seluruh rongga pernafasannya dan membuat fikiran Melody penuh dengan nama Sendra.

Saat kaki Rangga ingin mendekat lagi, tangan Melody langsung memberi isyarat stop.

"Mel lo gakpapa" Saat itu Rangga mendengar isak tangis dari Melody. Tangannya ingin menyentuh gadis itu tapi urung karena Melody menoleh tiba-tiba. "Mel" Ucap Rangga semakin pelan, nada suaranya serak seperti menahan sesuatu.

Air mata Melody semakin membanjiri pipinya. Dia tidak kuasa menahan tangis, bagaimanapun juga gadis ini akan bicara jujur pada Rangga malam ini.

"Gue kenapa-kenapa" Isak tangis Melody semakin kencang, Rangga mendekat satu langkah kearah Melody. Cewek itu makin menggeram, tangisnya meledak.

"Mel" Rangga tercekat lagi saat mendapati Melody langsung terduduk dianak tangga. Wajahnya ditutupi dengan kedua tangan. Rangga melangkah lagi duduk disamping Melody yang meringkuk dengan tangisnya.

"Gue takut ngga, gue takut" Suara Melody terdengar samar-samar. Kulit punggungnya serasa disentuh oleh tangan Rangga, seperti ditepuk-tepuk.

"Jangan takut, ada gue" Ujar Rangga pelan, cowok itu mencoba menaikkan dagu Melody keatas agar bisa dilihat oleh Rangga. "Jangan nangis lagi, jelek" Tambah Rangga mengusap sisa air mata Melody dan gadis itu berhasil tersenyum sipul.

"Gue rindu melody dulu, melody yang selalu ceria" Ujar Rangga, kali ini matanya menatap lurus ke mata Melody "Melody yang mencintai gue, melody yang sayang sama gue" Tambahnya membuat hati Melody semakin berdegub.

"Rangga"

"Hemm" Rangga menopang dagu, masih menatap sosok cantik Melody.

"Gue boleh ngomong atau enggak?"

"Enggak"

"-eh" Melody menggaruk pipinya kemudian menatap Rangga lagi salah tingkah.

"Lo diem aja udah cantik apalagi kalau ngomong aduh makin"

"Makin apa"

"Makin bikin hati gue merinding, jangan! Jangan ngomong"

Melody terkekeh pelan, sebutir air matanya mengalir kembali. Cewek ini rindu Rangga, cewek ini masih mencintai Rangga dan cewek ini masih memiliki perasaan yang sama. Iya Melody yakin perasaannya, dia tidak bisa berbohong lagi.

"Rangga"

"Hmm"

"Lo masih sama kayak dulu"

"Masih lah. Masih ganteng kan" Rangga menyisir jambul rambutnya dengan jari tangan. Melody terkekeh lagi, air matanya sudah kering sejak tadi. Bahkan tidak usah diungkapkan pun Rangga akan mengerti bahwa gadis itu masih mencintainya.

---

Tirai kamar Melody dibuka lebar, pancaran matahari pagi sangat silau menandakan jam sudah hampir siang. Cewek itu menguap lebar, hari ini jumat. Jam masuk siang di SMA Alber karena seluruh ruang kelas 11 akan digunakan untuk rapat orang tua wali kelas 10.

"Melody" Terdengar suara cempreng Eza masuk kedalam kamar, Melody menoleh. Gadis itu sudah rapi dengan seragamnya.

"Buset udah rapi aja. Jam berapa neng" Melody duduk dipinggiran jendela yang dibuka. Pakaian yang dikenakan masih babydoll, rambutnya berantakan karena baru bangun tidur, dan matanya? Sembab. Iya, karena tangisan semalam.

REASON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang