9

9.5K 564 6
                                    

"Gue tadi cuma mau bilang kalau gue gak bisa ngelindungin lo hari ini, tapi besok bisa" Rangga tersenyum menatap kearah Melody, pipi gadis itu merona. Rasanya Rangga ingin terbahak tapi tidak bisa karena wajah babak belurnya membuatnya kesakitan, bahkan untuk sekedar tersenyum dia memaksa. "Satu lagi melody sayang, mau gue kena anemia atau segala penyakit apapun gak masalah asal gue masih bisa liat lo so fine"

Deg. Jantung Melody berhenti sesaat, beberapa detik kemudian gadis itu tersadar akan sebutan sayang.

"Sayang-sayang pala lo peang" Melody menoyor kepala Rangga pelan.

"Peang gue udah ninggal, jangan disebut sebut ah"

"Ishh itu eang!"

"Hehe iya tau" Rangga tersenyum diikuti oleh senyum sipul Melody diujung bibirnya.

Setengah jam kemudian.

"Melody" Eza berteriak dan masuk kedalam ruang uks bersama Firza dan Remi.

Melody mendongak, dia menaruh mangkuk berisi bubur yang ia beli dari kantin beberapa menit yang lalu.
"Lo gakpapa kan" Eza memeluk Melody, diikuti Remi yang juga memeluknya. Melody mengangguk, mengisyaratkan bahwa dirinya tidak apa-apa, kemudian menatap Firza yang sudah mengelus rambut Melody.

"Syukurlah" Mendengar penuturan Firza, Melody tersenyum lagi.

"Gue enggak dipeluk gitu" Rangga merentangkan tangannya, mencoba mengehentikan tatapan Melody dan Firza.

"Dih enak aja" Eza memeletkan lidah. "Ih mangkanya jangan berantem-berantem, tuhkan wajah lo jadi makin jelek" Tambah Eza berhasil membuat Remi terkekeh pelan.

"Ganteng gini kaya lee min hoo dibilang jelek" Rangga memandang keatas, alisnya berkerut, mencoba menyamakan gaya dengan aktor korea yang disebutnya.

"Idih amit-amit. Oppa gue tuh, jangan disama-samain ah sama lo" Eza menggeliat geli, artis itu sering ia sebut saat dulu sering bermain bersama Rangga dan Melody.

Melody terkekeh mendengar mereka berdebat, diikuti oleh Remi yang sejak tadi menyenggol lengan Firza karena bengong melihat keakraban yang aneh dari mereka.

"Mel udah makan?" Tanya Firza mengalihkan pandangan kembali kearah Melody.

"Udah tuh" Bukan Melody yang menjawab tapi Rangga yang sudah memajukan dagunya menunjuk dua bungkus bubur kacang ijo diatas meja.

Firza memandang Melody dengan tatapan ingin pergi. Melody mengangguk kemudian pergi meninggalkan Rangga, Eza dan Remi didalam ruangan.

"Lo beneran udah makan" Tanya Firza lagi. Mereka sedang bertengger ditembok uks.

"Udah kok"

"Lo gakpapa kan" Ucap Firza, tangannya menyentuh pelan pipi lebam Melody.

"Udah gakpapa kok santai" Melody menyeringai kuda, pipi atasnya menggembung seperti bakpau.

"Hhmm" Firza manggut-manggut, seperti ada yang ingin ia katakan. "Mel"

"Iya"

"Lo udah lama kenal sama tu cowok"

"Siapa? Rangga"

"Iya siapalah itu"

"Emm enggak, baru tadi" Jawab Melody berbohong, dia tidak bisa begitu saja menceritakan bahwa dia sangat kenal dengan Rangga. Cukup Remi, tidak untuk yang lain, Melody butuh waktu.

"Baru tadi tapi kok lo nolongin dia"

"Gak salah kali nolongin orang" Melody tersenyum, kali ini dia menatap mata Firza.

REASON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang