#4

8.4K 802 24
                                    

#4 Hey, I just met you

Savanah menaiki tangga sambil berlari, ia tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya yang menatapnya heran. Gara-gara pria sepedah tadi, Savanah benar-benar terlambat sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 10.35 saat Savanah sampai di depan kelasnya.

Ujian sudah dimulai. Dokter Roro, dosennya yang terkenal killer sudah berkeliling kelas sambil mengawasi jalannya ujian. Ragu-ragu Savanah menekan gagang pintu dan memberanikan dirinya memasuki ruang kelas. Gawat jika ia tidak ikut ujian Patologi kali ini, bisa-bisa ia tidak lulus tepat waktu, jadi Savanah memutuskan untuk menghadapi Dokter Roro dan segala macam omelannya.

"Maaf dok saya terlambat."

"Keluar! kamu tidak boleh ikut ujian saya," dengan tegas Dokter Roro mengusirnya dari ruangan.

Savanah menghela nafas pasrah. Kalah telak, bagaimana bisa hanya ia yang terlambat sedangkan teman-teman satu gengnya sudah duduk manis di dalam ruang ujian. Padahal tadi malam mereka menghabiskan waktu di pub bersama-sama. Bahkan Vega sampai mabuk.

Savanah duduk di depan ruang kelas menunggu ujian selesai. Ia harus mengemis di depan Dokter Roro agar bisa ikut ujian susulan. Entah ibu tua tersebut akan mengabulkannya atau tidak, yang penting dicoba saja dulu. Kebetulan Savanah juga belum belajar, jadi ia membuka-buka modul yang telah didownloadnya lewat ponsel dan membacanya.

"Savanah."

Ketika sedang asik membaca perubahan histopatologi penyakit DBD, seseorang membuka pintu kelas dan memanggil namanya. Siapa gerangan yang sudah selesai mengerjakan ujian Patologinya Dokter Roro dalam 5 menit. Savanah mendongak untuk melihat orang tersebut.

Oh my god, batin Savanah.

Gadis itu langsung mengatupkan mulutnya yang tiba-tiba saja ternganga melihat sosok yang berdiri di depannya saat ini.

That prince, my half blood prince.

Apa yang sedang pria tampan itu lakukan di sini. Terlebih di kelasnya Dokter Roro. Sepertinya Dokter Roro tidak terlihat seperti orang yang memiliki hubung dengan pria tampan macam pria ini.

"Eh, kok lo bisa ada di sini?" ujar Savanah. Tidak heran sih pria itu berkeliaran di kampusnya, percakapan terakhir yang Savanah ingat pria itu adalah seorang dokter yang ingin mengambil studi lanjutan.

"Iya, aku bantu-bantu Ibu Roro ngasih kuliah," pria itu tersenyum manis. "Aku gak nyangka bakal ketemu kamu, ternyata kamu masih mahasiswa ya, aku kira kemarin sudah umm bukan lagi mahasiswa," pria itu tertawa renyah saat mengetahui Savanah masih menyandang status mahasiswa.

"Ah itu, gue eh... saya juga lupa ngenalin diri," Savanah meralat perkatannya, sepertinya tidak etis ngomong 'gue-elo' dengan seniornya.

"Gak usah formal banget, aku suka gaya bicara kamu yang di pub kemarin."

Oh rasanya Savanah mau meleleh mendengarnya.

"Kita ujian di ruangan ku aja ya."

Savanah mengekori pria itu menuju sebuah ruangan kecil yang tidak begitu bagus. Entah apa yang pria iru bicarakan dengan Dokter Roro sehingga dirinya diizinkan mengikuti ujian meskipun terpisah dengan teman-temannya. Savanah merasa sangat beruntung sekaligus berterimakasih dengan pria itu.

Soal ujian Patologi Dokter Roro memang selalu sulit. Hanya 10 nomer tapi susahnya minta ampun. Savanah hanya berhasil menyelesaikan 7 nomer dengan jawaban pas-pasan. Pangeran tampannya pun sama sekali tidak membantunya tadi.

"Jawaban kamu lumayan, nilainya pasti memuaskan." ujar pria berdarah campuran indo jepang tersebut ketika membaca lembar jawaban Savanah.

"Haha ya, saya harap juga begitu. Ngomong-ngomong kita belum berkenalan secara resmi loh, saya juga belum tau nama kamu."

"Oh ya? jadi selama ini aku belum ngenalin diri?" pria itu tertawa manis. "Panggil aja Mugo."

"Mugo? kayak nama sejenis minuman* gitu deh," Savanah mengingat-ingat merek minuman yang pernah dibelinya.

"Haha, bisa aja. Ngomong-ngomong mau makan siang bareng?"

Wah beruntung banget Savanah kali ini.

"Boleh, mau makan apa?"

"Aku lagi pengen masakan jepang, ramen atau sushi yang enak disekitar sini ada gak ya?"

"Ummm... aku tau tempat ramen yang lumayan enak disekitar sini."

"Oke, aku mau menemui Dokter Roro dulu sebentar, setelah itu aku hubungi," Mugo tersenyum manis sambil mengacungkan ponselnya.

Savanah mengangguk menuruti permintaan Mugo dan memilih menunggu di bangku depan ruangan dosen. Savanah mengecek ponselnya dan membuka group chat, ia ingin mengetahui kabar teman-temannya.

Calon Dokter Kece

Savanah : Woy, pada udah kelar belum?

Tidak ada yang menjawab. Sepertinya teman-temannya belum selesai mengerjakan ujian maut tersebut. Karena asik menatap layar ponselnya, Savanah tidak sengaja menabrak dada bidang seseorang.

Saat mendongakkan kepala Savanah tertawa datar. Ia menggumam dalam hati, orang ini lagi.

"Oh lo mahasiswa kedokteran? angkatan berapa? kok gue ga pernah liat ya?" Savanah menuding pria di depannya yang sama sekali tidak menunjukkan statusnya sebagai mahasiswa. Pria itu hanya mengenakan sweater longgar dan celana bahan dibawah lutut.

Lelaki itu menghembuskan nafas, sepertinya ia juga tidak menginginkan pertemuannya dengan Savanah. Mata hazelnya memindahi Savanah dari atas hingga bawah. Bukannya menjawab pertanyaan yang Savanah ajukan, alih-alih lelaki itu malah menjulurkan tangannya seperti meminta sesuatu. Wajahnya datar, hanya kelereng matanya yang menatap Savanah dengan tajam.

"Apa?" ujar Savanah yang bingung dengan perlakuan lelaki itu.

"id card sepertinya terjatuh tadi."

Tepat ketika Savanah ingin membuka mulutnya, Mugo datang menyelamatkannya dari tatapan tajam pria aneh itu.

"nggak tau, gak liat," Savanah berlalu meninggalkan Tama dan berlari kecil ke arah Mugo.

* : Maksudnya Mogu-Mogu, minuman berasa macem-macem yang ada di minimarket. Bukan promosi loh ._.v

SAVANAH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang