Bagian 3

929 160 19
                                    

Happy reading ♡

"Wow! Membawa mangsa baru, Kai?" Ujar seorang berambut hitam yang sedang berdiri menyandarkan punggungnya di bagian pintu masuk. Kulitnya yang bersih seakan tak mau kalah dengan mantel putih yang sedang ia kenakan.

Kai sama sekali tak menghiraukan pertanyaan orang itu. Ia hanya berlalu melewatinya. Benar-benar tidak jauh beda dengan sifat yang ia perlihatkan pada Krystal sebelumnya.

Lain halnya dengan Kai yang terkesan maskulin, sexy dan sekaligus misterius dengan kulit tan-nya, laki-laki ini lebih memperlihatkan sisinya yang baik dan terbuka terhadap orang baru. Itu bisa Krystal rasakan saat dirinya memasuki ruangan ini dengan disambut senyuman ramah darinya. Membuat Krystal sedikit terpesona akan ketampanannya.

Saat ini Krystal masih terkagum-kagum akan keindahan tempat yang didatanginya ini. Kedua matanya menyapu seluruh ruangan dari pangkal hingga ujungnya. Sampai ia lupa kalau tubuhnya masih berada di punggung Kai.

Sulit bagi Krystal untuk menyebut tempat ini sebagai bangunan. Karna memang tidak terbuat dari kayu dan batu bata seperti layaknya orang-orang membangun rumahnya.

Percaya atau tidak, beberapa menit lalu saat Kai bilang padanya bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan, Krystal sempat heran karna yang dilihatnya tidak seperti yang ia kira. Yang ada di pikiran Krystal kala itu adalah sebuah gubuk ataupun sejenisnya.

Tapi yang akhirnya ia temui adalah dua buah batu besar yang terletak berdampingan di tengah telaga berair jernih. Ditambah pula adanya tiga air terjun di sisi kanan telaga tersebut.

'Tidak ada rumah disini, Kai.' Ujar Krystal.

'Aku tidak mengatakan kalau disini ada rumah, bukan?' Seperti itulah jawaban singkat Kai.

Benar juga, Kai memang tidak mengatakan apapun selain hanya memintanya untuk ikut dengannya.

Lagi-lagi sebuah pernyataan yang bisa membungkam Krystal. Dan berakhir dengan kepasrahan gadis itu. Toh ia hanya akan mengikuti Kai untuk sementara. Tidak ada salahnya jika memang harus tidur di dalam gua. Pikir Krystal seperti itu.

Dan Tarraaaaa!!!

Tempat yang ia sebut gua tadi itu benar-benar-sangat-diluar-ekspektasinya. Perlu di garis bawahi, this-is-not-the-cave-anymore!

Bagaimana bisa disebut gua kalau tatanan dan keindahnya menyerupai istana? Saat di depan tadi batunya memang terlihat tak seberapa besar dan terkesan biasa saja, tapi sangat berbeda saat kita memasukinya.

Istana bernuansa putih alami dengan banyak stalaktit dan stalakmit dimana-mana. Sangat luas dan tinggi dengan banyak tangga berputar. Membuat Krystal pusing saat harus membayangkan ia berlari dari bawah sini ke ujung atas sana ataupun sebaliknya. Ditambah lagi dengan pilar-pilar berukir yang seolah muncul dengan sendirinya dari dalam tanah hingga menjulang tinggi menembus langit-langit.

"Ini gila!" Gumam Krystal. Matanya sama sekali tak berkedip.

"Bagaimana bisa ada istana semegah ini di dalam sebuah batu?" Ia tak berharap Kai akan menjawabnya, lebih tepatnya pertanyaan ini adalah untuk dirinya sendiri.

"Bisa turun dari punggungku sekarang, nona?" Tanya Kai datar saat kakinya sudah menginjak bagian tengah ruangan.

Krystal terkejut, membuyarkan kekagumannya akan tempat ini.

[KAISTAL] LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang