14 - END

764 78 36
                                    

Washington DC, January 11th, 3 years later


"Katt, I think it's time to say goodbye. Live your previous life."

"Then, this is your final decision? To end it like this?"

"Aren't you the one that wants this?"

"You know I can't. Zayn, you've been meaningful to me lately."

"Yeah, it's just meaningful right? You know what, Katt? Let me tell you something. Believe it or not, I really think, I have fallen for you. I finally can move on to you. And you? You just hesitated for being with me."

"But why"

"I can't believe it either. Surprised? Why do you think that I accept to drop and take you anywhere? Why do you think I am happy doing this and that currently? I started liking being with you, Katt. Really."

"Zayn"

"No need to answer, just go out, and we're over. Case closed and do not keep in touch so I won't have a feeling for you anymore. Thank you, Kattelians. You've been great."

Langsung saja Kattelians menggelengkan kepalanya untuk menyadarkannya dari ingatan yang sangat tidak ingin ia simpan di pikirannya. Percakapan yang bahkan seharusnya tidak menimbulkan bekas dalam setelah ia melaluinya. Percakapan yang membawa dia pada salah satu penyesalan hebat dalam hidupnya.

Sudah beberapa tahun terakhir, percakapan itu terus terngiang dalam kepalanya. Bahkan, dirinya bisa membayangnya wajah dan bibir pria itu saat dia mengucapkan kata demi kata tanpa harus berniat untuk membayangkan. Betapa inginnya pria itu menghindari mata mereka bertemu saat ia memutuskan semuanya. Betapa tidak teratur napasnya saat dia mengakhiri kontrak di antara mereka berdua saat itu juga.

Hhh, betapa Katt merindukannya.

Lagi, langsung saja ia menggelengkan kepalanya berkali-kali. Tidak, Kattelians. Kau tidak merindukannya.

Tetapi, betapapun kuat dan seringnya gadis itu membantah, semua orang tau kalau ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia memang benar-benar merindukan dia.

Yah, bahkan walaupun Katt sendiri tidak tau apa yang membuat dirinya merindukan orang yang dulu benar-benar ia sesali pertemuannya dengan dirinya.

"... Believe it or not, I really think, I have fallen for you. I finally can move on to you...."

Ngh. Katt mendesah.

Ia putuskan untuk berhenti berimajinasi dan mulai memindahkan satu persatu tumpukan barang-barang yang akan dibawa kembali ke UK. Jelas, dia lebih memilih menggunakan kata 'UK' atau 'Inggris' daripada 'London', karena ternyata begitu kuatnya kata 'London' di pikirannya. Bahkan, ketika seseorang menyebut kota itu, ia bisa langsung terdiam dan seakan-akan ingatan tentang pria itu kembali masuk ke pikirannya.

Untuk yang kesekian kalinya, Katt menggelengkan kepalanya lagi.

Yah, memang. Hari ini adalah hari yang sebenarnya sudah dinanti-nantikan olehnya, tetapi ini juga merupakan hari yang sangat tidak diinginkannya untuk datang. Apalagi, mengetahui bahwa ia akan sampai di sana pada hari ulang tahun pria itu. Tidak mungkin jika dia tidak diseret untuk datang oleh Niall.

Pria itu.

Maksudnya, Zayn.


***

London, January 12th, 3 years later


Di tempat dan hari yang lain, pria yang selalu ada di pikiran Katt sedang tersenyum sangat manis di atas tempat tidurnya. Betapa senang dirinya ketika melihat banyak sekali ucapan untuk dirinya yang sedang berulang tahun pada ponselnya. Terlebih, senyumnya sangat mengembang ketika ia membuka satu chat room yang berlabel lover. Bahkan, senyumnya tidak berkurang sedikitpun ketika ia sudah membalas pesannya.

Pria ini, Zayn, kembali menutupi dirinya dengan selimut dan memejamkan matanya. Hatinya sedang dalam kondisi sangat senang sehingga bibirnya tidak tahan jika tidak tersungging. Mengingat apa yang Niall sampaikan padanya membuatnya tidak sabar untuk bertemu dengan gadis yang sangat ia cintai itu. Rasanya ingin cepat-cepat malam hari dan cepat-cepat tiba di bandara saat ini juga.

Saat dirinya sudah hampir pulas kembali, pintu kamar apartemennya dibanting oleh sekumpulan manusia yang langsung datang dan mengguncang tubuh Zayn hingga bangun. Niall, Louis, Liam, Harry, dan Kylie langsung meniup terompet keras-keras kemudian terjungkal ketika menarik selimut Zayn dan melihat Zayn tidak mengenakan apa-apa.

"Happy birthday, naked man!" teriak Niall yang langsung menutup mata Kylie dengan kedua telapak tangannya. Harry melempar selimutnya kembali pada Zayn yang langsung dibalas dengan kekehan.

"Happy thirty fifth birthday, stupid," kekeh Kay yang langsung mencium pipi kiri dan kanan Zayn, diikuti oleh Louis yang langsung ditempeleng olehnya.

"Terima kasih," kekeh Zayn. "Mungkin ini terlalu pagi, guys."

"Who cares, fool. You know we are famously busy," celoteh Louis. "Bercanda."

Zayn terkekeh lagi, "halo, Kay. Aku tidak tau kau kembali secepat ini."

"Yah, sebenarnya ini kejutan tapi kau tampak tidak terkejut." Kylie menaruh hadiah darinya di atas selimut Zayn. "Dari aku dan Raine. Dia tidak bisa datang."

Zayn mengangguk. Ia mengucek matanya karena pada kenyataanya dia masih mengantuk. Menyadari itu, teman-temannya memutuskan untuk meninggalkan Zayn untuk beristirahat karena mereka tau malam ini akan menjadi malam yang indah untuknya.

"Zayn, we're leaving." Niall membuka pintu untuk mereka semua. "Aku boleh ikut menjemput your lover malam ini? Ya, ya? Aku merindukannya."

Liam mendesis, "biarkan mereka berduaan dulu, Ni. Kau seperti tidak tau saja."

Niall berdecak, "oke, terserahlah."

Zayn terkekeh, "oh, iya. Kay, aku lupa sesuatu."

Tangan kanannya membuka laci di sebelah tidurnya sementara tangan kirinya menahan selimutnya agar tetap di tempat. Setelah menemukan barang yang dicari, Zayn melemparkan itu kepada Kay yang tersenyum menunggu di pintu karena sudah tau apa yang akan Zayn berikan padanya.

"Aku akan datang." Mata kanan Kay berkedip sebelum ia menutup pintu kamar apartemen Zayn rapat.

Sedetik kemudian, Kay memunculkan diri lagi di sela-sela pintu, "congrats on your wedding plan!"

Kalimat barusan membuatnya tersenyum lagi. Kantuk di matanya hilang begitu ia memikirkan gadis yang sudah lama tidak ditemuinya itu. Gadis yang sangat ia cintai. Bahkan, ia tidak pernah mencintai seseorang seperti ini. Dengan seseorang menyebut namanya saja sudah bisa membuat Zayn tersenyum. Gadis yang akan menjadi istrinya sebentar lagi.

Benar-benar sebentar lagi. Undangan pernikahan mereka sudah disebar ke seluruh keluarga, sahabat, dan selebriti lainnya. Hari pernikahannya bisa dihitung menggunakan jari tangannya. Betapa inginnya Zayn berada di sebelah gadis itu sekarang juga.

Lagi, jarinya mencari-cari barang yang sama di laci sebelah tempat tidurnya. Setelah mendapatkannya, ia membuka undangan pernikahannya sendiri dan membaca ulang untuk yang ke sekian kalinya. Bagian favoritnya, saat ia menutup undangan itu dan tertera kata ZIGI di antara kedua tangan mereka yang membuat bentuk hati.

KatteliansWhere stories live. Discover now