8

1.8K 208 26
                                    

KATTELIANS'S POV

Aku meninggalkan sejumlah uang di atas meja dan segera bangkit mengejar Zayn yang hampir memasuki mobilnya. Tanganku memberi kode untuk menunggu ke Liam yang langsung mengangguk mengerti. Setelah sampai aku langsung memasuki mobil Zayn, mengunci pintunya, membiarkan Zayn menatap tajam ke arahku. Aku tidak tau apa yang aku lakukan. Aku tau aku tidak menyukai Zayn, tapi entah mengapa aku peduli padanya. Apa yang ada dalam dirinya yang membuatku seperti ini? Jika Zayn adalah orang lain mungkin aku akan pulang saja bersama Liam.

"Kattelians, apa lagi maumu?" Tangan Zayn melewatiku, menarik ke atas kunci di pintu mobil. "Di sebelahmu adalah pintu keluar, pergilah."

"Oh, aku mau berdebat lagi denganmu," ucapku, mengambil ponselku di dalam tas dan memperlihatkan suatu berita kepadanya. "Karenamu, ada namaku juga di sana."

Zayn membacanya. Itu adalah berita yang entah di dasarkan oleh kesimpulan siapa, mengatakan bahwa Zayn keluar dari One Direction atas permintaanku. Bisa, ya, mengambil kesimpulan cepat seperti itu? Itu yang menyebabkan aku sangat benci dunia entertain.

"Ini yang membuatku membenci dunia ini." Zayn menyerahkan kembali ponselku. "Katt, I am sorry."

Zayn menyandarkan kepalanya di atas stir, matanya terpenjam. Kulihat air mata mulai berjatuhan di pipinya, entah untuk yang keberapa kali dalam hidupnya, yang jelas ini makin membuatku peduli padanya. Dadanya turun naik, mengambil nafas, dan menghembuskannya lagi tidak beraturan. Aku tau, ia benar-benar tidak mau melakukan ini. Hanya dia yang tau kenapa ia memutuskan hal ini.

Mungkin aku membuat keadaannya menjadi lebih buruk lagi.

"Zayn," panggilku. "Let me hug you."

Zayn menoleh ke arahku dan membiarkanku memeluknya. Ia mungkin belum bisa bicara apa-apa saat ini.

Dari kaca depan aku melihat Liam menatapku sambil memasuki mobilnya. Mungkin dia sudah tau apa yang terjadi. Tangannya seperti menunjuk sesuatu, dan ternyata arahnya ke beberapa pejalan kaki yang sedang mengambil foto diriku dan Zayn. Juga Liam. Aku tidak akan heran melihat apa yang ada di berita nanti.

"Kita sedang difoto, Zayn," bisikku. Tanganku mengusap-usap punggungnya. "Keep romantic."

Zayn menggeleng, "aku sudah tidak mau melakukan ini."

"Tapi aku sudah berjanji akan membawamu kembali," ucapku. "Dan kau harus kembali."

"Berjanji kepada siapa?"

"Pada diriku. Untuk penggemarmu," balasku. "Kau sendiri yang bilang bahwa setiap mereka berharga untukmu, but you are losing them slowly."

"Aku tau...." Zayn menarik nafas dan melepas pelukannya. Ia menatapku, lalu mencium bibirku pelan. Mungkin aku akan membiarkannya melakukan apa yang ia suka selama aku bersamanya. "Terima kasih, Kattelians."

"Kau akan kembali?"

Zayn mengangkat bahunya, "tidak."

"Ayolah?"

"Aku...," ucap Zayn. "Tidak bisa menarik keputusanku yang baru saja kuputuskan begitu saja."

"Oh, aku tau kau bodoh," decakku. Tanganku membuka kalender di ponselku. "Ini tanggal 1 April, Zayn."

"..."

"Kau tau apa yang harus kau lakukan." Aku menepuk punggung Zayn, dan tersenyum kepadanya. "Aku akan membiarkanmu sendiri."

"Kau mau kemana?" Zayn mengangkat alisnya.

"Pulang bersama Liam. You, take care." Aku mengeluarkan tubuhku dari dalam mobil Zayn dan kembali menutup pintu mobilnya.

KatteliansWhere stories live. Discover now