13 - skipping chapter

1K 123 22
                                    

A month later.

Bulan ini sudah menjadi bulan yang sangat memuakan bagiku karena kegiatanku benar-benar hanya untuk keperluan Simon Cowell yang sedang membuat kisah bagaimana aku bisa menjadi model. Yah, mungkin sama seperti Zayn, it's getting real hard. Terkadang aku benar-benar tidak menerima hidupku jadi seperti ini. Kehidupan ini benar-benar jauh dari bagaimana kehidupan yang aku pikirkan.

"Besok kita selesai, Kattelians." Dari belakangku muncul Simon Cowell berbicara padaku tanpa menoleh. "Setelah itu, mainkan dramanya. Sisanya terserah kepadamu."

Aku hanya mengangguk sambil menatap kepergiannya.

Pria yang baru duduk di sebelahku mengalungkan tangannya di leherku, "sedikit lagi, ya?"

Aku menoleh, kemudian tersenyum. Zayn. "Sepertinya. Apa yang kau lakukan?"

"Simon memintaku untuk menjemputmu. Kau sudah selesai?"

Yah, jadi begini ceritanya. Simon bekerja sama dengan manajemen, berpura-pura tidak mengizinkan Zayn keluar dari band tiba-tiba. Betul, itu untuk mendapat suara penggemar. Simon berkata, Zayn boleh mengambil keputusan saat kontrak band dengan manajemen habis, dimana waktunya sisa 4 hari dari sekarang. Itu disambut gembira oleh penggemar yang mengira Zayn akan mengubah keputusannya ketika masa berpikirnya habis. Tetapi, Zayn sudah memutuskan dan aku benar-benar sudah tidak akan mengganggu keputusannya lagi. Ia akan keluar. Ia sudah benar-benar serius.

Beberapa waktu yang lalu, dia menyempatkan diri bertemu dengan keempat lainnya. Saat itu terjadi, keadaan benar-benar gila. Twitter sangat ramai dan penggemar mengira Zayn kembali. Padahal tidak, Zayn hanya mencoba bicara pada teman-temannya. Dan singkatnya, kontraknya dengan band dan manajemen sudah akan benar-benar diputus-- 4 hari lagi, walaupun belum ada penggemar yang tau.

Selama Simon masih menjadi atasan Zayn, tidak ada yang bisa dilakukan selain tetap menuruti keinginannya. Maka dari itu Zayn di sini, menjemputku.

Yah, dramanya. Drama antara aku dan Zayn. Aku tidak mau berpikir tentang ini, tetapi, 4 hari dari sekarang, kami boleh memutuskan akan mengakhiri atau meneruskan drama ini.

Haha. Mungkin ada yang bertanya-tanya bagaimana sebenarnya perasaan kami satu sama lain. Aku sendiri tidak tau ini perasaan apa, tapi aku hanya merasakan tenang sesaat ketika aku melihat wajahnya. Wajah yang penuh misteri dan tidak terduga. Itu yang membuatku tenang. Mengetahui bahwa dia ada di dekatku. Aku tau ini bukan rasa suka, tetapi aku tidak bisa menjelaskan apa ini. Mungkin... sayang.

Zayn pernah memberitauku bahwa dia tidak ingin mengakhiri hubungan ini. Ya, dia menyebutnya 'hubungan', bukan 'drama'. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku merasakan sayang untuk melepasnya. Apalagi, hubunganku dengan dia sudah agak harmonis akhir-akhir ini saat aku sudah menerimanya untuk keluar dari band.

Entah bagaimana ke depannya.

Aku menggeleng, kembali dari lamunanku. "Apa?"

"Kau sudah selesai?" Zayn mengulangi ucapannya.

Aku tersenyum miring dan bangkit. Tanganku mengambil tas, "sudah. Ayo kita pergi."

"Cool." Tangan kanan Zayn menyambar tasku dan dia membawakannya keluar dari lokasi syuting ini. Aku berjalan di belakangnya sambil menatapnya. Betapa indah senyum palsu yang selalu ia berikan padaku.

"Kattelians Malik," panggilnya saat kami sudah berada di dalam mobilnya. "Empat hari lagi. Apa keputusanmu?"

"That 'Malik' tho," decakku. "Sudah kupikirkan, Zayn. Bersamamu berarti mengorbankan organisasiku, tanpamu berarti menyangkal keinginanku."

Zayn terkekeh, ibu jarinya mengusap pipiku. "Tidak akan ada yang dikorbankan, Katt."

"Ada."

"Tidak," geleng Zayn. "Begini seharusnya. Kau bosnya. Minta orang untuk mengasuh, bukan kau yang mengasuh. Bos 'kan seharusnya duduk diam, tanda tangan, dimintai persetujuan, dan yang lainnya. Bukan terjun langsung, sayang."

"Bukan bos. Aku pemimpinnya."

"Whatever. Intinya, aku percaya kau bisa memutuskan yang terbaik."

Aku terdiam. Bagaimana bisa aku memutuskan jika hati dan pikiranku tidak sejalan?

"Tapi, apakah itu penting Zayn?"

"Apa?"

"Tetap terlihat sebagai pasanganmu. Memang apa tujuannya? Kau sudah pasti akan keluar dari band. Aku tidak bisa membuatmu kembali. Jadi, apa gunanya? Apa gunanya Simon menjadikanku model? Apa gunanya jika aku memutuskan untuk tetap bersamamu? Toh, semuanya sudah selesai."

"Kau ingat? Awalnya aku memintamu untuk menjadi pacar pura-puraku hanya untuk membuktikan pada Kay bahwa aku sudah moved on. Tapi, sekarang, sepertinya aku kehilangan tujuan itu. Kau tau."

"Kehilangan?"

"Yah. Kemudian Simon ingin kita benar-benar terlihat sebagai sepadan kekasih. Selanjutnya, kau seolah-olah menjadi alasanku keluar dari band. Lalu, kau ingin membawaku kembali. Itu saja sudah menyimpang dari tujuan awal."

"Kurasa kau benar."

"Dan sekarang, aku sudah tidak peduli lagi pada hubungan kita, Katt."

Aku menoleh, "oh?"

Zayn tersenyum tanpa menoleh padaku, "tetapi, aku peduli pada dirimu."

Ucapan Zayn membuyarkan pikiranku. Apa yang baru ia katakan? "Apa?"

"Katt, aku tidak bicara tentang drama dan lainnya. Aku mau kau memilih dengan hatimu. Dengan atau tanpaku, aku tau kau pasti berhasil, Katt. Dan lihat, sekarang kau seorang model 'kan?"

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Zayn berdecak, "begini. Pilihanku adalah kita tetap bersama, entah itu menjadi sepasang kekasih atau bukan. Tetapi, aku tidak mau menganggap ini sebagai drama. Aku mau kita asli berhubungan. Karena, 4 hari lagi, sebenarnya drama ini sudah berakhir Katt. Lupakan tentang drama."

"Zayn, aku masih bingung." Aku mengusap wajahku. "Aku benar-benar memikirkan organisasiku."

"Aku tidak menanyakan tentang itu, Katt! Tidak ada hubungannya!" ujar Zayn tidak sabar. "Terlepas dari drama, organisasimu tidak akan kenapa-napa. Kau masih bisa bersamaku, juga tetap mengurus organisasimu."

"Zayn, bersamamu berarti aku tetap dalam kehidupan artis ini. Kau tau itu."

"Lalu?"

"Aku tidak menginginkan hidup yang seperti ini. Begini keinginanku; tetap bersamamu tanpa terekspos. Tetapi, bagaimana caranya? Berkata bahwa aku meninggalkan dunia modeling? Bahkan aku baru memulainya."

Zayn menghembuskan nafasnya, "kau benar."

Untuk sesaat kami benar-benar hening. Zayn menyetir dalam diam, yang bisa kudengar hanya suara napasnya.

Tiba-tiba, Zayn menggenggam tanganku.

"Katt, I think it's time to say good bye. Live your previous life."

-----------

Author's note:

Keknya w ngelantur bikinnya. Aneh banget. BTW iT's YoU KEREN AHHHHH.

KatteliansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang