5

2.1K 242 21
                                    

Katt's POV

Aku memutar kenop dan membuka pintu, menampilkan diriku di depan adik-adik asuhku yang sedang bermain monopoli. "Hai, maaf aku terlambat. Lagi."

Langsung saja mereka berhenti bermain dan menyambutku. Leo- salah satu dari empat adik asuhku, mengambil bawaanku dan membantuku menaruhnya di meja. Memang dia yang paling besar di antara semuanya, berumur 10 tahun.

Mengapa cuma empat orang? Well, kami dalam organisasi, tentu saja pengasuhnya bukan aku saja. Banyak 'orang tua asuh' yang lain dalam organisasi kami, dan masing-masing mengasuh 3-5 anak di rumahnya.

"Katt, kenapa lama sekali?" tanya Leo sambil membuka makanan yang baru kubeli. "Kau tidak apa-apa?"

Aku menyunggingkan senyumku dan menggeleng, "tentu saja. Hanya ada sedikit keperluan untuk beberapa hari ini."

Leo membentuk mulutnya menjadi bulat dan mengangguk-angguk. Lea- adik kembar Leo menarik-narik bajuku, "lapar! Lapar!"

Mendengarnya aku terkekeh dan menyuruh semuanya untuk duduk di meja makan, kecuali Leo. Kami menyiapkan makanan dahulu, lalu menyajikannya di meja makan.

"Selamat makan!" teriak Noel- lima tahun, semangat. Melihat tingkahnya mengingatkanku akan Niall kecil. Sungguh, mereka mirip sekali kelakuannya. Rakus, sangat rakus.

Di tengah obrolan kami berlima, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Leo langsung bangun sebelum aku sempat bangun, berlari membuka pintunya. Entahlah siapa yang datang malam-malam begini.

"Kattelians, ada yang mencarimu," ucap Leo setelah kembali ke meja makan. Dia menunjuk-nunjuk arah pintu. "Tampan, guys."

Lea langsung sumringah, "kau punya kekasih, Katt?!"

Aku berdecak dan segera bangkit, "aku lihat dulu."

Di depan pintu terlihat seorang pria memunggungiku dengan jaket jeansnya. Pun aku berdehem, membuat ia berbalik.

"Wait, what? Zayn?"

"Kau sibuk?"

"Ya," aku memutar mataku, bosan melihat wajahnya. "Kau tau? Kita baru bertemu satu jam yang lalu."

Zayn terkekeh, "maaf, Katt. Aku hanya mau membicarakan sesuatu yang lupa kukatakan tadi."

"Masuk," ucapku akhirnya. Hih. Apa lagi yang mau ia bicarakan? Tidak bosan, ya, menghabiskan waktuku terus?

Aku duduk di sofa diikuti dirinya. Sebelum bicara, ia tersenyum miring, tampak tidak nyaman dengan apa yang akan dibicarakannya. Aku memutar mataku, "kau kira aku punya banyak waktu?"

"Oh, maaf. Baiklah," balas Zayn. "Aku hanya ingin menyampaikan pertanyaan yang dilontarkan Simon padaku. Jadi, kau punya bakat?"

Bakat? Siapa manusia yang terlahir tanpa bakat? "Menurutmu?"

"Hm, tentu. Maksudku, apa bakatmu? Simon mempunyai sebuah maksud tentang itu," ucapnya lagi. Simon? Simon Cowell?

Aku mengerutkan keningku, "karate, I think."

Zayn menghela nafas, "everyone knows it, Katt. Yang lain?"

"Kenapa harus yang lain?"

"Karena karate sama sekali tidak feminim," ucap Zayn. Aku mengerutkan keningku lagi. Dia membuatku bingung. Apa yang dia mau?

"Aku tidak pernah memikirkan itu," balasku. Entah, aku jadi agak curiga....

"Wah! Pacarnya tampan, guys!"

KatteliansWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu