7%

5.5K 419 60
                                    

hai! hehehe. maafkan saya yang beru up date. sumpah stuck banget idenya. pake banget malah. berkali-kali nulis, berkali-kali juga menghapus. eeerrrr...

thanks to Nur yang dah bantu. ^^

create Idea Story by  NurEdMelAsWan

happy reading~~

><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><

Mirror cafe. Di sinilah diriku sekarang. Bunyi bel yang berbunyi saat aku mendorong pintu masuk kafe. Serta sambutan 'selamat datang' dari pelayannya, kini memenuhi kafe yang sekarang aku masuki. Aku berjalan menuju meja tang baru saja di tinggalkan oleh pengunjung sebelumnya. Tempat duduk yang pas untukku. Di pojok ruangan. Akupun segera mungkin duduk dan salah satu pelayan mendatangiku.

"Tuan, ada yang ingin anda pesan?" ucap seorang lelaki yang sangat manis menurutku. Dia menyodorkanku buku menu. Aku menatap seluruh menu yang ada di sana.

"Milk Chococinno latte satu saja."

"Baik. Milk Chococinno Latte satu. Ada lagi?" aku menggeleng untuk menjawabnya. Setelah itu dia pergi dari hadapanku. Aku terpaku menatap jalanan.

Aku menatap langit-langit kafe ini. Berbagai kaca kecil yang di gantung menyerupai tirai-tirai kecil yang berjajar dengan rapi di atas, mengelilingi lampu tengah kecil. Lalu di sekeliing lampu terdapat bola-bola kristal yang memantulkan cahaya dari lampu yang ada di tengahnya, memberi kesan sangat indah. Dekorasinyapun semua terbilang terbuatdari kaca atau cermin. Sangat indah. Karena sebagian besar dekorasi terbuat dari kaca atau cermin, lampu yang di kenakan jugalah lampu yang penerangannya sangat minim, atau sekisar 7 watt. Kerlap-kerlip yang di hasilkan dari bandul-bandul kristal, serta cermin-cermin kecil bergantungan itu membuat kafe ini terkesan seperti berada di planetarium. Indah.

Aku menyangga daguku menatap keramaian kota Jakarta di luaran. Karena tempatku bersebelahan dengan kaca pembatas kafe atau dinding kaca kafe yang menghadap langsung menuju jalanan Jakarta. Walau ini sudah malam, Jakarta masih tergolong kota yang tak akan tidur. Masih saja terasa ramai. Terlebih pada saat malam minggu ini.

Aku merogoh hpku yang sedari tadi bergetar panjang. Memang aku sengaja menonactivekan suaraku. Aku hanya sedang malas. Aku ingin menyendiri. Aku menatap layar hp yang menampilkan puluan misscall atau panggilan tak terjawab. Saat aku membukanya nama yang tertera adalah nama Tasya dan juga Mom. Ada juga Dad. Lalu Reo, Kanesa, gabriel hanya beberapa kali. Tapi aku mengabaikannya. Aku paham betul aku akan membuat orang sekitarku khawatir dan cemas. Dan jangan salah aku juga tau, kalau pulang nanti aku akan siap di omeli oleh mom.

Aku menaruh Hpku di atas meja. Aku terlampau malas. Dan beberapa saat pesananku pun tiba. Aku menyeruput pesanan minumanku. Rasanya segar. Alunan musik yang lembut kini mengalun di penjuru Kafe. Terasa sudah roma romantis di sini. Dengan penerangan yang indah serta redup, di temani beberapa lagu yang mengalun lembut, membuat semakin sempurna dengan suasana romantisnya. Sayang aku datang kemari hanya sendiri.

"Vano?" aku menolehkan kepalaku ke arah sampingku dan melihat seorang gadis cantik di sana. Aku menyerengit bingung dengan gadis itu. Mencoba mengenali wajahnya itu. "Astaga. Lo lupa ma gue? Gue Fany, Van." Fany? Kayaknya pernah dengar. "Van, lo bohong kagak kenal gue? Gue Fania, Van! Temen SMP elo."

Aku membulatkan mataku saat berhasil mengingat namanya. Astaga! Fany?! Fany yang dulu jelek banget itu? Yang sering gue jahili itu? Demi apa? "Fany? Fany yang sering gue jahili itu?!"

[2]Between of Shadow (MxBxB) (Yaoi)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora