Part.15 Perayaan Musim Semi

5K 362 3
                                    

Maaf nunggunya lama, saya kehabisa kuota hehehe.. jadi sebagai gantinya saya langsung publish 3 part. Happy Reading..

.
.
Angin dingin berhembus lembut membawa bisikan daun daun, gelap dan tenang, hanya cahaya lentera yang menjadi sumber penerangan.
Hawa dingin menembus kulit hingga ke tulang tulang, namun para dayang tampak seolah tak merasakannya, mereka berjejer rapih dengan membawa lentera di tangan mereka, jejeran mereka bagaikan jejeran cahaya yang indah di tengah kegelapan.

Di tengah lapangan utama istana, lima orang cenayan mengenakan hanbok khusus berwarna serba putih berdiam mendengarkan pesan alam dengan seksama.

Empat cenayan berdiri membentuk lingkaran dan satu cenayan lainnya bediri di tengah mereka, mereka semua diam tak bersuara dengan mata terpejam, tangan mereka merentang saling terhubung, sementara yang berada di tengan hanya berdiri tegap dengan mata tertutup. Dengan pelan empat cenayan itu berjalan memutar mengelilingi cenayan ketua yang berada di tengah.

Para dayang-dayang yang membawa lampu lentera itu menyebar mengeliling para cenayan itu dengan satu lingkaran besar, mereka menunggu hingga matahari menampakkan sinarnya.

Cenayan cenayan itu terus berputar meski lambat namun pasti.

Tak beberapa lama kemudian matahari mulai memancarkan sinar pertamanya di hari yang berbahagia itu. Para dayang meletakkan lentera mereka dan meninggalkannya ditempatnya, sehingga membuat sebuat lingkaran lentera yang indah.

Hangatnya sapaan sinar matahari pagi mensirnakan rasa dingin yang menggigit hingga ke tulang itu.

Hingga saatnya matahari memancarkan sinarnya dengan sempurna, menyinari dunia dengan sinarnya yang terang. Burung burung mulai terbangun dan mulai bernyanyi sambil beterbangan kesana kemari. Langit biru cerah mulai nampak, menandakan hari yang terberkati.

Satu persatu barisan para pekerja istana mulai dari pencuci, pemasak, pemusik, dayang, tabib, penjaga, prajurit, jendral, dan seterusnya mulai mengambil tempat yang telah ditentukan.

Hingga membentuk barisan yang tersusun dengan rapi mengelilingi para cenayan yang masil berdiri melingkar dengan dikelilingi lentera.

Panggung Singgasana berada di ujung utara di sisi kanan dan kirinya adalah barisan para jendral dan prajurit terpercaya istana, disebelah mereka adalah barisan para mentri dan para tamu undangan, dan disebelah kanan adalah barisan tabib devisi 5 dan seterusnya, sedangkan di sebalah kiri ada barisan para penjaga istana, polisi, dayang dan seterusnya hingga membentuk sebuah barisan yang memenuhi lapangan utama istana yang luas itu.

Semua berdiri tegap tak bersuara menunggu keluarga istana memasuki panggung singgasana.

Lima menit kemudian,
Keluarga kerajaan pun memasuki panggung singgasana.

"Hormat pada Yang Mulia Raja Haewong!!" Seru Ketua biro kepoliasian kekerajaan

Semua pun membungkuk memberi hormat, diikuti masuknya sang Raja ke panggung dan berdiri di depan kirsi singgasananya.

"Hormat pada Yang Mulia Permaisuri Myeongseong!!"

Sekali lagi semua membungkuk memberi hormat, begitu seterusnya setelah nama diserukan.

"Hormat pada Yang Mulia Pangeran Istana Seondeok!!"

"Hormat pada Yang Mulia selir Min Hwa!!"
Seketika para tamu undangan terkejut mendengar nama itu lagi, nama itu baru terdengar setelah sekian lama. Mantan permaisuri terhormat yang diasingkan selama bertahun tahun kini telah kembali.

"Hormat pada Yang Mulia pangeran Cheonhyo!!"

"Hormat pada Yang Mulia Putri Yun Hana!!"

Semua keluarga istana telah berada di singgasana mereka masing masing.
Berada berseblahan dengan permaisurinya, disebelahnya lagi pangeran Seondeok. Disebelah permaisuri duduk selir Min Hwa, dan disebelah pangeran Seondeok adalah pangeran Cheonhyo yang berdiri bersebelahan dengan putri Yun Hana.

Shin-Hye Min 신 이완 분Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang