Part.13 Ramalan

5.1K 361 5
                                    

.
.
.
.
Para tamu undangan mulai berdatangan ke istana untuk perayaan musim semi yang akan digelar esok pagi.
Para saudagar, petinggi, pengusaha dan semua orang orang penting di luar istana mulai datang dengan kereta mereka sebagai tamu undangan.

"Nyonya, kita sudah sampai di Istana" ucap pengawal pada seorang wanita yang berada dalam tandu kereta dengan ukiran matahari diikuti dua kereta dibelakangnya yang juga bermodel sama tetapi lebih sederhana.

"Buka tandunya" minta nyonya itu. Sang Pengawal pun membuka pintu tandu. Seorang wanita dengan hanbok berwarna putih pun tampak dari balik pintu itu, ekspresinya dingin dengan tatapan tajam memandang ke arah gerbang istana yang berada tak jauh di depannya. Tandu dibelakangnya juga dibuka, empat orang wanita memakai hanbok serba putih keluar dari tandunya.

Ia pun turun dari tandu itu sambil terus memandangi gerbang istana.
Ia adalah seorang kepala cenayan dan keempat anggotanya juga adalah seorang cenayan bawahannya

"Firasat apa ini?" Gumam kepala cenayan itu. Ia merasakan perasaan yang aneh setelah melihat gerbang istana. Sebuah perasaan yang tidak biasa, sudah bertahun tahun ia meminpin perayaan di istana tapi baru kali ini ia merasakan sesuatu yang aneh.

Keempat cenayan bawahannya pun menghampiri kepala cenayan itu, mereka berbaris rapih di belakang kepala cenayan itu.

Para cenayan itu merupakan undangan istimewa, karena merekalah yang akan melantumkan do'a dan ramalan istana dan kerajaan. Setiap tahun pada perayaan musim semi selalu diidentikkan dengan sebuah ramalan dari cenayan dan ramalan itu hampir semuanya benar.

"Ayo masuk" perintah kepala cenayan. Mereka pun berjalan masuk ke gerbang, ia menunjukkan batu giok berlambangkan naga merah yang menandakan mereka adalah tamu undangan istimewa pada penjaga gerbang yang berdiri di sisi gerbang. Melihat batu giok itu para pengawal itu langsung mempersilahkan para cenayan itu masuk ke istana.

Suasana istana sangat ramai, semua sibuk dengan urusan mereka masing masing untuk mempersiapkan perayaan musim semi yang tinggal hitung jam.
.
.
Para cenayan itu berjalan melewati gerbang istana, perasaan aneh yang dirasakan kepala cenayan itu makin kental namun masih samar, ia masih belum tahu apa sebenarnya itu.

"Ketua cenayan Nyonya Jeong.." sapa seorang dayang ketua yang diikuti dua orang dayang dibelakangnya. Mereka berjalan menghampiri para cenayan yang baru saja melewati gerbang itu

"Ya" jawab cenayan Jeong, ia menghentikan langkahnya

"Mari ikut saya ke tempat istirahat anda" ucapnya lagi sambil tersenyum ramah

Mereka pun pergi bersama, ketua deyang dan cenayan Jeong berjalan di depan rombongan mereka diikuti para cenayan dan di belakangnya para dayang yang terus membungkuk mengikuti mereka.
.

"Nyonya Jeong, apakah ada kemungkinan ramalan kerajaan tahun ini akan sama seperti tahun tahun sebelumnya?" Tanya ketua dayang, mereka masih berjalan menyusuri istana menuju tempat istirahat para cenayan. Mereka berdua susah saling akrab karena mereka selalu menjadi rekan kerja setiap perayaan.

"Matahari bersinar makin cerah, tapi sinarnya terasa hangat dan nyaman, angin berhembus lembut, kehangatan dan kelembutan yang berpadu, ini akan membawa perubahan, di tahun ini takdir buruk telah sirna, cahaya telah muncul bersama dengan kedamaian" kata cenayan Jeong masih dengan raut wajahnya yang serius dan mengintimidasi, setiap orang yang baru melihatnya akan berpendapat buruk tentangnya, tapi dia sebenarnya adalah sosok yang baik dan dermawan

"Syukurlah"

"Tapi apa ini?"gumam cenayan Jeong dengan suara sangat pelan dan kecil, kepala dayang itu tak sampai mendengarnya ia terus saja mengamati jalan.

Shin-Hye Min 신 이완 분Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang