Part-14 Ramalan.2

5K 378 3
                                    

°Terimakasih atas dukungannya°

.
.
.

"Kenapa firasat ini terus mengiang ngiang di kepalaku?" Gumam cenayang Jeong. Dia sedang duduk dengan mata terpejam, jari jarinya bergetar, semakin ia remas semakin jarinya bergetar "haruskah aku mencarinya?" Fikirnya

Ia pun bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari pintu pembatas

'Sssrrrttt' ia menggeser pintu pembatas
"Nyonya Jeong, Anda ingin kemana?" Tanya cenayang asistennya yang muncul dari sebelah kirinya

"Panggil semuanya, kita akan keliling istana sore ini"

"Keliling? Bukankah.. eh, baik nyonya akan aku panggil yang lainnya"

Jeong mengangguk ia pun melangkah melewati ruang kecil itu dan menggeser pintu keluar dari paviliun itu
"Aku akan menemukanmu, siapapun kau, kau pasti akan kutemukan, sang pembawa cahaya" kata Jeong dalam hati, ada cengiran di bibir merahnya.

.
Mereka semua berkumpul di depan pavilliun, para cenayan itu berjejer rapih di belakang cenayan Jeong. Hanbok mereka berwarna putih dan hitam dibagian tepinya, mereka mengepang rambut mereka dan dihiasi pita hitam diujungnya.
Sedangkan cenayan Jeong memakai Hanbok hitam polos, rambutnya disanggul dengan tusuk kode berbentuk bulan sabit diujungnya.

Mereka berjalan mninggalkan pavilliun mereka, jeong memimpin didepan
"Nyonya kita akan kemana?" Tanya seorang asistennya

"Ketempat kakiku melangkah" jawab Jeong mudah, wajah tanpa ekspresinya membuat asisten cenayan itu tak melanjutkan pertanyaannya lagi

Mereka berjalan ke istana timur, para asisten cenayan itu mengamati pavilliun-pavilliun yang megah itu dengan seksama, dan juga memperhatikan para dayang dayang yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing, tak heran ini pertama kali mereka masuk istana, berbeda dengan cenayan Jeong yang setiap tahun diundang ke istana untuk memimpin perayaan.

Jeong melangkah berdasarkan firasatnya, ia mengikuti perasaan yang sudah sedari tadi menyelimutinya. Langkah demi langkah, akhirnya langkahnya membawanya ke depan pembatas istana dalam.

Jeong menghentikan langkahnya tepat di batas masuk istana dalam. Para asisten cenayan bertanya tanya mengapa ketua mereka berhenti berjalan?.

"Istana dalam?"fikir Jeong sambil memicingkan mata. Ia menghentikan langkahnya karena wilayah istana dalam adalah satu satunya wilayah yang tak boleh sembarang orang memasukinya kecuali pekerja yang bekerja di istana dalam, karena ini adalah wilayah raja dan ratu yang sangat dihormati dan dijaga keamanannya.
"Apa ini sebuah kebetulan? Pantas saja cahaya itu redup, dia berada ditempat yang sama dengan sang kegelapan"

"Kita pulang" ucap Jeong lalu berbalik. Para asisten cenayan itu tak punya pilihan lain kecuali ikut kembali ke pavilliun meski mereka masih ingin berkeliling istana.
.
.
.
.

Shin-Hye baru saja membereskan ruangan ramuan yang baru saja berantakan dibuatnya, ia menyimpan semua ramuannya yang ia buat khusus pangeran berdasarkan apa yang pangeran mungkin akan butuhkan nantinya. Tak terasa, lusa adalah hari dimana ia akan menjadi tabib yang seutuhnya, hari yang sudah ia tunggu tunggu.

Ia menutup pintu dan berjalan menuju ruang dapur obat, di dalam beberapa tabib sibuk mencampur campurkan racikan, ada juga yang sibuk memilih obat yang ia perlukan. Shin-Hye melangkah masuk dan menghampiri seorang temannya

"Hey, masih sibuk?" Tanya Shin-Hye pada Jandi yang sibuk memilih obat yang berjejer rapi di rak, persediaan obat semua ada di tempat, itu semua jenis tanpa terkecuali

"Mm.. sedikit lagi, menurutmu apa yang cocok untuk luka infeksi pada kuku? Aku sudah mengambil minyak tetes cina untuk mengentikan infeksinya dan selanjutnya?"

Shin-Hye Min 신 이완 분Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang