Chapter 11

20 1 0
                                    

Lexa POV =

"Terima kasih. Mau mengantarkan adikku." Ucapku seraya melahap kripik kentang yang sempat kubeli di minimarket.

Aku sengaja mengantar Lenna pulang terlebih dahulu, baru aku jalan lagi dengan Mas Rehan menuju rumah sakit tempat kakak Mas Rehan dirawat.

Kami segera menaiki lantai tiga dan memasuki ruangan 427.

"Dek Rehan." Sontak Kak Hitta saat melihat kedatangan kami berdua.

"Siapa cewek di sebelahmu?" Tanya Kak Hitta dengan mendekatkan mulutnya kepada telinga Mas Rehan sambil berbisik. Walaupun aku masih bisa mendengar kalimat yang barusan dikeluarkan.

"Dia-"

"Pacar." Sambungku melengkapi kata-kata Mas Rehan.

Mas Rehan hanya memelototiku sinis. Dan aku hanya menyengir.

"Apakah kalian sudah dinner? Atau kencan? Nonton bioskop bersama?" Tanya Kak Hitta dengan heboh. Walaupun dengan keadannya yang tidak mendukung dirinya.

"Aahh, Kak Hitta terlalu lebay." Jawab Mas Rehan terkekeh.

"Ngomong-ngomong, Kak Hitta kena penyakit apa?" Tanyaku malu.

"Ya ampun, apakah pacarmu tak pernah memberitahu? Pacar macam apa kamu, Rehan!" Ucap Kak Hitta mencubit hidung adiknya gemas.

Mas Rehan segera mengelus-elus permukaan hidungnya yang sedari sakit setelah mendapat cubitan dari kakaknya.

"Aku menderita Kanker selaput otak. Tetapi, sekarang sudah lumayan membaik kata dokternya." Jelas Kak Hitta.

"Oh iya, Kak Hitta. Kubawakan roti croissant buat Kak Hitta. Dimakan, ya. Biar gak sakit lagi." Ucapku memberikan roti itu kepada Kak Hitta.

"Babe-, Eh maksudku Lexa, kau harus kembali. Orang tuamu bisa marah jika tau kita jalan-jalan berdua." Seru Mas Rehan menepuk pundakku.

Aku agak sedikit mengangkat kepalaku ke atas agar dapat melihat wajah Mas Rehan. Aku mengangguk.

"Kak Hitta, nanti setelah aku mengantar Lexa, aku kembali lagi ke sini. Menemani kakak." Jelasnya. Kak Hitta mengangguk dan melambaikan tangan kepada kami.

Mas Rehan menutup pintu ruangan Kak Hitta.

-
Mulai, deh. Awkward.

"Lexa?" Panggil Mas Rehan sambil menyetir.

Aku mengalihkan pandanganku yang setadi menghadap ke jendela menjadi menghadap ke Mas Rehan.

"Hm?" Jawabku.

"Sorry, tadi aku kelepasan ngomong babe." Jelas Mas Rehan.

Aku mengangguk, "Gak apa-apa kalo Mas mau panggil aku babe. Babi juga boleh, tapi usahakan jangan." Seruku sambil terkekeh

"Sudah sampai rumah. Terima kasih, Mas Rehan." Ucapku menutup pintu mobil.

"Salam untuk keluargamu." Sahut Mas Rehan membuka jendela mobilnya. Aku berbalik badan saat ia berbicara dan mengangguk.

To Be Continued...

Hey heu, author nulis lagi hujan, nih¡ sambil OTW ke café, #authorsombongbgtsumpah.

BTW, makasih ya yang udah mau vote ceritaku, seneng bgt loh, sumvah :v

VOTE COMMENT.

eakdbaudbgxbdbdudkekwodkabehdisjbrjdkdnfdnzhdjs, next chapter. Coming soon, ye..

My SeniorWhere stories live. Discover now