Alvi yang mendengar Arga mengeluh soal mamanya, menghentikan aktivitasnya, "Fina sama Alya mana, Ma?"

Linda menatap Alvi dengan senyuman tulusnya, "Adek-adek kamu masih main dibelakang."

Alvi ber'oh' ria lalu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Diam-diam, Gio merekam semua aktivitas Alvi dalam ingatannya. Gio tersenyum senang, tujuannya semakin dekat.

"Kakak! Kakak! Aya mau mamam!" Seru suara anak kecil dari belakang Alvi.

"Fina, Alya udah cuci tangan, belum?" Tanya Alvi pada kedua adiknya.

Fina mengangguk, "udah." Jawabnya.

Alvi berdiri lalu menggendong Alya ke kursi yang memang sudah disiapkan untuk Alya.

"Makan yang banyak, ya." Ucap Alvi dengan senyuman lebarnya.

Gio yang melihat itu, seketika terdiam. Pertama kalinya, Gio melihat Alvi berekspresi. Apalagi senyum lebar.

"Assalamualaikum, Papa pulang!" Suara berat dari belakang Gio, membuat Gio menoleh.

"Wa'alaikumsalam, Pa!" Jawab semua orang yang ada di meja makan kecuali Gio.

Gio rasa, laki-laki itu adalah Papa Alvi. Buktinya sekarang Alvi sedang salim kepada lelaki itu.

"Papa makan bareng, yuk?" Ajak Alfina

Tahir duduk di kursinya, lalu melihat satu persatu wajah-wajah yang ada di meja makan.

"Loh? Ini siapa?" Tanyanya heran saat melihat Gio

Alvi menyahut, "Temen aku, Pa."

Tahir ber'oh' ria lalu memakan makanan yang telah disiapkan sang istri.

"Kamu teman sekolahnya Via? Via gimana anaknya disekolah? Gak nakal, kan?" Tanya Tahir bertubi-tubi.

Gio tertawa kecil, "Alvi di sekolah dingin, om. Nakal? Diajak kekantin aja susah, gimana mau nakal? Hehe."

"Oh, ya? Masa iya dia dingin juga?" Tanya Tahir

Arga melirik ke arah Alvi, Alvi merasa moodnya rusak sekarang. Papanya bertanya terus soal dirinya.

"Aku selesai." seru Alvi lalu meninggalkan meja makan menuju kamarnya.

Semua yang ada disana, menatap nanar kepergian Alvi. Kecuali Gio, Gio masih tidak mengerti soal Alvi.

"Yaudah, Pa, Yo! Lanjutin makan kalian, gak usah cerita mulu!" Nasehat Linda, Mama Alvi.

❄❄❄

Alvi menghempaskan dirinya ke kasur empuknya, Alvi lelah. Alvi rasa ia lelah berpura-pura didepan semua orang.

"Ga, aku capek!"

Satu tetes air matanya berhasil jatuh di pipi tembem Alvi. Alvi meraih frame foto Erlangga bersama dirinya diatas nakas.

Alvi memperhatikan dengan seksama, seakan-akan jika ia lihat terus, orang didalam frame itu akan keluar.

"Aku rindu!" Tersirat kerinduan yang mendalam dihati Alvi. Alvi merindukan Erlangga.

Tok! Tok!

"Kak! Alya gak mau tidur, nih! Dongengin dia dong!" Seru Fina dari luar.

Alvi meletakkan frame tersebut ke tempat semula, ia melangkah menuju toilet di kamarnya, menghapus jejak air mata yang ada di pipinya dengan membasuhnya dengan air.

Alvi berjalan keluar dan membuka pintu kamarnya.

"Fina, Alya mana?" Tanya Alvi

Fina menunjuk kearah ruang tamu, dilantai satu. Sedangkan Alvi, gadis itu sudah turun ke lantai satu.

Alvi terdiam ditempatnya, kakinya kaku melangkah melihat pemandangan didepan matanya.

Gio menggendong Alya, dan menceritakan dongeng sampai Alya tertidur.

"Lo cowok ketiga yang bisa buat Alya tidur setelah Papa dan Aga, Yo." Batin Alvi dan tersenyum tipis.

Alvi melangkah pelan kearah Gio, Alvi melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan putihnya. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Alvi berdehem,

"Hm."

Gio menoleh, "Eh, Alvi! Sorry sorry! Adek lo tadi min—" Alvi memotong ucapan Gio,

"Makasih." Setelah itu tersenyum tulus pada Gio.

Seketika Gio terpesona oleh senyuman itu. Gio ikut tersenyum, "Sama-sama."

🐾🐾🐾
To be continue
Chapter 4 of 4 end.
Leave vote and comment.

Ice Girl And Cool Boy(Versi REVISI)Where stories live. Discover now