20

4.3K 414 10
                                    

Dengan segera Juliet memeluk Rafael setelah melihat sosok yang sempat menatapnya bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan segera Juliet memeluk Rafael setelah melihat sosok yang sempat menatapnya bingung. Dibuat makin bingung lagi setelah tangis Juliet terdengar semakin jelas. Alhasil Rafael membalas pelukan Juliet, beberapa kali menepuk punggungnya, berusaha untuk menenangkan Juliet. Kalau sudah seperti ini dia tidak mau banyak bertanya dulu. Jantungnya terus berdegup, semakin sadar kalau sesayang itu dirinya pada gadis dingin dan akan selalu menjadi misteri baginya kalau-kalau dia tidak berusaha menghabiskan jarak di antara mereka.

"Gue di sini, gak akan pernah mau pergi dari peredaran Juliet Assandra.."

Isak tangis Juliet perlahan berhenti. Dia mulai menenangkan dirinya lalu melepas pelukan. Matanya sangat sembab, Rafael dapat melihatnya dengan jelas sekarang. Segera dia memberikan sapu tangan bersihnya beserta segelas air putih untuk memastikan Juliet dapat mengisi energi setelah menangis.

"Pintunya gak kekunci," Juliet berusaha menjelaskan dengan suara paraunya kenapa dia bisa di dalam apartemen hingga membuat Rafael bisa saja heran.

"Gue bawa nasi goreng, lo pasti bolos kan nyari gue?" tebak Rafael sembari mempersiapkan makanan yang dibawanya tadi.

Juliet menggeleng dan berusaha untuk bergegas pulang namun kakinya seketika lemas. Rafael yang awalnya mau membawa makan malam untuknya, jadi bergegas menghampiri Juliet. Rafael hampir tidak sadar kalau gadis itu makin pucat saja.

"Lo belum makan seharian ini?"

Juliet menggeleng, "Pisau sama perban.."

"Perban sama pisau?"

Rafael mengernyitkan kening, sejenak mencerna maksud ucapan Juliet. Ya tidak begitu lama berpikir karena darah yang berasal dari lengan kanannya kian bercucuran. Juliet memang tidak sempat berpikir untuk menghentikan pendarahannya. Bertahan sampai detik ini saja sudah cukup bagus. Syukurlah Rafael tidak tiba lebih lama.

"Biar gue cek dulu," ujar Rafael, bersegera melepaskan jaket dari tubuh Juliet, namun dengan segera juga Juliet menahannya.

"Gue bisa sen-"

"Lo bisanya sekarang berbaring dulu, biar gue obatin.."

"Ini luka tembakan, El."

"Syukurlah, lo lagi sama ahlinya. Jadi biarin gue buat pertunjukan kecil."

Juliet memutar kedua bola matanya meski sedang setengah mati menahan sakit di sekujur tubuhnya. Samar-samar dia melihat Rafael yang menjadi dua kali lebih sibuk dibandingkan malam ketika laki-laki itu menyelamatkannya dari serangan para brengsek. Entah apa yang sedang diambilnya, namun Juliet yakin bahwa Rafael memang sedang tidak bercanda soal dirinya yang memang ahli.

Rafael tampak menyuntikkan sesuatu yang dapat dipastikan sebagai anastesi. Juliet mendapat sedikit kekuatan berkat suntikan tersebut. Sekarang lengannya sudah mati rasa, sementara Rafael dengan percaya diri mengeluarkan berbagai peralatan daruratnya. Lalu pertunjukan kecil yang dimaksud Rafael dimulai. Dia melakukan semua langkah demi langkah dengan cekatan dan rapi. Peluru yang menghantam lengannya juga sudah dikeluarkan. Juliet jadi tidak menyangka apa dia laki-laki seumuran dengannya atau malah lebih tua dari yang dikira.

Bad Juliet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang