Part 01

488K 24.3K 703
                                    

Author POV

     Gadis itu berjalan sendirian di sepanjang jalan ketika hujan deras mengguyurnya, pikirannya kalut karena masalah dalam hidupnya. Gadis cantik itu baru usai bertengkar dengan kedua orangtuanya, ia tidak setuju dengan perjodohan yang direncanakan oleh orangtuanya. Ia sudah menolak tapi orangtuanya memaksa, tanpa berpikir gadis itu pergi dari mansion tanpa membawa apapun. Ahh tidak, dia kehilangan barang-barangnya tadi. Celia Francesca nama gadis itu, berusia 24 tahun, dia cantik seperti supermodel, putri dari pembisnis sukses. Keras kepala, tapi baik hati.

"Odio il matchmaking! Mereka menjodohkanku dengan pria yang sama sekali tidak ku kenal!" kata Celia dengan emosi. "Mereka pikir aku ini apa? Memangnya aku tidak bisa mencari suami sendiri?"

*(Italia | aku benci perjodohan)

Celia ingat bagaimana ia dibentak dan ditampar Ayahnya ketika Celia menolak, dan tetap bersikukuh untuk menolak. Ibunya? Ibunya pun hanya diam dan ikut memarahinya. Bagi Celia itu perjodohan gila, bagaimana tidak? Perjodohannya atas dasar ekonomi dan kerja sama antar perusahaan.

Celia tidak ingin menikah dengan pria yang tidak ia kenal dan tanpa atas dasar cinta. Apalagi pernikahannya dipercepat tiga hari ke depan. Di sisi lain Celia mencintai pria lain, tapi orangtuanya tidak merestuinya dan ironisnya pria yang Celia cintai pergi meninggalkannya bersama wanita lain.

Dasar tidak tahu diri! Sudah tulus aku mencintainya, tapi dia meninggalkanku ketika aku memperjuangkannya. Aku juga bodoh, mencintainya yang tidak punya niat untuk mempertahankanku. Bahkan sekarang aku tahu kalau dia tidak mencintaiku! Oh ya Tuhan!!! Kenapa hidupku seperti ini?! batin Celia.

Celia menyentuh pipinya yang masih merasakan tamparan Ayahnya, padahal itu sudah berjam-jam yang lalu. Hati Celia ikut sakit ketika mengingat bagaimana orangtuanya tidak perduli ketika Celia memutuskan untuk pergi dari rumah.

Baginya, orangtuanya lebih menyayangi kakaknya yang penurut sekali. Kakaknya juga pernah dijodohkan dan menerimanya. Namun pernikahan kakaknya berakhir dengan perceraian, karena suami beserta keluarga suaminya menipu perusahaan Ayahnya Celia dan hampir saja bangkrut. Oh, tidak! Celia tidak ingin bernasib sama. Gadis cantik itu menangis diiringi hujan deras dan petir yang menggelegar, sampai kemudian ia baru menyadari jika ia sudah berjalan cukup jauh entah dimana.

Celia menghentikan langkah kakinya. "Dimana aku? Daerah apa ini?"

Yang dilihatnya deretan pohon-pohon lebat dan sangat sepi, ia terus berjalan menyusuri jalan untuk sekedar menemukan tempat berteduh. Sampai pada akhirnya ia melihat gerbang menjulang tinggi dan ada sebuah rumah tua.

"Rumah itu gelap sekali dan ... menakutkan." Celia bergidik ngeri.

Celia antara takut dan ingin kesana, ia ingin meminta bantuan kepada empunya rumah itu. Tapi saat ia membunyikan bel berulang kali tak ada siapapun yang membuka pintu.

"Mi scusi! Apa ada orang di dalam? Permisi! Buon pomeriggio!" ucap Celia sedikit berteriak.

*(Italia | Permisi | Selamat sore)

Suara petir mengagetkan Celia hingga tidak sengaja Celia menggenggam handle pintu dan..

KREK!!!

Pintu rumah tua tidak terkunci, lantas ia masuk ke dalam dengan pelan-pelan dan mengucap kata permisi.

BRAKK!!!

Suara pintu tertutup dengan keras lagi-lagi mengejutkan Celia. Kilatan cahaya petir menyorot lewat jendela-jendela ke arah dalam rumah, rumah itu gelap dan menakutkan.

Celia meneguk salivanya. "Se.. semoga aku.. aku tidak salah masuk rumah."

"Apa ada orang disini selain aku? Halo!!! Aku tersesat di sini! Aku butuh bantuan!" teriak Celia, tapi lagi-lagi hasilnya nihil.

Celia mengitari pandangannya melihat seluruh interior ruangan lantai satu, dark classic. Celia memberanikan diri untuk mengayunkan kedua kakinya menuju tangga ke lantai dua.

Banyak pintu di sini, mana ya yang kamar? Aku harus memilih yang mana? Celia membatin melihat terdapat delapan pintu ruangan.

Entah kenapa ia melangkah menuju kamar paling ujung di lorong lantai dua. Celia mengerutkan keningnya ketika melihat sebuah ukiran di depan pintu itu.

"The Gangster Leader," ucapnya ketika membaca ukiran sebuah tulisan.

Gangster? Apa jangan-jangan... tidak! Tidak mungkin. Jangan konyol, Batin Celia tenang.

"Mungkin pemilik kamar ini suka dengan gangster karena film. Hehe ..." guraunya sendirian.

Celia membuka pintu dan menutupnya, kamar itu gelap dan Celia mencari saklar lampu lalu menyalakannya. Nuansa kamarnya serba maskulin. Celia menebak jika pemilik kamar ini seorang laki-laki.

Laki-laki tua, sesuai rumah tua ini, batin Celia tertawa.

Celia benar-benar basah kuyup dan kedinginan, ia menuju kamar mandi untuk berendam air hangat. Perlengkapan kamar mandi lengkap, tapi lagi-lagi untuk pria. Seusai mandi, Celia yang mengenakan handuk putih keluar dari kamar mandi dan menuju lemari yang cukup besar.

"Oh, ya ampun Celia. Semua pakaian ini milik laki-laki, sekarang kau akan memakai apa?" tanyanya sendirian.

Celia bergegas keluar kamar masih menggunakan handuk untuk memasuki kamar lainnya. Kamar kedua kamar laki-laki juga. Kamar ketiga kamar laki-laki. Kamar keempat sama saja. Celia mulai menebak penghuni rumah tua ini ada empat pria. Namun ketika Celia ke kamar lima, enam, tujuh dan delapan, pintunya terkunci.

Celia mengambil keputusan untuk kembali ke kamar nomor satu sebelumnya. Celia mau tak mau memakai piyama yang ukurannya melebihi tubuhnya. Celia menuju jendela dan melihat suasana diluar masih hujan deras, petir, sepi dan menakutkan. Rumah tua itu macam rumah satu-satunya di sana. Celia menutup tirainya lalu bergegas ke ranjang, ranjang king size yang empuk dan sprei yang sangat halus.

Beberapa menit kemudian...

      Pintu kamar terbuka dan nampak siluet tubuh pria yang gagah. Pria itu masuk dan terkejut melihat siapa yang tidur di atas ranjang miliknya.

Pria itu mendekati ranjang dan sedikit menunduk. "Gadis dari mana ini? Memakai pakaianku."

Pria tampan itu tak lain adalah pemilik rumah tua. Celia salah menebak, Franco Alemannus bukan pria tua yang dia pikirkan.

Franco menggoncangkan bahu Celia. "Hey! Bangun! Makhluk dari mana kau ini? Hey! Bangun!"

Bukannya bangun Celia malah mengigau yang membuat Franco merasa bingung.

"Aku tidak mau dijodohkan," racau Celia.

"Siapa yang mau menjodohkanmu? Aku menyuruhmu bangun! Cepat bangun gadis aneh!" kata Franco.

"Aku tidak mau menikah dengannya!"

Franco melepas tangannya, menatapnya heran lalu keluar dengan menutup pintunya secara kasar.

*******

👉 Please, give me vote and comment 👈

PuspitaRatnawati

05 Desember 2016

(12:11)

Next to part 2⬇

The Gangster LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang