Oh Sehun adalah seorang dokter bedah di rumah sakit yang sama denganku bekerja, Daesang Hospital.

Kami sudah saling mengenal sejak kecil saat dia baru saja pindah dari Busan, dan menempati rumah kosong di depan rumah kami bersama ayahnya. Kami selalu bersama sejak saat itu. Itulah mengapa tidak butuh waktu yang lama untuk mengubah pertemanan jadi cinta.

Aku mengetuk pintu ruangan miliknya. Kudengar dia menyahut dari dalam. Aku lalu masuk ke dalam. Kulihat Sehun tampak sedang serius menatap layar laptop miliknya sampai kedua matanya menjadi tertuju padaku.

"Kau sudah datang, sayang."

Senyum Sehun melebar, dan ia pun langsung menghentikan pekerjaannya sambil meletakan kaca matanya di atas meja. Dia berdiri hendak menghampiriku namun kedua kakiku sudah berlari lebih dulu padanya dan memeluknya erat.

"Maafkan aku ..." tuturku lembut. "Aku sangat sibuk hari ini sampai lupa kalau ponselku mati."

Sehun terkekeh geli sembari membalas pelukanku. Saat memeluknya seperti ini aku bisa mencium aroma parfum vanila yang sangat kusukai ditubuhnya.

"Aku tidak marah padamu."

"Sungguh?"

Aku mendongak menatapnya dengan tatapan selidik.

Sehun mengernyit dan seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Hm ... baiklah aku mengaku," dia cemberut. "Aku hanya sedikit kesal."

"Benarkah?"

Melihat wajahku yang tampak bingung, dia pun kembali tersenyum sembari menangkup wajahku. Sesekali dia merapikan helaian rambutku yang sedikit berantakan keluar dari ikatannya.

"Hari ini tanggal jadian kita yang ketujuh tahun," bisiknya lembut.

Aku kaget.

"Jangan bilang kalau kau lupa ini tanggal berapa ..."

Aku menggeleng cepat. "Tidak, tentu saja aku ingat ... kok." Jawabku tak yakin Sehun akan percaya jawabanku.

Sehun tersenyum dan membawaku duduk di sofa tamu di dalam ruang kerjanya.

"Syukurlah kau tidak lupa," Sehun mengambil dua buah amplop di atas meja. "Aku sudah mempersiapkan tiket untuk kita berdua." Ucapnya sambil memberikan tiket itu padaku. 

"Tiket?"

"Hm, bukankah kau pernah bilang padaku kau ingin kita bisa merayakannya di Jeju?"

"Ah, benar!" Aku menepuk jidatku. "Assa!"

Aku tersenyum bahagia. Sehun pun turut tersenyum.

"Oh-eh, tapi bukankah kau sedang sibuk?" tanyaku sembari memandang laptopnya di meja.

"Tenang saja, aku sudah mengatur semuanya agar kita bisa liburan bersama." Jawab Sehun menyakinkanku.

Hatiku menghangat dan semakin menenggelamkan diriku dalam pelukannya.

"Hun-ie, kau membuatku tidak bisa berkata-kata lagi."

"Kau senang?"

"Tentu saja," aku mendongkak menatapnya. "Ini lebih dari yang kuharapkan," kataku.

***

Aku sedang makan dengan Sehun saat sebuah panggilan telepon membawa kabar buruk dari rumah. Aku bangkit dari dudukku, begitu juga dengan Sehun yang tampak kaget melihat sikapku.

"Ada apa?" Sehun tampak cemas.

"Hun-ie, aku harus pulang sekarang."

Sehun meraih tanganku dan menghentikanku. "Jeong-ah, ada apa? Apa kau baik-baik saja?"

Ain't Creeping in Your Heart? [REMAKE]Where stories live. Discover now