Epilog

3.5K 122 10
                                    

     Matahari tak memintaku menyapanya pagi ini. Langit orange tak ku lihat saat mataku terbuka. Ku buka gorden yang menutupi jendela, alangkah menyebalkan saat ku lihat langit masih gelap, gelegar petir bak halilintar yang tak mampu diam, seperti anak kecil yang meminta mainan pada ibunya. Butiran hujan tak mampu ku hitung lagi. Semenjak semalam hujan turun tanpa henti, membuat bunyi tak teratur yang menghiasi malam sunyiku. Ku lihat ke kaca, mataku terlalu indah dengan kantung mata yang tebal, wajahku tak teratur terlihat, terlalu kusut terlalu jelek untuk menatap kehidupan pagi ini dan hatiku bahkan lebih buruk dari wajahku dan bahkan aku tak mampu mengetahui apa rasa hatiku saat ini.
     Terputar kisah masalalu bukanhal yang baik, bukan hal yang menyenangkan untukku. Bayangan itu masih ada meskipun telah hilang satu setengah tahun lalu. Tak lekang oleh waktu. Bayangan itu membuat langit hatiku gelap padam tak berwarna, hanya gelap yang ada. Bahkan kenangan indah bersama bayangan itu tak mampu melukiskan senyum di bibirku. Hari-hariku setahun setengah lalu merupakan yang terbaik, terbaik membuat luka. Pergilah sana bayangan hitam! Aku tak membutuhkanmu! Aku ingin hidup tenang tanpamu! Tanpa bayangan gelapmu! Tanpa kesakitan!
     Mengapa ada perkenalan jika harus pergi? Mengapa harus ada cinta jika akhirnya membenci? Mengapa hari itu kita berjabat tangan? Mengapa kau tak acuhkan ku saja saat kita bertemu? Mengapa kau terlalu indah? Mengapa dulu kau indah dan sekarang melukaiku? Mengapa bayangan, mengapa?
     Aku ingin pergi tanpa kau. Berjalan sejauh mungkin, berenang hingga ujung lautan, ataubahkan hilang lenyap di telan bumi. Aku ingin pergi tanpa dirimu, sedetik saja, kau biarkan ku bahagia, setitik saja kau bersihkan luka ini tanpa kata.

Bandung dan Semua Yang Tertinggal [TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя