Aku tersenyum sinis. "Kurasa tidak."

"Lalu apa perlumu?" tanyanya lagi.

"Hanya mengantarkan undangan pernikahan," jawabku sembari menyerahkan sebuah undangan pernikahan.

"Undangan pernikahan? Pernikahan siapa? Aku bahkan tidak mengenalmu," ujarnya.

"Hyena," jawabku membuat mereka terkejut.

"Hye- Hyena? Kau tahu dia dimana sekarang?" tanya ibunya.

"Eoh. Dia ada di rumahku," jawabku.

Mereka tampak kembali shock kecuali pria itu. Ekspresi wajahnya begitu dingin.

"Jadi, kau pria selingkuhannya?" tanyanya dingin. Kali ini gantian aku yang terkejut.

"Maksudmu?"

"Kau yang mencium Hyena di dalam mobil tengah malam, bukan?"

"Aku tidak paham yang kau katakan," ujarku.

"Sebulan yang lalu. Hyena keluar tengah malam untuk menemuimu di minimarket dan kalian berciuman di depan rumahku. Kau pikir aku buta?"

"Maksud kalian apa? Aku tidak paham dengan apa yang kalian bicarakan," kata ayahnya bingung.

Aku tersenyum menyungging. "Aku rasa Tuan perlu tahu semuanya. Tentang putra Tuan dan mantan pembantu Tuan, Hyena," aku menatap tajam Yoongi.

"Aku benar-benar tidak paham ini sebenarnya ada apa?" tanya ayahnya lagi.

"Hyena, pernah berpacaran dengan anak Tuan dan gadis itu hamil," jawabku.

"Hamil?!" seru ayahnya, ibunya, dan wanita di sampingnya terkejut. Tapi pria itu malah nampak sinis padaku.

"Ck. Kau yakin anak yang dikandungnya itu anakku? Dan bukan anakmu?" tanyanya membuatku terkejut.

Jadi semua ini berawal dari salah paham?

"Kau selingkuhannya kan? Jadi mengelak untuk bertanggungjawab?" katanya lagi.

Aku berdiri, mendekatinya, dan meninju wajahnya. Ibunya dan gadis di sampingnya terkejut dengan apa yang kulakukan barusan.

Bugh! Pria itu membalas meninju wajahku.

Aku menaikkan kerah bajunya dan kembali meninju wajahnya.

Bugh!

"Itu untuk otak dangkalmu yang telah berpikiran negatif tentang seseorang."

Bugh!

"Itu untuk sikap pengecutmu yang ingin lari dari tanggungjawab."

Bugh!

"Itu untuk Hyena yang setiap malam menangis dan mendoakan yang terbaik untukmu padahal dia sendiri terluka."

Bugh!

Aku menoleh ayahnya yang baru saja meninju wajahku. Aku memegangi pipi kiriku sambil tersenyum sinis.

"Pantas saja anakmu tidak mempunyai rasa tanggungjawab dan terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu tanpa mencari tahu apa akar masalahnya. Ternyata begitulah cara kalian mendidiknya," kataku langsung membungkam mulut mereka semua.

"Dan kau! Aku bersyukur Hyena memilih meninggalkanmu. Sedikitpun kau tidak pantas untuk gadis baik sepertinya," aku menunjuk wajah Yoongi. Aku melepaskan peganganku pada kerah bajunya dan mendorong tubuhnya ke sofa.

"Kau tahu? Aku baru sebentar mengenal Hyena. Benar-benar sebentar. Tapi aku langsung tahu bagaimana karakter dia seperti apa. Sementara kau! Kau mengenalnya jauh lebih lama dariku tapi kau tidak bisa percaya padanya?" ujarku. "Sedikitpun aku tidak pernah menyentuhnya. Bukan aku tidak mau. Tapi karena aku menghargai dia yang masih mencintai pria bodoh sepertimu."

RETROUVAILLES [COMPLETE]Where stories live. Discover now