Chapter 3

2.4K 404 71
                                    

.

.

.

-Choi Hyena POV-

Pukul 2 dini hari. Tiba-tiba saja aku terjaga dari tidurku. Aku ingin sekali makan sesuatu yang segar-segar. Sepertinya makan semangka enak.

Aku pun bangkit dari tempat tidurku menuju dapur, mencoba mengorak-arik isi lemari es. Tapi ternyata nihil. Aku tidak menemukan semangka sama sekali.

"Apa aku harus membelinya? Tapi sudah larut sekali ini," kuhempaskan nafasku berat.

Aku kembali menutup lemari es tersebut. "Tapi aku ingin sekali makan semangka."

Akhirnya aku pun mengganti pakaianku dengan baju hangat tebal dan bersiap-siap ke minimarket 24 jam yang terletak di ujung gang. Rumah ini begitu gelap. Aku membuka kunci pintu utama dengan bantuan cahaya ponselku.

Angin bertiup begitu kencang menerpa mukaku. Salju juga mulai turun lumayan lebat. Tapi itu semua tidak menyurutkan niatku untuk memenuhi keinginanku membeli semangka.

Aku memakai kupluk pakaian hangatku dan memasukkan kedua tanganku ke dalam saku. Bibirku sedikit bergetar karena udara begitu dingin. Aku pun berjalan menyusuri tepian jalan menuju gang depan.

Selama sekitar sepuluh menit berjalan, akhirnya aku sampai di minimarket. Aku masuk ke dalamnya dan bergegas menuju ke bagian buah. Kedua mataku berbinar melihat potongan-potongan semangka berdaging merah segar. Aku pun mengambil sebuah potongan besar kemudian membawanya ke kasir untuk membayarnya.

"Hyena!" sapa seseorang.

Aku menoleh. "Minhyuk Oppa?"

Dia juga tengah membayar belanjaannya di kasir. Tapi dia pergi duluan sedangkan aku masih mengantri.

Setelah membayar semangka yang kubeli, aku berjalan keluar.

"Hyena!" panggil seseorang.

Aku berbalik. Ternyata Minhyuk Oppa masih berdiri di dekat pintu masuk minimarket. Dia berlari kecil mendekatiku.

"Suatu kebetulan bertemu denganmu lagi," sapaku padanya.

Dia tersenyum lebar. "Ya suatu kebetulan. Atau... Bisa juga suatu jodoh."

"Eh?"

"Tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa. Udara dingin bagaimana kalau mengobrol di dalam mobilku saja?" tawarnya.

Aku ragu-ragu untuk menerimanya. Selain kami belum kenal dekat, hari juga begitu malam.

"Maaf, aku mau langsung pulang saja. Sudah larut malam," tolakku halus.

"Ah, begitu. Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang? Tidak baik seorang gadis berjalan sendiri tengah malam seperti ini. Banyak bahaya."

"Seperti?"

"Penculikan misalnya. Perampokan, pemerkosaan, pe-"

"Menurutmu kau tidak berbahaya?" potongku.

Dia menggaruk-garuk tengkuknya dan tersenyum aneh. "Aku- aku- kau masa tidak percaya padaku? Aku kan kakak teman baikmu."

"Jika seorang ayah saja tega membunuh anaknya, apalagi kau yang hanya kakak temanku," ujarku cuek kemudian meninggalkannya. Tapi dia mencengkeram lenganku.

"Hyena, aku mohon," ujarnya memelas. "Aku janji tidak akan berbuat jahat padamu."

Aku menghela nafasku panjang kemudian mengangguk. "Baiklah."

Senyumnya begitu lebar saat aku mengiyakan permintaannya. Kami pun berjalan menuju mobil mini sedan merahnya.

"Kau membeli apa tengah malam begini?" tanyanya setelah kami duduk di dalam mobil.

RETROUVAILLES [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang