"Jawabnya nanti, ya. Sekarang pakai kaca matanya dulu," pintah Rafael. Dia menyodorkan sebuah kaca mata yang biasanya digunakan para sniper atau atlet menembak pada umumya. Juliet langsung memakainya, lalu mengambil pistol yang dibawa.

"Gue gak mau ngajarin lo pakai pistol. Lo udah mahir. Gue rasa lo juga pasti tahu cara kerja revolver. Yang gue mau ajarin itu, penggunaan senjata jenis lain."

"Senjata yang pertama kali gue latih yah itu. Gue harus narik palu ke posisi awal and then, nembak lagi. Gue harap berikutnya revolver bisa berkembang lagi. Ya bayangin aja kalau tiap narik pelatuk, palunya udah otomatis kembali," ujar Juliet, sembari membayangkan betapa lihainya dia berlatih menembak dua tahun lalu.

"Cukup tahu tentang senjata juga ternyata," gumam Rafael, kagum dengan pengetahuan Juliet.

"Sebenarnya, kalau hanya latihan doang, kita bisa pakai airsoft gun. Tapi gue rasa lo bukan amatiran. Jadi, kita bisa latihan dengan senjata asli," ucap Rafael yang kemudian langsung memberikan Remington M40 yang dikagumi Juliet itu.

"Tapi gue belum ngisi peluru untuk latihan pertama," Rafael mengingatkan Juliet, barangkali gadis itu terlalu antusias untuk mempelajari semuanya di hari yang sama.

"It's okay," ucap Juliet, setuju dengan rencana Rafael.

"Ya udah. Sekarang kita mulai dari cara megangnya dulu," pintah Rafael.

Dan akhirnya, latihan menembak ala Rafael dimulai.

"Kaki lo dibuka selebar bahu, tekukin dikit lututnya, terus miringin tubuh lo kira-kira 40 derajat aja. Ingat, jangan dulu nempelin jari lo di pelatuk," jelas Rafael, untuk pertama kalinya dalam latihan ini. Juliet dengan mudah mengerti pada apa yang dijelaskan Rafael dan langsung mempraktikkan sesuai yang dijelaskan.

"Bagus. Lo harus pegang kuat senapannya pakai tangan lo yang paling kuat, di bagian pelatuk. Kayak gini," jelas Rafael untuk kedua kali, lalu mulai memberi contoh pada apa yang dijelaskannya.

"Gini maksud lo?" tanya Juliet. Dia memastikan apakah posisinya sudah benar sesuai dengan arahan Rafael.

"Pinter. Tetep pegang dengan aman, tapi lembut. Bayangin aja lo lagi berjabat tangan ringan," jelas Rafael lagi.

"Sekarang, tarik sedikit senapannya ke bahu lo. Jangan lupa, tangan masih di posisi yang sama, Julie. Arahinnya aja yang ke atas. Tarik bagian popornya yang kuat ke arah bahu lo." Juliet langsung menarik senapannya ke bagian bahu dan tetap fokus pada instruksi awal.

"Nah, udah bagus tuh gaya lo. Pastiin pengamannya kepasang." Juliet pun Rafael memastikan pengaman senapan mereka sudah terpasang,

"Good. Tinggal bagian nembaknya. Dorong senapan lo menjauh dari tubuh lo, terus lemparin gagang senapannya ke bahu. Paham?"

"Hmm," gumam Juliet, mengiyakan pertanyaan terakhir Rafael. Gadis itu segera mencoba semua yang diajarkan Rafael.

Pada akhirnya, apa yang diajarkan Rafael kali ini dapat dengan mudah dimengerti oleh Juliet. Dibanding gadis lain, dia tidak pernah mengeluh selama latihan, melainkan tetap fokus dengan apa yang diinstruksikan.

"Lo udah keren kayak gitu. Diulangin lagi biar makin anteng ngatur posisi buat nembak. Latihan berikut udah pakai peluru karena semuanya bakal tentang membidik target dengan tepat," seru Rafael, tampak bersemangat memberitahukan ajaran untuk pertemuan berikut.

"Can't wait," respon Juliet dengan nada datar. Dia masih terlalu sibuk melakukan gerakan yang sama sesuai ajaran Rafael. Mungkin karena sudah terbiasa menembak, sehingga Juliet tidak tampak canggung dalam memegang jenis senjata lain.

Bad Juliet?Where stories live. Discover now