Side : 13

1.1K 63 8
                                    


Kamis pagi ini, awan hitam terlihat menggantung di atas sana. Rintik air yang bersusulan pun mulai turun menuju gravitasi bumi.

Bagas dengan sedikit berlari menuju koridor kelas, menutup kepalanya dengan tas yang beralih fungsi menjadi payung. Entah kenapa, jika setiap kali air hujan menetes pada pori-pori kepalanya, laki-laki itu akan diserang pusing mendadak.

Kedua tangannya mengibas seragam yang melekat pada tubuh tegapnya, seolah mencoba membuang sisa-sisa air pada serat-serat kain tersebut. Walau nyatanya tak berhasil.

Kakinya mulai melangkah lagi, kali ini lebih santai dan terkesan lambat. Pikirannya jauh melayang pada apa yang di bicarakan kedua orang tuanya semalam.

Bagas mendudukkan tubuhnya di samping sang Kakak, Bagus Saputra. Seorang laki-laki berusia dua belas menit lebih tua darinya.

Ya, mereka kembar.

Meski hanya terpaut belasan menit, namun sepertinya hidup Bagus lebih beruntung, laki-laki itu dianugerahi otak yang cerdas nan jenius, hingga membuatnya sudah menyandang gelar mahasiswa semester dua. Ya, Bagus dulunya mengikuti kelas akselerasi.

Dan walaupun Bagas juga memiliki otak yang bisa dibilang encer, namun dirinya memilih untuk tetap menempuh masa SMA-nya selama tiga tahun penuh. Karena seperti yang orang-orang katakan, masa SMA adalah masa yang indah. Sayang jika dilewatkan begitu saja, bukan?

So, Bagas dan Bagus. Lucu ya? But ... Wait! Lucu darimananya coba?

Okey, back to earth.

"Besok, kamu ada acara?" tanya mamanya lembut. Dan langsung dijawab dengan gelengan darinya.

"Besok malam, Oom Tikno dan sekeluarga mengundang kita untuk makan malam bersama. Sekaligus membicarakan masalah hubungan kamu dengan Angel."

Dan lagi-lagi, Bagas hanya mengangguk patuh. Mengiyakan apa saja yang keluar dari bibir wanita paruh baya itu.

Sebenarnya, ia sedang malas untuk keluar rumah beberapa hari ini dan ke depannya. Terlebih lusa ia akan menghadapi olimpiade. Tapi mau bagaimana lagi? Menurutnya, perintah kanjeng Ibu tidak boleh ditentang. Ya, setidaknya ia masih menjunjung tinggi kehormatan wanita yang melahirkannya tersebut. Sebagai seorang anak laki-laki-- meski bungsu--, Bagas bertekad untuk selalu membahagiakan mamanya.
Apapun akan ia lakukan untuk sang mama.

Other SideWhere stories live. Discover now