CHAPTER 29

2K 184 3
                                    

Saat aku melangkah keluar dari ruangan Prof. Christian, aku melihat seorang pria berambut keriting tengah duduk di kursi panjang yang terdapat di koridor sambil bercanda riang dengan gadis pirang di sebelahnya.

Aku menahan amarah yang memburu di sekujur tubuhku. Apakah ini alasan mengapa Harry tidak pernah membalas pesan ataupun mengangkat panggilan dariku? Untuk kedua kalinya, kenapa harus ada wanita pemisah antara aku dan Harry?

Tanganku mengepal kencang merasakan sesuatu yang mendorongku untuk memukul wajah Natasha yang sangat amat menyebalkan. Dan dalam waktu bersamaan aku sadar. Sebaiknya aku melepaskan Harry. Ia tampak tidak bahagia denganku.

Mungkin, aku harus belajar melepaskannya.

Mungkin.

Ya, mungkin.

Jika aku bisa.

Saat aku tersadar dari semua hal buruk yang ku bayangkan, aku melihat Harry yang menyipitkan matanya ke arahku. Rupanya, ia sedang memperjelas penglihatannya. Aku maju beberapa langkah lalu tersenyum ke arahnya. Barulah ia membulatkan matanya terkejut akan kehadiranku.

Dengan cepat, ia menghempaskan Natasha yang sedang bergelayut manja di lengannya. Ia bangkit menghampiriku dengan sedikit berlari. Napasnya tersengal saat ia sampai di hadapanku.

"H..hai, apa yang kau lakukan disini?" Ia mengambil tanganku dan mengusapnya perlahan.

"Aku ingin menjenguk Natasha dan..berbicara sebentar denganmu."

Dia menarik ku duduk di kursi panjang namun letaknya sangat jauh dari tempat ia dan Natasha duduk tadi. "Silakan, apa yang mau kau katakan?"

"Tidak disini, Harry. Biarkan aku menjenguk Natasha dulu. Baru setelahnya kita bicarakan hal yang yeah sedikit penting."

Tekadku sudah bulat untuk memberitahu Harry apa yang terjadi denganku dan tubuh brengsekku ini. Semakin cepat aku memberi tahunya semakin cepat pula hubungan kami berakhir. Aku terkekeh di akhir kalimat tadi.

"Hi, Natasha. Bagaimana keadaanmu? Mengapa kau keluar dari ruang rawatmu?"

Ia memandangku sinis namun di detik selanjutnya langsung tersenyum tipis ke arahku. "Aku bosan di dalam. Kau. Apa yang kau lakukan disini?"

"Hanya ingin menjengukmu, bolehkah?" Ia nampak sedikit keberatan dengan permintaanku, namun ia langsung mengangguk dan mengajakku masuk ke dalam ruangannya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku sekedar basa basi.

"Baik."

"Kau sudah makan?"

"Sudah."

"Kau..-"

"Bisakah kau diam? Kepalaku pusimg menjawab semua pertanyaanmu." Ia berteriak kencang di hadapanku.

Menghembuskan napas kesal dan mencoba tersenyum tipis kepada makhluk penggoda di hadapanku ini. "Maaf."

"Nath, aku harus mengantar Alice pulang dulu. Tak apa ku tinggal?" Lagi dan lagi, aku melihat sikap lembut Harry yang berlebihan terhadap Natasha. Mati saja kau.

"Tapi, aku takut.." Ia menarik badan Harry untuk mendekat ke bibirnya. Ia membisikan beberapa kalimat di telinga Harry yang tidak ku dengar sama sekali.

"Shh, kau tidak perlu takut, Nath. Aku akan kembali secepatnya. Alice tidak membawa mobilnya..-"

"Dasar manja."

"Apa katamu?" Napasku memburu mendengar jalang itu mengumpat di hadapanku. "Brengsek, kau yang manja, sialan." Emosi ku sudah tidak bisa tertahan melihat wajahnya yang memelas.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang