CHAPTER 14

2.4K 214 5
                                    

"Baik, baik. Aku sedang dalam perjalanan. Ya, kau bisa menjemputku di stasiun nanti." Aku mematikan sambungan dan beralih pada tiket kereta yang ku genggam.

Mungkin liburan singkat ini bisa membuatku melupakan Harry sejenak, gumamku.

Tak lama, taksi yang ku tumpangi sudah sampai di stasiun besar. Aku segera turun lalu mampir ke salah satu toko roti ternama dan membeli beberapa roti untuk di perjalanan.

Aku mengambil tempat duduk di samping nenek tua dengan keranjang besarnya. Menikmati pemandangan sambil sesekali memakan roti yang kubeli tadi.

"Nek, apa kau mau roti?" Tawar ku kepada nenek di sebelahku. Ia mengangguk lalu menerimanya. "Terima kasih banyak." Ucapnya terbata.

Aku menganggukan kepala dan berpikir. Bagaimana bisa keluarga nenek ini membiarkannya naik kendaraan umum sendiri. Jika dilihat lihat, umurnya sudah mencapai 70 tahun.

3 jam perjalanan hampir membuatku mati kutu. Tayangan di kereta pun hanya beberapa film yang sudah ku hapal jalan ceritanya. Benar benar membosankan. Tapi, untungnya nenek tadi mengajak ku berbicara sambil sesekali tertawa. Aku jadi merindukan nenek.

Aku menduduki salah satu bangku di ruang tunggu sambil menunggu Ruth ataupun Phillip yang akan menjemputku. Astaga! Mereka sangat lamban. Aku sudah hampir 45 menit disini dan mereka belum tiba. Such a good friends, haha.

"Hei, Alice. Maaf menunggu lama. Ada beberapa perang yang harus ku jalani dulu tadi." Phillip datang dan langsung menyambar roti ditanganku dan juga koper.

"Serius? Hanya karena bertengkar dengan Ruth? Kalian benar benar kekanakan, kau tahu?" Ucapku. Ia mengangguk.

"Kembalikan roti ku." Aku menarik roti ku yang sudah sebagian di gigit olehnya. Namun tiba tiba ia menariknya kembali lalu berlari membawa koperku. Persetan denganmu, Phillip.

Aku mengejar Phillip sampai ke pintu utama stasiun ini. Ia terus berlari ke arah parking lot lalu dengan cepat memasuki mobilnya. Menaruh koperku di belakang lalu menancap gas dengan cepat.

"Bisa kita mampir ke kedai kopi?" Tanyaku. Ia mengangguk lalu membelokan stir nya ke arah kedai kopi di pinggir jalan.

"Kau turun sendiri tidak apa kan? Aku menunggu di mobil." Ujarnya. Aku mengangguk dan memasuki kedai itu. Membeli 3 kopi dengan varian rasa.

"Banyak sekali. Untuk siapa saja?" Tanya Phillip tepat ketika aku membuka pintu mobil.

"Aku, Ruth dan kau, jika kau mau." Ucapku.

Ia tertawa, "Bodoh. Tentu saja aku mau." Tawanya.

Tak sampai satu jam, kami sampai di sebuah villa yang ku asumsikan adalah villa yang disewa Ruth. Aku turun dan menggeret koperku ke dalam.

"Alicee.... Aku merindukanmu. Oh astaga! Kita sudah lama tidak bertemu." Ruth berteriak histeris ketika melihat ku membuka pintu.

"Oke, oke. Biarkan aku menaruh koperku dulu." Ucapku lalu membanting bokong di sofa.

"Baik, baik. Kau tidur di kamar Phillip bersamanya, okay?" Ucapnya.

Aku terbelalak kaget, "Mengapa aku tidak denganmu?" Tanyaku.

"Ak..-"

"Sayang.." Suara lelaki bergema di belakangku. Aku menoleh dan melihat lelaki bertubuh ramping dengan tato nya yang banyak. Aku mengangguk mengerti dan tersenyum licik.

"Hi, Zayn dan hati hati hamil, Ruth ku sayang." Godaku. Ia tertawa dan melempar ku dengan bantal sofa. Aku tertawa dan berlari ke kamar Phillip. Sejak kapan Ruth dan Zayn menjalin hubungan? Mereka terlihat serasi.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang