Kejutan Samuel

26K 1.8K 38
                                    

Selama perjalanan pulang Abid dan Cantika dihiasi oleh mereka yan saling melempar lelucon. Rasanya jauh lebih indah saat ini yang mereka rasakan. Abid juga mengambil lewat jalan dalam tidak melewati jalan raya yang banyak polisi karena, katanya sedang terjadi banyak tilang.

Abid menoleh kearah spion motornya. "Nih gue punya tebak-tebakan."

Cantika menaikkan alisnya, "apaan?"

"Malam, malam apa yang indah?" tanya Abid.

"Malam minggu, iya kan, iya dong?" jawab Cantika dengan senyum kemenangan.

Abid menggeleng dengan cepat, "salah."

"Dih mana bisa salah, itu mah akal-akalan lo aja." Sergah Cantika tidak mau kalah.

"Lo mau tau gak jawabannya apa?" tanya Abid sambil menaik turunkan alisnya.

"Awas lo jawaban lo ngaco." Ancam Cantika.

Abid terkekeh sebentar, "malam yang indah itu adalah Malamar kamu."

Mendengar itu Cantika menabok lengan Abid. "Receh dasar." Tapi tidak bisa dipungkiri pipi Cantika bersemu merah.

"Receh, receh tapi blushing cie." Goda Abid.

Spontanitas Cantika memeluk Abid dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di punggung Abid. Sudah dapat dipastikan jantung Abid tidak bisa terkontrol dan dia sangat bahagia bisa seperti ini dengan Cantika.

"Can, nih gue punya tebakan lagi gue jamin ini gak receh." Bujuk Abid supaya melihat wajah Cantika.

Dengan segala keberaniannya Cantika menaruh dagunya di pundak Abid dan tangannya masih melingkarkan di pinggangnya. "Apaan?"

Astaga dengan jarak sedekat ini rasanya otak Abid seketika blank. Dengan jarak sedekat ini dia bisa mencium bau harum Vanilla dari parfum yang di pakai Cantika.

Cantika mengernyit karena Abid hanya diam saja. "Bid, kok lo diem sih."

Mendengar suara Cantika membawa Abid kembali ke daratan. "Hah?" Jawabnya linglung.

Cantika memanyunkan bibirnya karena kesal ternyata Abid dari tadi tidak meresponnya. Abid yang melihat bibir itu astaga ingin rasanya dia berhenti sekarang dan melumatnya sampai Cantika kehabisan nafas. Oh, terkutuk lah pikiran mesum Abid.

"Tebak-tebakannya apa?" tanya Cantika.

Abid mengatur nafasnya, "cecak, cecak apa yang bisa bikin mati?"

"Kok cecak dimana-mana cicak." Protes Cantika.

"Bawel tinggal jawab aja." Jawabn Abid dengan santai.

Cantika mengerutkan keningnya sebentar berusaha mencari jawabannya. "Cecak yang timpuk batu."

Mendengar itu Abid tertawa lepas, "hem sebenernya bener tapi, tetep salah jawabannya."

Cantika langsung menoyor pelan kepala Abid. "Terus apaan?" tanya Cantika penuh penasaran.

"Cecak nafas setiap kali ngeliat senyum manis kamu." Tidak lupa dengan senyum manis dari Abid.

Putih Abu-AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang