Alpha's Babies 10

Start from the beginning
                                    

Aku mengerang dan bangun berdiri dengan gemetar, lalu merampas kertas itu dari kedua tangan Corbin. Aku tak menghiraukan baik teriakan maupun rengekan mereka untuk memberikan kertas itu kembali. Aku mengangkatnya kertas itu agak tinggi supaya Colten bisa membacanya dari balik bahuku. Aku mendengarnya bergumam pelan saat ia membaca kata-kata di dalamnya. Tiba-tiba saja, ia menyumpah serapah dengan kasar.

"Colten!"

Ia menutup mulutnya dengan tangam dan melirik ke arah si kembar yang sedang menangis. "Maaf, aku cuma tak bisa memercayainya!"

"Kenapa? Memangnya kenapa? Aku bahkan belum membacanya dengan benar dengan penglihatan manusiaku ini. Hanya gambarnyalah yang membuatku tertarik," kataku.

Colten menangkap kedua bahuku dan menatapku sungguh-sungguh sambil tersenyum tampan. "Raiven, anakmu--maksudku anak kita, baru saja menemukannya."

"Menemukannya?"

"Cara untuk mengembalikanmu menjadi serigala lagi."

Aku mengeluarkan jeritan gembira lalu memeriksa kerta itu lagi. Dan memang benar, di sana ada cara-cara bagaimana mengembalikan kutukan sial ini. Aku mencium pipi Corbin yang basah. "Oh, ibu sayang padamu. Ibu sayang padamu!"

Colten tertawa, "Kau membesarkan seorang jenius."

Pintu ruangan terbuka lagi dan Nick serta Kory melangkah masuk. "Maaf, Alpha. Tak ada yang bisa menemukan apa pun," kata Kory menyesalinya.

Colten hanya mengangkat selembar kertas tadi untuk ditunjukkan pada mereka dan mengangkat bahu.

Mereka meninju udara dengan ekspresi kemenangan. "Yeah! Sekarang Kale akan membayarnya," kata Nick, matanya berkilat-kilat jahat. Aku tahu kalau semua orang membenci kakakku, tapi maksudku... dia masih kakakku.

Colten menarik Corbin dan memberinya pelukan kikuk singkat. "Kerja bagus," katanya, menatap dengan bangga pada Corbin.

Caden bersungut-sungut dan melipat kedua lengannya kemudian menjulurkan lidahnya pada Colten.

"Well, ayo! Baca instruksinya, kita butuh Raiven dalam bemtuk manusia Were untuk bisa menyerang Derek dan kelompok kecilnya," kata Kory melangkah menuju Colten.

Colten membacanya lagi, kedua alisnya tertaut dengan imut dan ia terlihat begitu mirip dengan Caden--Aku tak mengatakanya keras-keras. Dia mungkin akan merasa merinding.

"Hmm," kata Colten, kedua alisnya mengerut makin kencang saat matanya menyusuri halaman itu. Jemarinya mencangkaran kertas itu, kemudian ia mengangkat wajahnya dengan ekspresi murka.

"Apa? Apa yang dikatakan di situ?" tanyaku putus asa.

"Ini," katanya sembari melambaikan kertas itu dengan marah, "semuanya omong kosong breng-"

"Jaga bicaramu," Nick memeringatkan.

Colten melotot padanya. "Aku punya setiap hak untuk mengatakannya. Aku tak akan melakukan apa yang dikatakan di sini," katanya dengan suram.

"Apa? Tapi--" protesku. Tak mungkin aku tetap jadi manusia seumur hidupku! Itu kutukan!

Mata Colten berkilat kuning. "Dengar, kau akan tetap jadi manusia. Aku lebih suka kau tetap seperti itu.."

Kami semua menatapnya.

"Colten, kau sudah gila? Seorang Luna manusia? Sejak kapan hal itu terjadi?" tanya Nick.

Colten menggelengkan kepalanya. "Aku akan mangkat dari jabatan Alpha kalau perlu."

Nick melirikku kemudian maju dan merampas kertas itu dari tangannya. Aku sudah di penghujung tangis, kenapa Colten mencoba menghentikanku menjadi diriku yang sebelumnya? Aku tak ingin menjadi manusia dan berkeliaran dengan penglihatan dan pendengaran payah dan tak bisa mengendus bau yang paking sederhana.

Alpha's Babies (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now