IV. Sick [Jung Hoseok]

6.5K 663 30
                                    

Satu.

Dua.

Tiga. Aku menghitung langkahku dengan pelan, berusaha menggerakkan kedua kakiku agar bisa berjalan dengan normal.

Efek jatuh dari tangga kemarin membuat pergelangan dan tulang kerasku membiru, dan lebih parahnya aku tidak bisa menggerakkan kaki sebelah kanan.

Aku haus sekali, dan sayangnya air di siapkan Hoseok sebelum ia berangkat menuju BigHit sudah habis. Dengan teramat pelan aku mengambil tongkatku dan mulai berjalan.

Baru saja melakukan lima langkah, kaki kananku benar-benar tidak terasa. Tanpa sadar aku merutuki diriku sendiri dan menyumpahi betapa aku tidak berguna sekarang ini.

Hoseokie is calling...

"Halo?"

Aku menggeram merasakan sakit di bagian pergelangan kaki kanan, "Halo, oppa."

"Sayang kau baik-baik saja?" Laki-laki yang berjarak lebih dari tiga kilometer denganku itu bertanya dengan nanda khawatir yang dominan.

Aku tertawa kecil, "aku hanya haus dan tidak bisa berjalan ke dapur."

"Tunggu aku pulang, aku sudah berlari."

"Hati-hati, oppa." Aku tersenyum. Di tengah kesibukan dengan Bangtan dan album barunya, Hoseok-ku tidak pernah berubah sekalipun. Walaupun hari-harinya terkadang sungguh melelahkan, ia akan tetap berbicara padaku setiap malamnya dan memelukku sampai pagi.

"(y/n)!" Hoseok. Ia dengan napas tersengal membuatku merasa iba. Keringatnya sudah mengucur. Di tangan kirinya ia membawa satu minuman bergula tinggi kesukaanku dan tangan kanannya memegang satu kantung kresek penuh. Camilan.

"Lucunya kudaku berlarian, kau pasti sangat lelah. Tidurlah oppa." Aku dibantunya kembali ke tempat tidur kami.

Hoseok kembali bangun setelah memastikanku nyaman dengan posisiku sekarang. Ia membuka bajunya yang sudah basah, walaupun udara dingin sekali berlarian dengan jarak lumayan jauh benar-benar membuatnya basah total.

"Kau tidak menaiki bus?"

Ia mengangguk. Badannya yang tidak kalah dari Jimin, enam kotak sempurna, membuatku mengalihkan pandangan. "Tetapi aku berlari dari mini market ke apartemen kita."

"Kau tidak perlu berlari, oppa."

"Dan bagusnya, tidak ada yang mengenaliku. Di bus juga mereka acuh sekali, mungkin aku memang harus pulang dengan berlari."

Aku menjadi benar-benar tidak enak. "Maafkan aku..."

Ia memakai baju yang baru saja ditariknya dari lemari, dan menoleh ke arahku. "Aku akan lebih marah kalau kau tidak mengatakan apapun padaku."

"Aku benar-benar bodoh, kan? Turun dari tangga saja tidak becus."

Ia mendekatiku setelah mengganti pula celana panjangnya dengan celana rumahan. "Memang, kau itu bodoh sekali." Ia mencubit hidungku keras lalu menciumnya.

Aku menatapnya, ia lelah sekali kelihatannya. Kantung matanya yang begitu tebal, senyumnya yang selalu ada untuk ARMY itu kini runtuh di hadapanku. Bibirnya yang manis dan penuh dengan teriakan khas miliknya kini pucat.

"Kau pasti lelah sekali,"

Hoseok mengangguk. "Tapi melihatmu baik-baik saja, aku sudah tidak apa-apa."

Aku memeluknya, erat sekali. Bagaimana aku bisa seberuntung ini mendapatkan Hoseok? "I love you."

"Me too," Ia melepaskan pelukan kami dan menunjuk cemilan yang banyak sekali dibelinya. "Netflix and chill?"

Aku mengacak rambutnya dan mengangguk.

-
Hiiii!
follow yhaa igku; @balitoseoul juga....
mwah;3

FULLY FLUFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang