Dua Puluh Tiga|Kesalahan

6.7K 515 64
                                    

Dear Penny,
---

***

Kira's POV

     Satu langkah kuambil, namun terlambat. Mobil polisi itu telah melaju kencang, membawa Dino yang ikut naik di dalamnya.

       Grace menatapku simpatik. Aku benci di tatap seperti itu.

      "Kenapa lo natap gue kayak gitu?" Pelupuk mataku penuh, pandanganku mulai memburam. "Jangan liat gue kayak gitu."

       "Lo jelek kalau nangis, Kir," ucap  suara serak dan lemah dari samping kananku. Aku menoleh menatap Anya. Sahabatku itu menatapku datar, matanya nyaris tertutup.

       Aku hanya bisa berjongkok, menangis dengan teriakan yang sama sekali tidak bisa kukontrol. Setiap ringisan dan isakan tidak bisa bertahan di leherku. Seperti berdesakan dan memaksa untuk dikeluarkan.

     Rasanya sakit sekali.

       Entah sejak kapan Grace datang dan memelukku. Cewek itu dari tadi memang kelihatan canggung dan ikut murung.

      "Sebenarnya gue jijik meluk lo kayak gini," ucapnya. "abis kalau nangis lo bikin telinga gue terganggu."

      Aku terus terisak.

     "Berhenti menangis," ucap Grace lagi.

      Tapi nyatanya, cewek itu juga mengucapkan kalimatnya dengan suara yang bergetar.

***

Aidan's POV

      Aku menguatkan gendongan Anya yang sama sekali tidak bergerak di punggungku. Dapat kurasakan kepalanya menyandar lemah di bahuku.

     Liat saja, aku rasanya ingin benar-benar menonjok supir ambulans yang terlambat datang karena alasan macet. Ambulans macam apa itu? 

      Keringat di dahiku semakin   mengucur. Melihat Anya yang seperti sekarat, aku jadi panik sendiri. Rasanya emosiku meletup-letup.

      Jika dia mendapatkan luka luar yang banyak, tidak mungkin dia selemas ini. Aku menelan ludah panik, mengisyaratkan kepada Grace dan Kira untuk menelpon ambulans itu sekali lagi.

       "Aidan...." Mataku melebar. suara Anya yang kecil itu terdengar jelas di telingaku.

       "Anya? Kenapa? Lo butuh sesuatu?" tanyaku dengan nada suara yang tinggi. Membuat Kira dan Grace ikut menoleh dan terdiam.

     "T-t-turunin gue," cicitnya pelan.

     "Eh, tapi-"

     "Turunin gue, Dan," potongnya.

       Dengan anggapan bahwa ada bagian tubuhnya yang sakit atau apalah itu, aku menurunkannya. Tetap menstabilkan pijakannya. Kakinya terkena sayatan, pasti nyeri jika harus menumpu badannya.

        Ludahku terasa menyangkut di leher kala kulihat tangan Anya menggenggam jari telunjukku. Dengan langkah pincang, ia menarik jariku ke arah pintu.

      "Ayo pulang," ucapnya.

      Aku menatapnya panik, aku yakin pasti wajahku sekarang tampak sangat kacau.

      "Ayo pulang, Aidan. Ajak Kira sama Grace juga," ucapnya lemah.

      Dan sesaat setelah ia menyelesaikan kalimatnya, cewek itu ambruk ke depanku. Mataku melebar, refleks aku menangkapnya.

       Kira dan Grace yang terkejut langsung berlari menghambur ke depanku, membantu membalikkan tubuh Anya.

       "Anya! Anya!" mataku melebar begitu melihat wajah Anya yang pucat, bibirnya nyaris tak berwarna. "Anya, jangan biarkan mata lo tertutup!" tanganku bergetar menahan tubuhnya begitu kulihat matanya tak lagi terbuka sedikit pun.

Sketcher's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang