Delapan|Teman Lama

6K 569 30
                                    

Dear Penny,

Mungkin mencari tahu tentang ini bisa saja jadi hal terbodoh atau pun tidak, karena aku malah menuruti rasa penasaranku padahal aku tahu, jika aku memecahkan rahasia gambaran itu, tidak akan ada dampaknya sama sekali bagiku.

                        ***

     Aku bergetar, sosok itu masih memegang pergelangan tanganku erat. Dengan susah payah, aku berbalik melihat wajahnya.

       "Dino?!" aku menarik tanganku agar lepas dari pegangannya. "Lo ngapain di sini?" Aku memperhatikannya dari atas sampai bawah.

       "Sorry, lo kaget ya?" Dino menggaruk tengkuknya. "Tadi gue mau ke rumah lo, tapi gak jadi karena gue udah nemuin lo di sini."

      Aku masih bingung, alisku bertautan. "Lo mau ngapain di rumah gue?" tanyaku heran.

       "Kita bicara di sana aja," tunjuk Dino ke sebuah bangku panjang di dekat halte.

       Aku hanya mengikuti Dino dari belakang, kalau Kira tahu aku bersama Dino, apa dia akan marah?

     Aku duduk di kursi panjang itu, menunggu Dino kembali dari kios kecil yang tak jauh dari sana.

       "Nih." Dino membawa dua kaleng soda dingin dan menyodorkan sekaleng padaku yang kemudian kuambil dari tangannya.

       Dino duduk di sampingku, ia membuka penutup sodanya. "Ada yang perlu gue tanyain ke lo, ini soal eh...." Ia tidak melanjutkan pertanyaannya. "Soal Kira, gue mau nanya beberapa hal tentang dia ke lo."

 
       "Uhuk!" Aku tersedak soda. "Kenapa lo nanya soal itu? Suka ya sama Kira?" aura jahilku keluar lagi.

      Dino salah tingkah, namun lagaknya tidak seperti salah tingkah milik Aidan. Dino agak sedikit ... Seperti memaksakannya.

     Ah, bodo amat, yang jelasnya sekarang aku tahu ia suka sahabatku.

   "Sembarangan lo! Gue cuma...." Dino tidak melanjutkan perkataanya. lagi.

      "Cuma apa?" sergahku.

      "Cuma...," Dino terlihat berpikir sembari meneguk soda.

      Aku menaikkan sebelah alisku, memasang tampang menyebalkan.

      "Iya! Gue suka sama Kira, puas?!" Dino menegakkan duduknya.

      Mataku berbinar, Kira pasti akan loncat-loncat ketika tahu soal ini. Aku mengukir senyum senang, Kira hebat.

       "Gue mulai penjelasan gue ya," ucapku sembari memperbaiki posisi dudukku. Dino mengangguk mantap.

       "Jadi gini, Kira tuh suka yang manis-manis, alergi seafood, gak suka boneka yang berbulu, penakut, baperan, enggak bisa dibohongi...," dan berlanjutlah penjelasanku sampai dua menit kemudian.

       Dino manggut-manggut mengerti, matanya terlihat lelah dan memiliki lingkar hitam di bawahnya, antusiasnya berbeda dengan di awal. Pasti dia kurang tidur atau semacamnya atau aku yang membosankan karena mengucapkan hal-hal yang tidak penting sekali pun.

    "Oh gitu, makasih ya Anya." Dino membuang kaleng sodanya yang sudah kosong. "Kalau gini gue bisa lebih mudah deketin dia, lo tahu banyak ya?" Dino teresenyum hangat.

Sketcher's SecretWhere stories live. Discover now