Lima|Festival Kembang Api (2)

7.5K 657 23
                                    


    Gelapnya malam disudutkan dengan cahaya kerlap-kerlip di sepanjang jalan. Orang-orang sibuk berlalu lalang, bersenang-senang menikmati segala hiburan. Ada banyak penari, pesulap, peramal, dan ada juga yang memakai kostum heboh. Musik dan tawa melebur menjadi satu, menambah semarak suasana.

    Parade di mana-mana, berbagai macam wahana dan hiburan ramai dikunjungi. Ada yang berlari, ada yang berjalan. Ada yang sendiri, ada yang bersama orang lain.
Angin malam yang dingin tidak kurasakan lagi, seluruh fokusku teralih ke suasana ramai yang penuh cahaya, sangat kontras dengan langit malam yang gelap.

    Bibirku menyunggingkan senyum, aku tidak pernah lagi ke tempat semenarik ini setelah sekian lama. Suasana hatiku benar-benar bagus, apalagi saat menyadari Aidan berada di sampingku sekarang.

   "Ramai banget, kayaknya bakalan seru nih." Aidan tersenyum lebar. "Ayo, kita senang-senang dulu." Kemudian Aidan menyambar tanganku, masuk ke dalam kerumunan parade yang memutar musik disertai gendang dan penari.

   "Eh, Reza mana?" Aidan berhenti, kepalanya celingak-celinguk. Tidak mudah mencari seseorang di tempat seramai ini.

   "Gak tahu tuh, kayaknya dia tadi pergi bareng teman-temannya." Aku ikutan celingak-celinguk.

    "Bodo, kita coba wahana, sayang kalau enggak dicoba," ajak Aidan. Ia kemudian tersenyum manis, manis sekali, aku nyaris menatapnya sambil bengong lagi, tapi segera aku mengangguk penuh semangat.

    "Wah! Anya, gimana kalau rumah hantu?" Aidan menunjuk sebuah rumah bobrok yang antriannya belum banyak, aku hanya diam tanpa suara.

    "Eh...." Aku memalingkan wajah. "Kenapa? lo takut ya?" ledek Aidan.

    Ck, Aidan mulai lagi.
 

    Aku mendelik. "Gak kok, siapa takut?!" Kini aku yang menarik tangan Aidan, kudengar kekehan Aidan dari belakang.

    Aku mendengus malas, tapi tidak saat antrian kami sudah dekat. Kupandangi wahana itu sekali lagi, penjaga pintu berjubah hitam kini sudah ada di depanku. Setelah membayar, kami akhirnya masuk.

     Gawat, aku mulai bergetar. Satu-satunya cahaya adalah api dari obor asli di pojok ruangan yang terbuat dari kayu ini. Saat kakiku menginjak lantai,

     Krik....

     Kayunya bahkan benar-benar berderit seolah menjerit. Aku melihat sekeliling, cahaya remang-remang menyapu ruangan sempit yang panas itu. Tempat tidur besi yang berkarat adalah satu-satunya barang yang ada di sana, di samping tempat tidur itu terletak pintu besi besar yang terlihat begitu kokoh. Juga jendela kecil dengan gorden putih tulang yang mulai menguning.

    Dengan kaki yang bergetar hebat, aku melangkah menuju pintu itu. Samar-samar terdengar bisikan, aku mulai berkeringat. Tiba-tiba terdengar sesuatu dari belakang.

    bunyi apa itu? Terdengar suara merdu yang pecah. Aku tahu suara apa ini, suara kotak musik.

    Aku berhenti, badanku mendadak kaku. Suara kotak musik itu mendadak dekat, suaranya mulai membesar perlahan-lahan. Terdengar langkah kaki yang membesar diiringi Alunan melodi yang lembut, lalu obornya mati, dan kemudian suara tangisan terdengar.

     Aku kemudian sadar sesuatu.

     Aidan tidak ada. Ruangan ini kosong.

     Dan aku sendirian.

     Mampus.

***

Aidan's POV

     Aku mondar-mandir di depan pintu keluar rumah hantu tadi, kenapa Anya tidak kunjung keluar juga? Ini sudah dua puluh menit lebih.

Sketcher's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang