P R O L O G

25.6K 1.4K 113
                                    

Jakarta, 1988

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 1988

Untuk memecahkan misteri, rahasia harus ditemukan. Lalu bagaimana kalau misteri diawali dari tragedi terlebih dahulu? Seperti saat ini, nyawa seseorang sedang menjadi taruhan. Mungkin bukan hanya seseorang, bisa saja beberapa nyawa. Oleh karena itu, dua mobil mewah sedang melaju di jalan raya kota yang tengah sepi karena larutnya malam. Tampak mobil yang putih mengejar mobil berwarna biru tua dengan kecepatan tinggi.

"Mereka gak mau berhenti, Ka! Kita harus ngejar mereka sampai kapan lagi? Aku gak mau Mama kenapa-napa sama orang-orang jahat itu! Aku gak mau, Ka," tutur gadis itu, sangat frustasi sekarang. Bagaimana tidak! Tiba-tiba saja kawanan mafia entah dari mana mereka seketika membawa lari Ibunya di penghujung hari yang semestinya memang harus baik-baik saja seperti biasanya. Gadis itu belum tahu pasti motif tindakan penjahat-penjahat itu. Lagipula mana mungkin dia sudah menebak hal buruk seperti ini. Ini bahkan bukan 'buruk' yang pernah dia bayangkan sebelumnya.

Kabar baiknya, gadis itu memang tidak sendirian. Sahabatnya yang sedang fokus menyetir mobil putih itu juga sangat khawatir. Namun dia menemani gadis itu bukan untuk larut dalam kecemasan saja.

"Di persimpangan jalan nanti, ada telepon umum. Setelah mobil ini berhenti, kamu cepetan telpon polisi," ucap sahabatnya, menyampaikan rencana acak yang terlintas begitu saja di benaknya.

"Terus kamu gimana?" tanya gadis itu, tidak ingin kekhawatirannya bertambah.

Sahabatnya tersenyum samar, "Nyelamatin Mama kamu. Kamu cuma perlu telpon polisi dan nunggu di situ. Aku gak mau kamu ikutan dibawa mereka."

"Ka, tapi kalau mereka ngancam kamu sama senjata atau semacamnya gimana? Gak bisa pokoknya! Kita nyelamatin Mama sama-sama," tukas gadis itu.

"Nanti polisinya gak bisa datang bantuin kita. Memangnya kalau tambah kamu, mereka bisa kabur?" tutur sahabatnya, ada benarnya.

Gadis itu tidak bisa berkutik lagi dengan ucapan sahabatnya. Tangannya mengepal, berusaha untuk menjaga kewarasannya agar misi penyelamatan Ibunya bisa berhasil.

"Asalkan Mama bisa diselamatin, aku bakal ikutin rencana kamu," seru gadis itu, menyetujui rencana yang sudah diutarakan sahabatnya tadi.

"Baik. Sekarang, aku bakal makai cara seorang pembalap sejati."

Lantas mobil putih itu akhirnya melaju dengan kecepatan yang mungkin tidak pernah dikira para penjahat itu. Lajunya semakin cepat, hingga akhirnya mobil putih itu berhasil menghentikan mobil yang membawa lari Ibu gadis itu. Mereka berhenti tepat setelah persimpangan jalan yang dikatakan sahabatnya. Setelah mendapat aba-aba dari sahabatnya, gadis itu bersegera lari ke arah telpon umum yang jaraknya tidak begitu dekat namun tidak juga jauh dari titik perhentian mobilnya. Dia memastikan penjahat-penjahat itu tidak melihatnya. Sedangkan sahabatnya kini ikut keluar dari mobil setelah mengetahui bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang melihat gadis itu.

Bad Juliet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang