Bab 3

2.9K 220 28
                                    

"Jadi dia telah meninggal? Ya Tuhan, bagaimana itu terjadi?" Kerelyn membelalakan mata tak percaya dengan apa yang baru saja Eddy ceritakan tentang orang yang berusaha menabraknya beberapa bulan lalu.

"Iya, aku tidak tahu detailnya seperti apa tapi polisi menemukan mayatnya di gedung parkir yang sudah tak terpakai di daerah pinggiran Brooklyn."

Kerelyn terdiam beberapa saat, ia masih terlihat kaget dengan berita yang di dengarnya siang ini, seseorang yang entah disengaja atau tidak berusaha melukainya dulu, kini telah di bunuh oleh orang lain.

"Apa polisi yakin kalau dia orang yang sama dengan yang berusaha menabrakku?"

Eddy menatap Kerelyn dari balik gelas karton kopinya sambil mengangkat alis melihat reaksi Kerelyn yang tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.

"Iya, polisi sudah mengidentifikasi mayat itu, dan pria itu adalah orang yang sama yang tertangkap cctv jalanan ketika dia berusaha menabrakmu."

Kerelyn kembali terdiam, ia menyeruput kopi kental berharap kafein bisa sedikit menenangkan syaraf-syarafnya.

"Apa para polisi sudah mengetahui alasan pria itu melakukan itu?"

Dengan sangat menyesal Eddy menggelengkan kepalanya, "Belum, polisi menduga itu bisa saja murni kecelakaan. Artinya dia tak bermaksud menabrakmu, mengingat kadar alkohol yang tinggi dan dapat dipastikan kalau dia juga pengguna obat-obatan terlarang, bisa saja malam itu dia mengendari mobil dalam keadaan mabuk dan tak sengaja hampir menabrakmu," Eddy memberikan penjelasan sesuai dengan apa yang dia dengar dari para petugas polisi kemarin.

Kerelyn menghembuskan napas lega, sesak didadanya sedikit terangkat mengetahui kalau pria itu tidak sengaja ingin mencelakainya. Selama ini dia diliputi rasa khawatir bagaimana kalau pria itu berniat membunuhnya? Apalagi setelah semalam dia mendapatkan informasi kalau Simon telah bebas. Ketukan di pintu ruang istirahatnya menyadarkan perempuan itu dari lamunannya, seorang pria dengan topi baseball berwarna merah melongokkan kepalanya di ambang pintu.

"Kerelyn, sebentar lagi shooting akan dimulai, sutradara memintamu untuk bersiap-siap di lokasi."

"Baiklah, kami akan kesana sekarang," Eddy menjawab sambil bangkit berdiri dari kursinya.

"Semua sudah berakhir, kau aman sekarang, Kerelyn," ucap Eddy sambil tersenyum yang membuat perempuan dihadapannya merasa tenang, "Ok, sekarang waktunya menghasilkan dolar," lanjutnya sambil menarik Kerelyn untuk berdiri dari duduk.

"Kau benar, semua sudah berlalu, sekarang waktunya bekerja!"

Mereka berdua tertawa sambil berjalan keluar dari ruang ganti menuju lokasi shooting, tapi tanpa mereka sadari seseorang tengah mengintai mereka diantara hiruk pikuk orang-orang disana.

*****

Daniel menatap layar komputernya serius, tangannya dengan lincah menari di atas keyboard dan sesekali tangannya akan berpindah menggenggam mouse hanya untuk memindahkan tursor ketempat yang dia inginkan. Saat ini ia tengah mengedit hasil fotonya kemarin dengan Kerelyn dan Matt sebagai modelnya.

"Man, itu luar biasa."
Daniel tersenyum mendengar suara rekan kerjanya, Paul yang kini tengah menarik kursi lalu duduk di sebelah Daniel.

"Katakan kepadaku, apa dia secantik di foto ini atau jauh lebih cantik?"

Mata Paul tak lepas menatap layar komputer Daniel di mana terpangpang Kerelyn tengah merangkul leher Matt, kaki kirinya diangkat hingga membelit kaki kanan rekannya, belahan gaunya tersingkap memerlihatkan kaki mulus artis itu, matanya menatap kamera dengan ekspresi menggoda.

The Secret Admirerحيث تعيش القصص. اكتشف الآن