Bab 6

2.4K 186 75
                                    

Senyum mengembang dari bibir merah gadis berambut hitam sebahu itu, tubuh tinggi semampainya berbalut skiny jeans biru tua dengan atasan kemeja putih yang lengan panjangnya digulung hingga bawah sikut memerlihatkan pergelangan tangan kirinya yang dihiasi berbagai macam gelang yang terbuat dari perak, kulit dan anyaman tali kur yang biasa digunakan oleh anak-anak pencinta alam, sedangkan pergelangan kanannya dihiaasi oleh jam tangan dengan tali yang terbuat dari kulit dan perak selebar 3cm.

"Selamat datang di New York, Raina Gunawan.' Ia berujar pada dirinya sendiri sambil tersenyum lalu membuka kaca mata hitamnya untuk melihat kemegahan bandara JFK. Matanya terlihat takjub melihat salah satu bandara tersibuk di dunia, "Wow...!" Ia memutar tubuhnya 180 derajat tak memedulikan pikiran orang-orang yang mungkin akan menganggapnya kampungan. Hei... siapa yang peduli, mereka tak akan bertemu lagi. Kecuali dengan seseorang yang kini tengah menunggunya sedaritadi sambil menikmati es Americanonya, pria berkacamata itu diberi tugas oleh Daniel untuk menjemput sepupunya yang baru pertama kali datang ke New York.

Awalnya Daniel yang memiliki tugas itu tapi tiba-tiba saja dia ada rapat penting yang tidak bisa ditinggalkan. Emily yang notabanenya calon pengantin tidak diperbolehkan keluar rumah oleh ibunya, katanya itu salah satu adat kebiasaan orang Indonesia yang melarang calon pengantin keluar dari rumah menjelang hari pernikahan, bahkan ia dilarang untuk bertemu calon suaminya yang tentu saja membuat Dylan uring-uringan selama beberapa hari terakhir ini. Gerard berpikir apa mungkin hari ini hari sibuk sedunia? Ketika tiba-tiba saja Alexa, Theo, Dylan bahkan Calista punya kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan untuk menjempur sepupu keluarga Winchester ini. Sialnya lagi, Alex yang bisa akan dengan senang hati menjemput seorang gadis, juga tengah sibuk melakukan penyamarannya.

Jadi disinilah ia berada saat ini dengan tangan kanan memegang gelas yang berisi es americano dan tangan kiri memegang kertas yang bertuliskan nama gadis itu. Alis matanya terangkat ketika seorang gadis yang mendorong troli berisi koper dan beberapa tas mendatanginya dengan senyum mengembang. Beberapa saat Gerard hanya diam mematung menatap gadis cantik dengan kulit kuning langsat, sampai akhirnya dia menyadari kalau gadis itu adalah sepupu Daniel dari Indonesia.

"Raina?" tanyanya untuk memastikan tebakannya benar.

"Iya," jawabnya singkat sambil mengulurkan tangan mengajak Gerard untuk bersalaman.

"Oh, hai... Gerard," balas Gerard sambil menerima uluran tangan gadis itu yang kembali tersenyum. Aah, keramah tamahan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, ucap Gerard dalam hati, "Apa-kabal?" tanyanya menggunakan bahasa Indonesia yang terbata-bata hasil les singkat dengan Alexa tadi. Mau tidak mau Gerard menerima les singkat itu karena kembaran Emily itu mengatakan kalau sepupunya tidak bisa bahasa Inggris.

"Baik... kau bisa bahasa Indonesia?"

Gerard tersenyum bersyukur dalam hati karena tadi Alexa mengajarinya dengan pertanyaan yang sama, bahkan adik Daniel itu memberitahu apa yang harus diucapkan sebagai jawaban.

"Iya, tentu saja!" Gerard berkata dengan keyakinan penuh dan ternyata tidak sia-sia karena mata Raina kini terlihat berbinar bahagia yang membuatnya bangga karena pelatihan singkatnya tak sia-sia, dan itu membuktikan kalau dia benar-benar jenius!

"Waah, bagus... aku tidak menyangka kalau akan bertemu dengan orang yang bisa berbahasa Indonesa di sini... apa sepupu-sepupuku yang mengajarimu?" tanya Raina antusias sambil menatap Gerard dengan mata bulatnya yang berbinar.

"Oh sial!" Gerard mengutuk dalam hati... Alexa tak mengajarinya percakapan ini!

"Iya," jawab Gerard sambil tersenyum berusaha bersikap normal, untung saja ia ingat saran Alexa.

"Ingat, G, kalau kau tidak mengerti apa yang dia ucapkan cukup tersenyum saja... atau kalau dia bertanya sesuatu yang kau tidak pahami cukup jawab iya atau tidak, apa kau paham?"

The Secret AdmirerNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ