Bab 4

2.6K 187 33
                                    

Pria itu keluar dari lift setelah benda itu berhenti di lantai 14, mengenakan jaket hitam serta topi yang menutupi separuh wajahnya ia terus berjalan menyusuri lorong di dalam keheningan malam, semua penghuni apartemen sepertinya sudah terlelap dibalik selimbut yang memberi mereka kenyamanan di tengah hujan deras yang mengguyur kota New York, tanpa menyadari seorang iblis tengah berjalan di depan pintu mereka.

Pria itu berhenti di depan sebuah pintu ber cat hitam dengan no 1407 terbuat dari besi berwarna emas tertempel ditengahnya, seringai iblis kini menghiasi bibirnya, perlahan dia merunduk untuk menaruh bunga tulip putih dengan bercak merah di depan pintu itu.

"Mimpi indah, little star," bisiknya sambil mengelus pintu itu lembut. Perlahan dia kembali membalikan badan, kedua tangannya di masukkan ke dalam saku jaket, seringainya berubah menjadi siulan yang menggema di lorong yang sepi membuat bulu kuduk siapapun yang mendengarnya berdiri.

****

Selama beberapa hari terkurung di dalam apartemen dengan kaki yang terluka tanpa kegiatan apapun membuat Kerelyn hampir mati karena bosan. Yang dia lakukan setiap hari hanyalah duduk di depan televisi atau membaca novel. Seperti saat ini ia tengah duduk di kursi besi tempa yang ada di balkon apartemennya berteman sebuah novel roman picisan serta satu mug coklat panas yang baru saja dibuatkan oleh Maria, asisten rumah tangga yang sengaja dikirimkan oleh agensinya untuk membatu Kerelyn selama kakinya terluka.

Bukan tanpa alasan Kerelyn duduk di balkon malam ini, seperti malam-malam sebelumnya ia akan duduk di sana pura-pura sedang larut dalam bacaannya sampai Daniel pulang kerja dan ikut bergabung dengannya.

Kerelyn tersenyum ketika mengingat bagaimana selama beberapa hari ini mereka telah melewatkan setiap malam bersama... Tunggu, kalau kalian pikir Daniel akan datang ke apartemennya dan mereka melakukan hal-hal yang menyenangkan semalaman, kalian salah besar... yang mereka lakukan adalah benar-benar melewatkan malam bersama, mereka akan ngobrol semalaman.. yap, mereka hanya ngobrol semalaman.

Selama kaki Kerelyn terluka dan terkurung di apartemen, dia jadi mengetahui kebiasaan tetangganya yang satu itu setiap malam, dia akan duduk di balkon apartemen yang menghadap sungai Hudson bertemankan secangkir kopi, biasanya dia akan duduk di ayunan kursi kayu yang sengaja ditempatkan di sana dan Kerelyn akan berpura-pura keluar untuk menghirup udara malam karena merasa jenuh berada di dalam.

Walau mereka berada di balkon masing-masing tapi hal itu cukup membuat Kerelyn bahagia, mereka menjadi lebih mengenal lebih dalam lagi. Kerelyn telah menceritakan keluarganya yang tinggal di Lousiana, dia juga menceritakan tentang adik laki-lakinya yang bekerja sebagai seorang model dan kini tinggal di Paris.

"Apa yang sedang kau lamunkan?"

Kerelyn terlonjak mendengar suara berat milik seseorang yang dari tadi ditunggunya, jantungnya mulai berdetak tidak normal ketika matanya menatap pria yang tengah tersenyum miring, kedua tangannya ditumpukan di pagar balkon yang menghadap ke arahnya, rambutnya masih basah berantakan belum disisir dan demi Tuhan, Kerelyn sangat ingin mengelus rambut hitam itu dan menghitup wangi maskulin dari shompo yang ia pakai.

"Aku tidak sedang melamun," jawab Kerelyn dengan suara senormal mungkin. Demi Tuhan, bagaimana dia bisa bersikap normal kalau Daniel terlihat sangat seksi dengan rambut basahnya itu, walaupun hanya mengenakan kaos putih polos dan celana trening hitam.

"Hmmm.. apa kau yakin tidak sedang melamunkan aku?" Goda Daniel yang langsung membuat Kerelyn memerah.

"Apa kau selalu sepercaya diri ini?" Tanya Kerelyn gugup, yang membuat senyum Daniel semakin lebar.

"Baiklah, aku kira tebakanku benar," ucap Daniel sambil duduk di kursi ayunannya yang sangat nyaman, dan kerelyn sudah ratusan kali berkhayal dirinya duduk disamping pria itu di sana sambil bersandar di dadanya yang bidang.

The Secret AdmirerDove le storie prendono vita. Scoprilo ora