Bab 7

2.4K 193 51
                                    

"Sial!! Dasar perempuan j****g!" Ia meremas koran yang berisi berita kencan Kerelyn dan Daniel malam tadi di Little Itali lalu melemparkannya ke lantai. Cuping hidungnya kembang kempis, tangannya berkaca pinggang, ia berjalan mundar-mandir dengan napas memburu.

"Aku yang melindungingya selama ini dari semua bahaya, AKU!" teriaknya membahana di dalam rumah kosong itu.

"Tapi sekarang dia berkencan dengan pria lain, apa dia tidak belajar dari pengalaman kalau mereka hanya akan melukainya, seperti waktu dulu." Pria itu menggeram lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa tua bermotif bunga mawar yang sudah usang.

Kepalanya menengadah bertumpu pada sandaran sofa menatap kipas angin yang berputar dengan suara menderit, seolah terhipnotis ia terdiam beberapa saat dalam posisi itu sampai telepon genggamnya berbunyi, ia merogoh saku celananya dan dengan malas melihat layar teleponnya, seketika ia duduk tegak, senyum mengembang menghiasi bibirnya. Wanita itu, tentu saja ia tak akan bisa hidup tanpa dirinya.

"Hallo, Kerelyn, ada apa menghubungiku malam-malam? Apa kau baik-baik saja?" Suara pria itu telah kembali normal seutuhnya tak ada lagi sisa amarah yang bebereapa saat lalu terlihat.

"Tidak, aku sedang berada di luar," lanjutnya sambil menatap rumah kosong yang tak terawat itu.

"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa nanti." Pria itu baru akan menutup teleponnya ketika ia kembali memanggil gadis berambut merah itu.

"Kerelyn tunggu! Hmm.. mengenai artikel di koran-koran apa itu benar? Kau tidak usah khawatir aku akan menjaga rahasiamu."

Beberapa detik yang menegangkan dan membuat dadanya berdetak hebat ketika menunggu jawaban dari gadis itu, dan akhirnya senyumpun terbit karena merasa puas dengan jawaban yang diterimanya.

"Jadi hanya makan malam biasa? Baiklah aku paham, tak usah khawatir." Ia menutup teleponnya dengan senyuman di wajah.

"Aaah aku tahu, dia tak akan mengecewakanku, mereka hanya makan malam bersama... tidak lebih."

Ia berjalan menuju sebuah pintu belakang yang terbuat dari kayu, dengan perlahan ia membukanya, halaman belakang itu tampak gelap dan sunyi, terlihat suram dan menakutkan, ia lalu menyeringai menatap kedepan, dalam keremangan cahaya bulan ia bisa melihat sepetak tanah yang terlindungi oleh pagar seng tinggi, menyembunyikannya dari dunia dimana terhampar kebun bunga lili putih di atasnya.

Tentu saja Kerelyn tidak akan mengecewakannya, justru akan berterima kasih padanya seandainya mengetahui berapa banyak yang telah ia singkirkan demi menyelamatkannya dari bahaya, dan sekarang orang-orang itu telah terbujur kaku di bawah kebun lili pribadinya itu, tak akan sanggup untuk melukai wanitanya.

Ia tertawa keras ketika menyadari kata terakhir, wanitanya... ya Kerelyn Howard adalah wanitanya, dan tak akan ada yang bisa melindungi perempuan itu seperti dirinya.

******

Daniel menaruh gelas minumannya di atas meja bar, saat ini ia tengah berada di The Rock, tempat ia dan teman-temannya biasa berkumpul dan menghabiskan waktu luang. Seharian ini ia disibukan dengan menjawab pertanyaan dari wartawan mengenai hubungannya dengan artis yang tengah naik daun, Kerelyn Howard.

New York memang melindungi para selebritis dari gangguan para fans, yang artinya mereka bisa berjalan-jalan dengan nyaman tanpa diganggu oleh permintaan fans untuk berfoto bersama dan lain sebagainya, tapi sayang kota itu tidak bisa melindungi mereka dari para paparazi yang mengikuti mereka seperti lebah mengikuti madu.

Mereka hanya makan malam biasa dan keesokkan harinya foto mereka berdua telah terpampang menjadi headline news, bahkan ternyata para paparazi mengikuti mereka sampai ke gedung apartemen dan akhirnya muncul pemberitaan kalau mereka berdua telah tinggal bersama.

The Secret AdmirerWhere stories live. Discover now