Bab 1

7.2K 258 35
                                    

Pria pertengahan umur dua puluh itu mengerang ketika ia mencoba membuka matanya, tangan kirinya memegang kepala yang berdenyut hebat seperti mau pecah, sedangkan tangan kanannya dijadikan tumpuan untuk bangun.

"Sial!" Ia mengumpat ketika kembali merasakan sakit di kepalanya, telinganya sayup-sayup mendengar suara musik yang biasa terdapat pada mainan bayi yang di gantung di atas box tidur mereka. Keningnya berkerut, matanya dengan cemas memandang sekeliling yang minim penerangan, dengan mengabaikan rasa sakit di kepalanya ia mencoba berdiri untuk mengenali tempat dimana dirinya berada saat ini.

"Dimana ini?" Bisiknya dengan bingung, selama beberapa waktu ia mencoba menggali ingatannya, dan setelah kesadarannya kembali seutuhnya ia merasakan dingin menjalari tulang belakangnya serta ketakutan menguasai dirinya, ia mengingat kejadian terakhir ketika ia baru keluar dari bar dan berjalan kearah mobilnya, ketika tiba-tiba seseorang menbekapnya dari belakang sebelum akhirnya kesadrannya hilang. Seseorang telah menculiknya.

Suara musik itu kini mulai terdengar sangat jelas, musik instrumen dari dentingan piano lagu anak-anak twingkle twingkle little star menggema di dalam tempat parkir yang tak terpakai itu, nadanya lebih lambat dari biasanya yang membuatnya terdengar menyeramkan. Matanya mencari asal suara, perlahan ia mendekati sumber suara yang berada di ujung tergelap bangunan.

"Halo, apa ada orang di sana?" Ia bertanya dengan gugup, tapi tak ada jawaban. Ia terus berjalan secara perlahan mendekati sumber suara, sampai akhirnya cahaya yang menyilaukan menyorot tubuhnya, refleks tangan kanannya terangkat menutup mata dari cahaya yang berasal dari sebuah kendaraan dihadapannya, dimana asal suara berasal.

"Hei! Apa yang kau lakukan?" Teriaknya sambil berusaha melihat siapa yang duduk di belakang kemudi, badannya terhentak kebelakang ketika mendengar suara gas kendaraan berderum mengisi ruangan, asap putih keluar dari ban yang berputar. Dalam kesilauan ia bisa merasakan sorot tajam seseorang yang tengah mengawasinya bak seekor elang dari balik kemudi, ia bisa melihat orang itu menggunakan sebuah topi hitam yang menutup sebagian wajahnya.

"Apa maumu?" Teriaknya lagi dengan suara gemetar, perlahan ia berjalan mundur berusaha melarikan diri, suara gas kembali berderum membuat pria itu berlari mencoba menghindar dari kendaraan yang mengejarnya. Ia terus berlari mengitari tempat parkir itu.

"Sial!" Teriaknya ketika ia menyadari dirinya berada di lantai B4 yang artinya ia harus berlari keatas agar bisa melarikan diri, kendaraan itu semakin mendekat, setelah berhasil menaiki dua lantai, napasnya mulai terengah, dadanya terasa terbakar, kakinya mulai terasa lelah, tapi ia tidak boleh menyerah saat ini. Dengan sekuat tenaga ia terus berlari zig zag menghindari mobil itu, sampai akhirnya ia terhuyung kehilangan keseimbangan, dan akhirnya terjatuh.

Hanya dalam hitungan detik tubuhnya yang sedang berusaha kembali bangkit dihantam oleh kendaraan besi itu hingga terpental beberapa meter sebelum akhirnya kendaraan itu kembali menggilas tubuhnya hingga mengejang dan akhirnya diam tak bergerak lagi.

Kendaraan itu kini berhenti, mesinnya dimatikan, seseorang dengan berpakaian hitam-hitam turun dari sana sambil bersiul mengalunkan lagu twingkle twingkle dan dengan santai ia berjalan ke arah tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Ia berdiri mengamati tubuh korbannya, senyum kebahagian menghiasi wajahnya yang dingin, ia berjongkok, tangan kanannya menggenggam satu tangkai bunga lili putih yang kemudian ia letakkan di atas tubuh pria yang matanya masih membelalak seolah-olah menatapnya, dengan santai tangannya yang berbalut sarung tangan kulit hitam mengusap kelopak matanya hingga tertutup, sebelum kemudian ia pergi meninggalkan tubuh tak bernyawa itu sambil bersiul.

*****

"CUT!" Terikan satu kata dari sutradara itu bisa membuat semua orang bernapas lega, termasuk Kerelyn Howard, artis cantik dengan rambut merahnya tampak begitu lelah setelah shooting selama hampir 24 jam, dan hanya tidur di sela-sela istirahat saja.

The Secret AdmirerWhere stories live. Discover now