"maaf yal mbak ga bermaksud buat bikin kamu patah hati duh " seru mbak aira sambil tertawa geli

"eh mbak boong tadi becanda ko aku pasti dateng mbak" tutur arial dengan nada so manis

"mbak sengaja ga ngasih kamu undangan kamu jadi pager bagus aja yah yal kita kekurangan satu personil nih"

"emmm gimana yah mbak harus ada bayarannya" ujar arial dengan nada menggoda, Aira tersenyum mendengar jawaban arial

"Oh yaudah kalau kamu gamau mbak ga akan maksa mbak cari cowok laen aja buat nemenin airin" tutur aira tenang dan sudah pasti aira tau kalau arial pasti akan segera menjawab iya aku mau

"yaudah kalau mbak memaksa aku mau" ucap arial tidak nyambung membuat Aira terkekeh geli mendengarnya

"Jam 11 jemput airin yah nanti alamat salon nya mbak kasih tau "

"oh iya satu lagi kalau bisa ranjang buat bayi ukurannya aga gedean yah yal terus sekalian sama selimut bebi nya emm apalagi yah oh iya sama maenan bayi eh itu mah nanti aja kalau udah ada bayi nya" oceh mbak aira membuat arial mengutuki dirinya sendiri karena tadi telah berbicara akan memberi ranjang bayi

"nyesel aku mbak bilang kaya tadi" celetuk Arial yang membuat aira terkekeh geli mendengarnya

"ahaha mbak becanda yal" ujar mbak aira terkekeh

"oke pokonya jemput airin jam 11 yal"

"siap mbak laksanakan"

-sambungan terputus-

"Rin sebenernya kamu sama Arial itu cocok loh kelakuannya sama" ujar Aira

"iya cocok jadi sahabat mbak" tutur airin

"kenapa ga jadian aja sih? siapa tau tahun depan kamu nyusul merit haha"

"mbak ya ampun ngga deh, lagian kita itu terlalu cocok terlalu nyambung jadi ga mungkin jadian"

"Justru karena cocok dan nyambung itu yang bakal bikin kalian kompak nantinya kalau ngejalin hubungan"

"kita sahabat mba"

"sahabat tapi cinta" ujar aira sambil terkekeh meninggalkan airin sendirian. airin mendelik kesal tapi kemudian ia tersenyum hangat

Aira berjalan menghampiri Bapaknya yang sedang duduk sambil bersenandung indah

"Ra, airin sudah bangun? " tanya bapak

"udah pak bentar kita panggil"

"AIRIN SINIII " teriak aira tak lama airin muncul masih dengan piyama tidur nya dan rambut berantakan airin tersenyum penuh kerinduan kepada bapak dan aira kemudian duduk disamping mereka

"Aira kalau kamu mau nanti di acara resepsi kamu bapak di temenin ibu kalian bapak gakeberatan ko " tutur bapak ikhlas

Airin mebelalakan matanya kaget mendengar ucapan sang bapak

"ngga pak ara gamau" jawab Aira sambil tersenyum ramah

"Mending bude aja pak " jawab aira

"iya pak udah bude aja lagian juga ibu kan di undang iya ga mbak?"

Aira mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan sang adik

"Nikah itu sekali seumur hidup ra" ujar bapak

"bapak yakin dalam hati kecil kamu, kamu mau ibu dan bapak yang mendampingi kamu di acara yang terjadi sekali seumur hidup kamu"

"bapak enggak keberatan kalau harus seperti itu raa"tambah bapak sambil menatap kedua putrinya dengan tatapan teduh dan penuh kasih sayang

"Kamu juga harus mikirin perasaan ibu kamu ra, ibu kamu pasti sakit hati kalau cuman di kasih undangan dan di jadiin tamu di acara nikahan kamu "

"Aira gamau pak" ucap aira sambil berusaha menahan air matanya

"kalian udah gede udah dewasa kejadian yang lalu biar berlalu gausah di pikirin lagi itu terjadi udah hampir 9 tahun yang lalu "

"tapi dalam pikiran sama hati aira kejadian itu masih terlihat jelas pak aira ngga sanggup harus liat ibu aira gabisa" ujar aira sambil menangis sesenggukan tak kuasa menahan airmatanya

Airin terdiam melihat Aira menangis dan memeluknya erat

"Ra bapak saja sudah ikhlas dengan semua yang terjadi, mungkin jalan takdir memang harus seperti ini" ucap bapak sambil melihat aira dan mengelus lembut kepala aira

"maaffin Aira pak Aira gabisa, Aira gamau liat ibu ngedampingin aira di pelaminan aira gamau "ucap aira sambil terisak bapak memeluk aira berusaha menguatkan putri pertamanya

"Udah jangan nangis, yaudah gapapa biar bude aja yang nanti nemenin Aira" tutur bapak sambil berusaha menenangkan Aira dan airin hanya terdiam melihatnya

"masa kalah sama airin sih airin aja gapernah nangis ra" ujar bapak berusaha membuat aira berhenti menangis

Airin tersenyum sambil mengelus pundak Aira airin melipat bibir nya berusaha menahan air mata yang ingin segera mengalir deras

BelieveWhere stories live. Discover now