"kamu besok berangkat lagi rin? " tanya bapak

airin mengangguk

"lebaran tahun ini gapulang juga?" tanya mbak aira

"iya kayanya engga mbak, mungkin tahun depan aku bisa ambil cuti buat pulang"

"sebelum kamu berangkat temuin ibu kamu dulu dia pasti kangen kamu rin" ujar bapak tulus

airin terdiam mendengar ucapan bapaknya

"emmm mungkin pulang tahun depan aku baru bisa nemuin ibu pak"

"kamu gaboleh gitu rin bagaimanapun dia ibu kamu" ujar bapak lembut

"tapi dia ngancurin kehidupan keluarga kita " batin airin

"iya dia ibu aku ibu mbak aira juga" jawab airin

"jadi kamu mau kan nemuin ibu sebelum kamu berangkat lagi? "

"nanti biar mbak mu yang nemenin kamu nemuin ibu" tambah bapak

aira menggelengkan kepalanya tanda ia tidak mau

"aira ngga bisa, aira ada acara bentar lagi aira berangkat" ucap aira berbohong

airin terdiam dan menhela nafas ia tau bahwa mbak nya sedang berbohong dan mencari alasan untuk tidak menemui ibu mereka.

"karena bapak yang nyuruh airin pergi nyamperin ibu airin bakal nurut, nanti siang airin pergi nyamperin ibu sendirian aja gapapa" ucap airin dengan berat hati

bapak tersenyum dan mengacungkan dua jempol nya kepada putri nya

********

Berkali kali Airin menghembuskan nafas berusaha menguatkan dirinya dan melangkahkan kaki dengan berat hati

Airin mematung berdiri melihat sebuah rumah sederhana dengan halaman yang luas dipenuhi dengan tumbuhan

Airin melangkahkan kakinya berjalan menuju rumah tersebut

"Assalamualaikum " ucap airin sambil mengetuk pintu berulang kali

"waalaikumsalam" jawab suara di dalam sambil membukakan pintu

terlihat seorang anak perempuan berusia sekitar 7 tahun.

anak itu memandang airin

"cari siapa? " tanya anak itu kepada airin sambil tersenyum

airin diam menatap anak perempuan yang ada dihadapannya

"ibu ada?" tanya airin sambil berusaha tersenyum ramah

"oh ibu, ada sebentar yah "
anak itu kemudian berlari masuk kedalam

airin duduk di kursi depan rumah ibunya ia melihat sekeliling.

"airin" sapa wanita paruh baya yang ada dihadapa airin saat ini

wanita itu, wanita yang dulu setiap waktu menemani airin, wanita yang dulu menjadi tempat ternyaman untuk airin, wanita yang dulu selalu meyediakan hangatnya pelukan dan kasih sayang

airin terdiam sebentar memandang ibunya

ibunya terlihat masih cantik meski dengan kantung mata dan keriput halus di wajahnya

"ayo masuk" ajak ibu airin

airin pun masuk kedalam rumah tanpa bersuara

"kapan kamu pulang rin? mau minum apa? " tanya ibu antusias senang melihat putri cantiknya datang berkunjung

" ngga usah bu" jawab airin singkat

ibu memandangi airin dengan tatapan penuh kerinduan

"kamu semakin cantik rin" jawab ibu memecah keheningan

"terimakasih bu" jawab airin

"aira sama bapak apa kabar? "

" bapak sama mbak aira sehat alhamdulillah "

terlihat canggung rasanya

"aku kesini karena disuruh bapak buat ngunjungin ibu" tutur airin

ibu airin menatap airin yang sedari tadi tidak balas menatapnya malah memalingkan wajah.

"ibu seneng airin mampir kesini. ini rumah airin juga" ucap ibu

"bukan. ini bukan rumah airin" jawab airin dengan nada sedikit ketus

ibu memahami airin pasti sangat kecewa kepadanya sehingga putrinya bersikap dingin seperti itu.

airin mengeluarkan kotak cantik di dalam tasnya dan menaruh nya di meja tanpa menatap ibunya

"ini buat ibu" ucap airin

"apa ini? " tanya ibu sambil membuka kotak itu

isinya kalung berlian cantik dan indah

ibu berusaha menahan tangisnya karena senang dengan apa yang ia terima dari putrinya

"dulu aku pernah janji kalau aku udah bisa cari uang sendiri aku bakal beliin ibu kalung.." tutur airin

ibu menatap airin dengan tatapan penuh kerinduan ingin rasanya ia menghambur kearah putrinya dan memeluknya erat

"kemarin sebelum pulang aku mampir ke australia dan aku liat kalung itu cantik makanya aku beli buat ibu" tambah airin jujur

ibu tidak kuasa menahan tangisnya

"makasih rin kalungnya cantik sekali ibu suka" ucap ibu sambil menangis bahagia

airin tidak menjawab ibunya

"aku pamit pulang, aku udah nemuin ibu sesuai perintah bapak" ucap airin sambil berdiri

ibunya menatap airin

"kamu ga akan makan dulu?"

"tidak terimakasih. aku pamit pulang bu "ucap airin sambil mencium tangan ibunya dan bergegas pergi menjauh

airin pergi menjauh dari kediaman ibunya

airin berusaha menguatkan hatinya agar tidak menangis namun pertahanan nya runtuh ia menangis sejadi jadinya.

tidak bisa di pungkiri bahwa sesungguhnya hati airin merindukan ibunya namun luka lama yang selalu muncul dalam ingatan airin membuat sikap nya dingin terhadap ibunya

kekecewaan dan pengkhianatan ibu yang tidak pernah bisa airin maafkan sampai detik ini

airin menangis di tengah derasnya air hujan.

"ibu bukankah seharusnya engkau menjadi tempat ku untuk mengadu dan menghilangkan tangis? bukan tempat membuat tangisan" batin airin

BelieveWhere stories live. Discover now