"Yaudah terserah lo" jawabnya sambil tersenyum geli.

"Mau lo apa sih?" tanyaku dengan muka penuh kekesalan.

"Mau gue...."

Ting... Ting... Dret.. Dret... Lala....

Yess Hpku bunyi duh mana lagi nih handphone, aku terus merogoh hpku didalam tas. Saat aku melihat yang nelpon siapa yaehh... akhirnya Lina nelpon juga.

"Hallo" si gila natap aku tajam saat aku mengangkat telpon.

"Ciyaaa..... Lo dimana? Kenapa lo ngilang? Tapi lo nggapapakan?"
Ya ampun nih anak kebiasaan nyerocos pajang tanpa jeda.
Gue harus minta tolong sama Lina.

"Linaaa... Tolongin gue Lin gue di culik sama orang gila..
Ehhh lo ngapaian ngambil Hp gue?" Nih orang main rebut aja, aku harus ambil balik hpku itu karena itu jalan untuk minta tolong.
Saat aku mau ambil balik hpku dia malah nahan kepala ku sama tanganya yang besar itu dengan posisi kaya mau nyeruduk dia.
Oh God, posisi aku nggak enak banget ini.

"Ciya hallo ciya, lo kenapa?"

"Maaf saya bukan orang gila yang di bilang teman anda. Saya adalah Leo Pratama Luxury CEO dari Luxury Company. Teman anda sudah berbuat kesalahan sama saya jadi dia harus bertanggung jawab atas kesalahanya. Tenang saja saya tidak akan macam-macam pada teman anda!" dia masih tetep nahan kepalaku.
Hahh dia bilang CEO dari Luxury Company aku nggak salah denger nih.

Tut....tut...tut....

Astaga dimatin lagi, kurang asem nih orang minta direbus kayanya udah main ngambil hp orang tanpa ijin.

"Akhhhh.... Aduhduhh sakit" teriakku kencang, dia gila apa nggak punya hati nurani sih main dorong aku sampe pantatku yang bahenol ini nyium lantai.

"Hahahaha....." apa dia ngetawain aku bukannya nolongin malah ketawa. Sumpah nih orang minta di goreng.
Akupun ngeliat dia dengan penuh kemurkaan dan akupun langsung nerjang cowo gila ini sambil menjambak rambutnya.

"Aduhduhh... Sakit lepasin cewe gila lepasin adawww!!" dia berteriak kesakitan tapi aku nggak peduli aku udah kesel banget sama nih orang.

"Bodo amat rasakan ini, rasakannn..." tiba-tiba dia megangin kedua tangan aku sambil menatap mataku tajam.

"Lo berani ya!" hoho mukanya nyerimin abiss. Sepertinya gue harus kabur ini. Dengan kekuatan penuh kugigit tanganya, yesss lepas.

"Kaburrr..." aku pun berlari kesana kemari nggak tentu arah. Aduh aku kabur kemana ini, wah ada kamar aku masuk situ aja.
Kunci yeah aman.

Tok... Tok... Tok...

"Buka nggak pintunya!"
Aduh aku harus ngapain ini nggak mungkinkan kalo aku loncat aku masih waras akan hal itu, tapi kalo dia bisa buka pintunya habislah aku. Bisa-bisa jadi perkedel. Duh berfikir ciya.

"Kalo lo nggak buka pintunya dalam hitungan ketiga gue bakal ngelakuin hal yang lebih buruk lagi!"
Ahh, dia ngancam aku aduh gimana ini kalo dibuka entar jadi perkedel kalo nggak dibuka entar dia makin beringas ini kan apartemennya dia pasti dia tau cara bukanya, terus aku nggak mungkin juga kekurung disini teruskan mana nggak ada makan lagi bisa jadi kurus aku kalo disini terus.

"Gue itung yaa."
Aduh gimana ini.

"Satu... Du.."

"Stop... Gue bakal buka pintunya tapi lo janji nggak bakal ngapa-ngapain gue?"
Teriakku dari balik pintu kamar ini.

"Iya gue janji!"

"Serius?"

"Iya gue serius, cepet buka pintunya!"
Akhirnya aku membuka pintu dengan hati was was.
Aku ngitip di balik pintu ternyata dia lagi berdiri dengan muka yang merah padam nahan kesel saat dia ngeliat aku dia natap aku kaya pengen makan aku hidup-hidup.

"Cepet buka pintunya, jangan ngitip kaya gitu!"
Akupun membuka pintu dengan cengiran bodohku.
Dia menghela nafas lelah.
Terus dia narik aku lagi keruang tamu.

"Oke, kita ngomong baik-baik"
Aku cuma ngangguk doang.

"Nama lo siapa?"

"Ciya Tunggal Dewi."

"Ceritain semua tentang lo?"

"Ngapain, emangnya gue lagi interview kerjaan!"
Dia menggeram kesal atas jawabanku.

"Supaya gue tau tentang lo dan gue bisa cari lo kalo lo lari dari tanggung jawab, oh iya KTP sama kartu mahasiswa lo gue tahan sampai batas tanggung jawab lo berakhir." katanya sambil menunjukan KTP ku yang ada di tangannya.

"Apaaa... Lo ngapain nahan KTP sama kartu mahasiswa gue kalo gue butuh gimana."

"Ya lo tinggal nemuin gue bereskan." lama-lama aku bisa gila kalo ngadepin nih orang.

"Yaudah mau lo apa?"

"Besok lo dateng kekantor gue nanti gue kasih tau lebih lanjut lagi, kalo lo ngga dateng KTP sama kartu mahasiswa lo gue bakar!"
Saat aku ingin membalas kata-katanya terdengar pintu apartemen ini diketuk dengan keras dan belnya terus dipencet dengan tidak sabaran. Apa ada tamu ya.

"Bentar gue buka dulu pintunya."

"Iya."

Dugh... Dugh... Ban***t

Loh kok aku kaya denger suara orang ribut-ribut didepan ada apa ya?. si gila sama tamunya kok nggak masuk-masuk.

Dugh.. Dugh..
Wah kayanya ributnya didepan apartemen ini deh. Akupun langsung lari kedepan.

Deg?

Astaga aku melihat si gila lagi adu jotos. Tapi cowo yang lagi adu jotos sama si gila ko mirip, mataku langsung melotot lebar karena cowo itu adalah Dava.

"Davaaa..." akupun langsung lari ke pintu depan.

"Stoppp..." teriakku kencang, sambil mengatur nafas dan emosi.
Akhirnya mereka berhenti dan melihatku dengan muka mereka yang udah nggak berbentuk lagi.

"Kenapa kalian berantem Hahh!"
Tanyaku dengan nada suara yang tinggi karena aku udah kesel sama kelakuan mereka yang kaya anak kecil.

Dava langsung natap aku lalu berdiri dan langsung narik tangan aku dengan cepat tanpa perduli rintihanku karena cekalan tanganya yang kencang. Dava terus narik aku sampai kemobil yang terparkir didepan gedung apartemen ini. Aku cuma bisa diam dan pasrah, lagian aku terlalu cape dan bingung sama situasi saat ini.

*******

Yeah,
akhirnya aku ada ide lagi buat update part baru.
Semoga kalian suka ya sama partnya.

Jangan lupa votementnya ya;)

25 April 2016

Test 1 2 3 LoveWhere stories live. Discover now