PROLOG

706 30 6
                                    


3 tahun yang lalu

-Dikantin sekolah-

"Ciy...???"

"Emm...."

"Ciya.....??"

"Emmm..."

"Ciyaaaaaaa....!!" teriak Lina kencang.

"Apaan sih lin? berisik tau!"

"Lagian lo gue panggil, malah Emm.. Emm.. doang!"ucapnya terlihat kesal.

"Kan gue lagi makan Linaku sayang, emang ada apaan sih?" tanyaku pada Lina yang lagi kesal karena aku ngacangin dia tadi.

"Ciya, lo kan! belum pernah pacaran nih. Atau lebih tepatnya lo itu disebut LDR ( Lajang Dari Rahim )."
Ujar Lina tanpa dosa, yang mulutnya minta di pakein lem besi. Biar nggak asal ngomong lagi.

"Sialan lo, nggak usah bahas itu bisa"

"Emm... Bisa nggak yahh?
Kayanya nggak bisa tuh. jomblo, hehe..." jawabnya sambil terkekeh geli dan masih juga meledek ku, dasar Lina gila.

Lina merupakan temanku dari dulu. Kita selalu satu kelas, satu bangku, dan selalu satu sekolahan.
Aku juga heran? kenapa aku bisa tahan temenan sama titisan dari Nyiroro kidul ini yang doyannya ngeledek sama bikin sebel orang.

"Kalo lo cuma mau ngeledek sama ganggu gue makan, mendingan lo pergi aja sana" usirku pada lina, yang keberadaannya cuma bisa bikin aku sebal sama kehilangan nafsu makan.

"Jahat banget sih lo ngusir wanita secantik dan seseksi gue"

"aawww... Sakit ciya!" teriaknya.

"Bodo...." jawabku terkikik geli karena rintihanya.
Padahal aku cuma ngejitak pelan kepalanya tapi teriakanya itu loh, ngalahin toa masjid.
Tiba-tiba mimik muka Lina berubah menjadi serius.
Yang bikin alarm di otak ku, menyala tanda bahaya.
Pasti bakal ada hal buruk yang bakal dia lakuin?.

"Oke kembali keniat gue sebelu....??" ucapnya dengan mata yang menatapku dengan penuh keseriusan.

Tuh kan bener pasti ada niatan yang iya... Iya... nih anak?

"Niat? Niat apa???" ucapku memotong pembicaraannya.

"Ihh, dengerin dulu jangan asal potong pembicaraan orang. dengerin dulu sampe gue selesai ngomong, baru lo komen!" Aku cuma bisa mengangguk atas perkataanya itu.

"Langsung ke intinya aja Lin, gue nggak suka yang berbelit-belit." ujarku pada lina supaya dia cepat kelar ceritanya.

"Iyaa ihh bawel banget sih lo!
Oke gue langsung keintinya. jadi gini, gue kan punya pacar.
nah pacar gue itu punya kembaran. Dan dia sama kaya lo masih singel. jadi.... Kami sepakat buat ngejodohin kalian berdua." aku cuma melongo atas perkataannya barusan.
"Gimana lo setuju yaa dia baik kok, Ciy." Ujar Lina memohon padaku. Yah ampun nih anak kesambet setan apa sih sampe mau jodohin aku segala.
Ehh... Tunggu dulu tadi dia bilang pacar? Jadi dia nggak cerita sama aku kalo dia udah punya pacar. Bagus rupanya aku udah nggak dianggep temen lagi. Awas ya lo Lin bakal gue kerjain lo!.

"Lo punya pacar sejak kapan??" tanyaku sambil menatapnya tajam. Dan Lina pun terkejut atas pertanyaan yang ku berikan barusan. "Se..se..sejak dua... dua..bulan yang lalu" ujar lina terbata-bata. Pasti dia takut dan juga merasa bersalah karena dia nggak cerita sama aku. Acting pun dimulai.

"Jadi gitu ya lo, Okee fine!
Gue nggak mau ngomong lagi sama lo. Sana pergi pokoknya gue marah sama lo." akupun pura-pura marah pada Lina.

"Yah... yah, ciya jangan marah dong... maafin gue yaa. pliss maafin gue" ujar lina sambil memohon maaf dariku.
"Sumpah gue nggak bermaksud untuk nggak cerita sama lo. tapi gue tunggu waktu yang pas buat cerita tentang ini. jadi pliss maafin gue yaa Ciya" Lina mengatupkan tanganya di depan ku. Sambil menundukan kepalanya yang bikin aku nggak bisa tahan lagi buat??,
"Buahawahahahah...." tawa ku pecah sepecah pecahnya sampe aku mengeluarkan air mata, sangking lucunya. Gara-gara liat muka pucat dan melasnya Lina, yang kaya habis ketauan maling kolor tetangga, haha. Aku yakin, kalo sebentar lagi dia bakal nangis kalo sampe aku beneran nggak maafin dia.

Test 1 2 3 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang