"kalo bunuh orang ga dosa udah gue bunuh lo Ar!" ucap Arlin dengan nada sarkas. lalu menarik buku paket dihadapan Arkan dengan kasar. Setelahnya Arlin mulai mencoret-coret di setiap lembarannya dengan pensil sambil menggerutu.

"tulis semua yang gue garisin!" ujar Arlin lalu menyerahkan buku paketnya pada Arkan. Ada penekanan disetiap kata yang diucapkan Arlin. Membuat Arkan menganggukan kepalanya pelan, lalu mulai menulis dalam diam.

***

"selesai!" seru Arkan.

"beneran? nulis semua yang gue garisin kan?" tanya Arlin menyelidik.

"periksa aja." jawab Arkan sambil menunjuk kertas di hadapannya dengan dagunya. Arlin segera mengambilnya dan memeriksa tulisan Arkan.

"ai tau ga." kata Arkan sambil menyenderkan tubuhnya di sofa.

"kayanya gue salah ambil jurusan deh." katanya lagi.

Arlin menoleh menghadap Arkan, sebelah alisnya terangkat. Meminta Arkan melanjutkan perkataannya.

"harusnya gue masuk ips aja nih. masuk ipa udah pusing itung-itungan, masa harus pusing belajar sejarah juga. mana tulisan semua bikin sakit mata. udah gitu gurunya galak banget lagi kalo sama gue, marah-marah mulu kerjaannya. harusnya udah masa lalu tuh ya udah, ngapain coba ya di bahas-bahas lagi!" oceh Arkan panjang lebar sambil geleng-geleng kepala.

"emang kalo masuk ips gabakal ada sejarahnya?" tanya Arlin.

"eh, emang ips ada sejerah juga ya?" jawab Arkan dengan pertanyaan lagi.

"justru kayanya lebih banyak pelajaran sejarah kalo anak ips." sahut Arlin sambil mengedikkan bahunya.

sadar membicaran hal yang tidak penting, Arkan tertawa sampai matanya hanya memperlihatkan garing lengkung. membuat Arlin juga ikut tertawa. Keduanya tertawa bersama, menertawakan hal bodoh yang mereka ciptakan.

***

"langsung pulang nih?" tanya Arkan sambil memberikan helmnya kepada Arlin. Arlin mengangguk lalu mengambil helm dari tangan Arkan dan memakainya.

"beneran?" tanya Arkan lagi.

"iya, udah sore lagian." jawab Arlin lalu segera naik keatas motor milik Arkan.

"eh tapi sumpah gue gaenak ai. Masa lo ga makan apa-apa sih, cuma minum doang, udah gitu air putih lagi."

"ya emang kenapa?"

"ya gue merasa jadi tuan rumah yang ga baik ai, kan gue juga yang ngajak lo kerja kelompok dirumah gue."

"ya emang lo gapernah baik kan, jadi gapapa."

"nanti bunda gue marah kalo tau gue menelantarkan tamu."

"bunda lo gabakal tau kalo lo ga bilang."

"dia cenayang ai. Pasti tau."

"ngaco ih! oiya, udah dua kali gue kesini tapi gapernah ketemu bunda lo. dia kemana?"

"lagi selingkuh paling."

"eh, selingkuh?"

"iya paling juga bunda lagi selingkuh tuh sama ayah."

"jayus banget sih!"

"hehe bunda sama ayah gue lagi ke bandung ai. mangkanya lo ga ketemu." jawab Arkan. lalu Arkan segera menyalakan mesin dan melajukan motornya meninggalkan halaman rumahnya.

***

Arlin menautkan kedua alisnya bingung, karena Arkan melewati jalan menuju rumahnya. Arkan malah membelokan motornya ke arah kiri saat dipertigaan.

"ko malah belok sih Ar? lo lupa jalan ke rumah gue?" tanya Arlin sedikit berteriak agar suaranya bisa didengar.

"makan dulu bentar." jawab Arkan ikut berteriak.

"kan tadi gue bilang langsung pulang!" protes Arlin yang tidak dihiraukan Arkan. membuat Arlin menggerutu di sepanjang perjalanan.

Arkan memarkirkan motornya di depan sebuah kafe yang cukup ramai karna hari sudah semakin sore, saat keduanya sudah turun dari motor, Arkan segera mengajak Arlin masuk ke dalam kafe tersebut.

"cewek gitu ya, bilangnya gamau tapi pas udah diajak akhirnya makan-makan juga kan." cibir Arkan sambil melirik piring spaghetti Arlin yang sudah bersih tanpa sisa, belum lagi sekarang gadis itu tengah menikmati burger-nya.

Arlin menyuapkan cheese burger yang tinggal setengah itu ke dalam mulutnya tanpa sisa. "biarin aja. lo ini yang bayarin, harus dimanfaatkan dengan baik dong." ujar Arlin sambil mengunyah makanannya lalu segera ia telan.

Arkan menyipitkan matanya, "oh udah mulai matre ya ai?" tanyanya.

"realistis aja." jawab Arlin sekenannya lalu menyeruput jus alpukatnya yang tinggal setengah. Membuat Arkan mendengus melihatnya.

"ai main tebak-tebakkan yuk!" ucap Arkan yang baru saja menghabiskan nasi gorengnya.

"tiang, tiang apa yang nyegerin?" tanya Arkan yang langsung mendapat tatapan bingung dari Arlin.

"tiang-tiang minus es." seru Arkan sambil cengengesan.

krik.

Arkan mendengus mendapat respon Arlin yang diam saja tidak menghiraukan candaannya. "ada lagi ai! jawab ya!" kata Arkan masih berusaha.

"cecak, cecak apa yang bikin mati?" tanya Arkan lagi dengan wajah yang dibuat terlihat serius.

"cecak yang bikin mati?" gumam Arlin bingung.

"gatau." jawab Arlin sambil mengedikkan bahunya acuh.

"ih jawab dulu aja ai." kata Arkan gemas.

"gatau Ar." jawab Arlin sekenannya.

"cecak napas liat senyum kamu." seru Arkan lalu tersenyum lebar menanti respon Arlin.

krik.

Arkan mengerucutkan bibirnya, "ai ko ga ketawa sih?!" omelnya.

"ya emang galucu. garing tau ga." jawab Arlin cuek.

"ah selera humor lo aja rendah! kalo gue kasih pertanyaannya ke Bayu, pasti tuh bocah udah ngakak sampe guling-guling denger jawaban gue tau ga!" sungut Arkan sambil mencebikkan bibirnya kesal.

"ya sana main tebak-tebakkan sama si Bayu aja." sahut Arlin jengkel.

"udah ah, ayo pulang! males gue sama lo ai!" ucap Arkan berdiri lalu segera melangkah pergi meninggalkan Arlin sambil menghentak-hentakkan langkahnya.

Arlin mengerjap bingung. "lah ko dia yang sensi." gumam Arlin lalu segera beranjak menyusul Arkan.

***



ig/kurniaauliak

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BAD BOYWhere stories live. Discover now