"Hei... bagaimana keadaanmu?" Baekhyun bertanya pelan pada Chanyeol yang sedang duduk di kasurnya, masih sangat pucat tetapi lebih baik daripada saat terakhir kali ia melihatnya. Dia merasa lega karena ternyata Chanyeol hanya demam, tidak ada sesuatu yang ganas atau menimbulkan kematian. Ia pikir Chanyeol mengalami serangan jantung atau kambuh, ternyata hanya flu parah. Baekhyun duduk di pinggiran kasur yang kaku itu dan menarik salah satu ujung rambut Chanyeol. "Seharusnya kau memberitahuku kalau kau tidak enak badan."

Dia ingat bagaimana Chanyeol menghilang hampir sepanjang jam sekolah, tapi ia tidak peduli untuk menanyakan keberadaannya, untuk mendengar bagaimana keadaannya.

"Aku..." Chanyeol berhenti di tengah-tengah kalimat, mendongak menatap langit-langit dan menggerakkan jari tangan di depannya seakan berpikir keras. Tentu saja, otaknya tidak begitu cepat menerjemahkan kata-kata ke mulutnya. "Aku ada di kamar kecil," katanya pada akhirnya, alis bertautan, "aku merasa tidak enak... dan aku mencoba untuk keluar dan... pintunya terkunci."

"Pintunya terkunci?"

Chanyeol mengangguk, benar-benar tidak menyadari. "Aku berteriak tolong! Tolong!" Ia berteriak, dan Baekhyun harus memegangi tangannya dan menutup mulutnya supaya tidak mengagetkan pasien lain. Chanyeol berbisik, "Lalu penjaga sekolah yang baik datang dan membiarkan aku keluar... penjaga sekolah yang baik... penjaga sekolah yang baik itu memindahkan kursinya."

"Kursi?" Baekhyun mendesis. Chanyeol tidak mengunci dirinya sendiri; anak-anak yang berpikir memelonco murid baru itu menyenangkan telah menyangga pintu kamar mandi dengan kursi dan meninggalkannya. Bayangan hal tersebut membuatnya meringis frustasi, lalu marah. Tidak peduli seberapa besar dirinya ingin meneriaki Chanyeol karena bertingkah bodoh dengan bodohnya setiap waktu, dia tidak tega memarahi seseorang yang dengan polosnya tidak sadar dirinya telah diperlakukan kejam. Lalu, kali ini, ia marah pada dirinya sendiri karena kurang percaya diri untuk membela Chanyeol karena setidaknya, dia berhutang budi padanya.

"Dengar, Chanyeol, dokter bilang kau butuh tinggal di sini satu atau dua hari supaya sehat," dia membujuk Chanyeol sebagaimana ia membujuk anak kecil yang sedang menangis. "Mereka akan memberimu makanan yang enak dan..."

"Apa Baekhyun akan tinggal... tinggal di sini?"

Baekhyun menggeleng pelan. "Aku ada latihan sepak bola. Akan ku coba kemari kalau sudah selesai."Ia melihat sekeliling untuk mencari benda menarik yang dapat dimainkan Chanyeol. Betapa melegakannya karena ia menemukan sebuah bloknot dan sewadah pensil -pulpen tepat di sebelah vas bunga. Kalau ada sesuatu yang dapat membuat Chanyeol sibuk sepanjang hari, itu adalah buku catatan yang terbuka. Di sana juga ada sebuah buku tipis (atau selebaran, dia tidak tahu pasti dengan sekali lihat) di salah satu laci, tepat di bawah Kitab Suci. Ia membuka halaman secara acak, dan masuk ke bawah selimut di sebelah Chanyeol. "Ini. Ayo tulis sesuatu."

Dia menaruh buku catatan itu di meja lipat yang dapat di atur dengan mudah di depannya, lalu melingkupkan tangannya di tangan Chanyeol. Anehnya, tangan Chanyeol terasa kasar dan mengapal disentuh, tidak lembut dan kecil seperti yang ia bayangkan. Dia harus berulang kali mengingatkan dirinya bahwa Chanyeol seusia dengannya, bukan anak tujuh tahun.

Pelan-pelan, dia membimbing tangan pemuda itu beserta sebatang grafit di halaman kosong itu. "Byun... Baek... Hyun." Dia mengejanya perlahan, menggores garis terakhir dan pelan-pelan menyandarkan kepalanya di lengan Chanyeol selagi bertumpu padanya.

"Byun... Baekhyun." Chanyeol membaca kata-kata itu perlahan-lahan.

"Bagus," Baekhyun memujinya, lelah dengan apa yang ia alami hari ini. "Kau cukup baik dalam membaca, tetapi tidak untuk menulis, heh?" Dia menunjuk salah satu halaman yang terbuka, ke gambar hitam putih lanskap yang membosankan dan sebuah puisi yang tercetak di bawahnya. "Akan aku bacakan ini untukmu," katanya.

Di dunia yang berikutnya,

bila kau terlahir kembali sebagai seorang rupawan,

Aku ingin terlahir kembali sebagai malaikat.

Walau ku tak terlihat,

dan kau akan mencintai yang lain,

Ingin ku terlahir kembali sebagai malaikat

untuk menjagamu.

Suara Chanyeol terdengar membacakan bait kedua, suaranya yang dalam dan berat membuat Baekhyun terkejut saat anak itu berusaha membaca kalimat yang tidak ia mengerti dengan baik.

Di...dunia yang b-berikutnya,

bila...kau te... terlahir kembali sebagai seekor burung cantik,

Aku... ingin terlahir kembali... sebagai pohon besar.

Walau ku harus... menunggumu,

di satu... tempat,

Ingin ku... terlahir kembali... sebagai sebuah... pohon,

tempat kau... beristirahat... saat s-sayap-sayapmu... lelah.

"Bagus," Baekhyun tersenyum lembut, mengamati bagaimana bibir Chanyeol bergetar dan matanya berkedip cepat seakan tidak mengerti sama sekali apa yang barusan ia baca. Mungkin memang tidak. Puisi itu mengungkapkan perasaan dan sentiment yang bahkan menurut Baekhyun aneh dan membingungkan.

Chanyeol tidak kunjung menaruh buku itu dalam waktu yang lama.

"Aku bawakan 'Sexy Baek'!" Jongin berseru-yang membuatnya jengkel-dan mengaitkan lengannya di pundak Baekhyun seakan sudah tidak melihatnya selama bertahun-tahun. Mereka berjalan beriringan menuju lapangan sepak bola, sangat berkeringat sampai Baekhyun bisa merasakan keringat Jongin meresap ke bajunya.

Baekhyun sengaja menghindari teman-teman se-tim-nya sepanjang latihan pagi itu. Dia hanya tidak dapat menatap mata mereka tanpa membuang muka dengan muak karena bisa saja salah satu dari merekalah yang sudah menjebak Chanyeol di dalam kamar kecil, seakan tidak masalah kalau Chanyeol bersaudara dengannya. Siapa yang dia bohongi sebenarnya? Dia tidak bisa menyalahkan mereka, terutama saat mereka tidak punya seorang pun yang mengingatkan mereka bahwa apa yang mereka lakukan tergolong pelecehan dan penggencetan.

"Kemarin kau tidak mengunci Chanyeol di kamar kecil, kan?" gumamnya selagi keduanya berjalan ke tengah lapangan.

"Apa?"

"Bukan apa-apa."

Pertandingan musiman tinggal seminggu lagi, dan anehnya, Baekhyun tidak merasa ingin berlari.

.

.

Baby's BreathWhere stories live. Discover now