Chapter 26

7.6K 977 33
                                    

Baby's breath 26

.

"Hei, bagaimana perasaanmu, Baekyeonce?" senyum Jongin sembari menarik kursi untuk duduk di samping temannya yang tengah dirawat. Setelah berjam-jam lamanya, Baekhyun akhirnya membuka mata dan Jongin kebetulan menjadi orang pertama yang menyaksikan.

Jongin tak mampu meninggalkan sisi tempat tidur Baekhyun meskipun hari telah larut dan para dokter mendesaknya untuk kembali lain waktu. Ada rasa kesetiaan, tentu saja, namun pengkhianatan juga turut bergolak dalam perutnya. Jongin pikir, andai saja ia sampai lebih awal, mungkin ia mampu mencegah semua ini terjadi, atau bila saja ia cukup berani untuk masuk ke dalam bara api, maka Chanyeol tak akan butuh waktu selama itu untuk membopong Baekhyun keluar.

Ia bertanya-tanya bagaimana Chanyeol melakukannya. Bagaimana caranya Chanyeol mampu mengumpulkan keberanian untuk memasuki sebuah gedung yang terbakar dengan membawa seseorang yang sama berat dengannya? Bagaimana caranya ia mampu mempertaruhkan segala yang ia miliki hanya untuk menyelamatkan orang lain? Mungkin, pikir Jongin, mungkin untuk mengambil resiko tak ada hubungannya dengan seberapa pintar dirimu namun seberapa besar rasa cintamu.

Tetap saja, hal itu tak menghapus rasa bersalahnya, ketika ia menatap Baekhyun dan melihat pemuda itu beranjak duduk. "Santai saja." ucapnya, "Semuanya mengkhawatirkanmu, kau tahu. Kau baik saja?"

Baekhyun menatap sekeliling dan mengeluh, mengusapkan tangan pada wajahnya yang terasa kaku seluruhnya. "Yeah, rasanya seperti dilempar dengan batu-bata." ia bergumam, memijat bagian kepalanya yang terasa sakit. "Berapa lama aku tertidur? Dimana Chanyeol?"

Jongin tak tega untuk menjawab pertanyaan kedua dengan jujur, jadi ia menjawab yang pertama. "Beberapa hari. Berita baiknya Chanyeol baik-baik saja, berita buruknya... yah..." Ia mengernyit, tak mampu bertemu pandang Baekhyun ketika sang pemuda menyibak selimut dan menemukan kedua kakinya yang terbebat gips tebal. "Kakimu patah. Kau dilarikan ke ruang operasi dan mereka menyambungnya kembali."

"Apa?"

"Kau tak bisa bermain bola lagi, Baek. Mereka memasukkan pipihan besi dalam tulangmu, para dokter bilang kau harus istirahat total dari olahraga."

"... Apa?" tanya Baekhyun lagi, menatap Jongin tak percaya.

Menghela nafas, Jongin bangkit dan meraih catatan yang disematkan di ujung tempat tidur. Ia membolak-balik halaman-halamannya, membaca diagnosa para pasien dengan nada mengejek hanya untuk mencerahkan suasana. Ketika ia selesai, ia merendahkan catatannya dan menghela nafas, kembali terduduk di kursi. "Hei... tapi kau tak pernah tahu, bila kau akan mampu untuk berlari lagi, kau bisa menentukan standar dan menjadi keajaiban yang dibicarakan para dokter, 'kan?"

Ia tersenyum, namun tidak dengan Baekhyun. Malam itu, Baekhyun menangis berjam-jam dan kaus Jongin basah oleh air mata.

Seminggu kemudian, sidang kasus diadakan untuk menentukan nasib Chanyeol. Nasib yang mana tak ia miliki pada awalnya, namun ketika para dewan yang mengerjakan kasusnya menerima petisi bertandatangan dari sebuah sekolah yang menentang rehabilitasi Chanyeol, dewan sidang memutuskan membawa dua pengacara kasus untuk menyelesaikan kasus hingga tuntas.

Dua-puluh empat jam sebelum kasus dibuka, pengacara pembela meminta kaset rekaman dari ruang tahanan Chanyeol, untuk menginvestigasi apakah benar pemuda itu memang bersifat brutal sehari-harinya. Para staf enggan untuk menyerahkan sebuah kaset yang menampilkan lorong sunyi dan ruang tahanan pribadi institusi itu.

Namun, ada satu adegan dimana Chanyeol berlari keluar ruangan, memukul dan menendang para staf yang menghalangi jalannya. Sang pengacara mengembalikan kaset rekaman pada kepolisian dan mencari bukti baru.

Baby's BreathDär berättelser lever. Upptäck nu