Chapter 16

8.6K 1.1K 22
                                    

Baby's breath 16

.

Butuh waktu beberapa lama bagi Chanyeol untuk akhirnya menyadari apa yang hilang dari tempat itu, pot-pot tanah dan wangi-wangian bunga bakung dan mawar yang menyapanya. Percikan warna di lingkungan yang kelabu itu, hilang, tertutup papan tua dengan rantai-rantai bergelayut diterpa angin. Untuk beberapa saat lamanya Baekhyun melihat Chanyeol, dia pun mengatupkan bibir rapat dan memalingkan wajahnya.

Bibir Chanyeol bergerak sangat sedikit, seakan-akan untuk membaca tanda tak dikenal di kepalanya, lalu menerjemahkannya ke dalam suara. Butuh waktu baginya untuk membaca tinta merah "DIJUAL" menghiasi barikade tersebut, dan sedikit lebih lama lagi untuk mengerti artinya. Dia menoleh pada Baekhyun, bingung, diam-diam bertanya, memohon suatu jawaban.

"Chanyeol... Itu..." Dia mendesah, tidak sanggup menenangkan Chanyeol karena dia sendiri amat terkejut juga. Setelah neneknya berpulang, ibunya sudah memutuskan untuk menjaga tokonya meskipun keadaan finansial mereka sulit. Bahkan di saat mereka bergelimang utang, ibunya tidak pernah menjual toko bunga itu pada para tuan tanah yang tertarik karena hanya itulah satu-satunya pusaka yang mereka punya. Kenangan tentang tempat itu berharga bagi keluarga mereka. Berharga bagi Chanyeol.

Chanyeol menatap tanda itu lama sekali dan Baekhyun tak punya hati untuk menarik pemuda itu, sampai pemuda tinggi itu membungkuk untuk mengambili pecahan-pecahan pot yang berceceran di tanah. Sebagian besar bunga-bunganya dibuang ke tempat sampah, yang layu diinjak-injak di tanah untuk membusuk di sana secara alami.

"Hei, jangan ambili itu." Baekhyun memperingati, khawatir Chanyeol akan melukai jarinya dengan serpihan-serpihan tajam gerabah dan keramik.

Ada pagar di samping toko bunga yang dulunya dipakai untuk menaruh tanah yang sudah didaur ulang untuk menanam di pot, dan itu bahkan dirusak. Pemandangan pagar putih yang dirusak tali-talinya adalah pemandangan yang mengerikan, tapi itu tidak menghentikan Chanyeol untuk melangkahi apa yang dulunya menjadi surganya untuk kemudian memunguti bunga-bunga yang rusak.

Baekhyun mengikutinya, sambil mengenyahkan lalat dan sarang laba-laba yang memenuhi tempat dengan tangan. Dia tahu dia punya alasan menghindari halaman belakang. "Chanyeol, sudah mulai gelap," katanya, "kita harus pulang sebelum..." Ia kehabisan kata-kata saat halaman belakang memasuki pandangannya. Itu adalah sepetak tanah kecil berbentuk kotak terakhir kali ia melihatnya, namun sekarang, tanah itu diselimuti oleh sesuatu yang nampak seperti bulu, sekumpulan bunga Baby's Breath. Petak itu terlihat bagai berselimutkan salju. Setiap semak-semaknya dipangkas dengan hati-hati dan dirangkai dengan sempurna. Baekhyun nyaris mendengar bunga-bunga itu terkikik-kikik saat ia melangkah ke kebun bersalju itu.

Dia tidak pernah melihat begitu banyak Baby's Breath berkumpul di satu taman sebelumnya, terutama, sendiri tanpa mawar atau bunga-bunga lainnya di tengah.

Chanyeol tidak mempermasalahkan Baekhyun yang mengetahui tempat ajaibnya, ia berjongkok dan menggali tanah subur itu dengan tangan. Dengan hati-hati, ia meletakkan bunga layu yang dibawanya ke lubang dangkal, lalu menguburnya lagi.

Baekhyun hampir merasa seperti berada di acara pemakaman resmi karena seumur-umur ia tidak pernah melihat Chanyeol sangat serius sampai-sampai ia merasa berkewajiban menghormati prosesi penguburan dan berdiri di samping.

"Bunga... juga punya perasaan." Chanyeol tersenyum lembut, berhenti sejenak dan membasahi bibir seolah sedang memikirkan perkataan selanjutnya. "Orang-orang mengira... begitu... karena mereka tidak mendengarkan."

"Benarkah? Apa yang mereka katakan sekarang?" Bakhyun tertawa kecil, memutuskan untuk mengikuti begitu pemuda satunya memetik sebatang dari kumpulan Baby's Breath putih yang masih muda dan menyelipkannya di telinga Baekhyun.

Baby's BreathDove le storie prendono vita. Scoprilo ora