Chapter 21

8K 1K 31
                                    

Baby's breath 21

.

Desember tiba lebih cepat dari yang Baekhyun harapkan. Minggu-minggu setelah kepergian Chanyeol tak dapat dipungkiri meninggalkan lubang yang tidak dapat diperbaiki di hatinya, tetapi selagi dunia berputar, waktu pun menyembuhkan sebagian luka. Baekhyun mulai menata jalan menuju masa depannya kembali tanpa banyak mengkhawatirkan soal Chanyeol, karena dia harus berhenti menggunakan saudara tirinya sebagai tongkat penopangnya sebelum ia lupa bagaimana caranya berjalan seorang diri.

Tetapi, sekali lagi hidup membuatnya bosan.

Dia sudah mulai bermain sepak bola lagi bersama kawan-kawannya dan bertanding dalam beberapa pertandingan kecil, namun segelintir kegembiraan yang ia rasakan saat berlari ke dalam lengan Chanyeol setelah mencetak gol atau saat melihat saudara tirinya bersorak untuknya dari bangku penonton, kini menghilang. Saat sepak bola tak lagi cukup menghabiskan waktunya, ia pun mulai belajar dan lulus ujian masuk dengan hasil yang sangat memuaskan. Ia pikir ia tidak mengerjakannya dengan baik, tapi ibunya tetap mendukung. Jujur, dia tidak ingin mengecewakan ibunya setelah beliau mulai mengikuti acara Minggu lagi untuk berdoa agar setidaknya salah satu kampus Ivy League menerima puteranya.

Setelah ujian masuk berakhir, para senior, termasuk Baekhyun, mulai mengembangkan kebiasaan untuk membolos kelas dan menjalani hari-hari terakhir kebebasan mereka dengan serampangan sebelum kuliah. Tidak ada yang benar-benar berubah dengan lingkaran pertemanannya setelah Chanyeol pergi.

Luhan harus kembali ke Cina minggu kemarin saat orang tuanya berpikir bisnis mereka tidak berjalan mulus di Korea, maka mereka pergi. Yah, bagian terpentingnya yaitu, Luhan telah meninggalkan Sehun, dan Sehun sangat depresi sampai-sampai menolak keluar sepulang sekolah. Meski ada satu hal yang tidak berubah darinya: Sehun tidak pernah berhenti menjadi sukarelawan, pekerjaan yang ia ambil saat berpacaran dengan Luhan.

Jongin... Jongin masih tetap sama, kurang lebih, tapi dia mulai berkencan dengan seorang gadis bernama Jung Soojung dari SMA khusus perempuan dekat sana. Gadis itu luar biasa cantik dan tidak heran kalau Jongin berpacaran dengannya, tapi dia semacam-

"Perempuan jalang." Baekhyun mendesah, "Dia perempuan jalang, Jongin. Putuskan saja dia."

"Hei," Jongin mengernyit, meninju temannya di bahu (hanya untuk membuktikan statusnya sebagai pacar yang defensif, tidak lebih), "aku tahu ini baru tiga hari atau sekitarnya, tapi dia keren."

"Tidak, dia jalang. Dia bukan tipe gadis yang mau kau bawa ke rumah pada ibumu."

"Aku tahu, man," Jongin menghela napas, tapi Baekhyun menangkap tatapan temannya itu yang menyuruhnya untuk mengganti topik. Ia tidak tahu apa yang Jongin lihat dari gadis yang bermasalah seperti itu, tapi sekali lagi, Jongin punya selera yang aneh dan insting natural untuk mendekati bahaya. Ia tak pernah mengerti itu, tapi ia pikir itu hanya-Jongin merasakan sesuatu pada Soojung yang tidak dapat dimengerti siapapun.

Ia melirik jam tangannya dan menghembuskan napas, napasnya bergulung menjadi embun di udara. Akhir-akhir ini cuaca begitu dingin, mereka harus memakai setidaknya tiga lapis pakaian di balik seragam sekolahnya dan menyimpan lip balm di sakunya supaya bibir mereka tidak pecah-pecah karena cuaca. Sejak salju pertama bulan lalu, nyaris tiap hari turun salju.

"Kita harus menjenguk Sehun," katanya pada Jongin saat mereka berjalan ke arah apartemen Sehun. Setelah kepergian Luhan, pernah dia dan Jongin mengunjungi Sehun dan menemukan teman mereka itu muntah di toilet dengan botol-botol soju berserakan di lantai kamar mandi. Benar-benar menyedihkan, betapa Sehun kehilangan Luhan saat tidak satupun orang tuanya pernah ada di rumah. Meski telah mengenal Sehun bertahun-tahun, Baekhyun tidak pernah melihat orang tuanya karena mereka selalu keluar, entah berjudi atau minum-minum dengan pria dan wanita lain. Baekhyun ingat pernah berkunjung ke apartemen Sehun dulu dan menemukan kulkasnya penuh berisi alkohol dan makanan pembuka untuk bir, juga beberapa kontainer plastik berisi makanan sampingan yang sudah busuk.

Baby's BreathWhere stories live. Discover now