Final Chapter 29

21.5K 1.4K 169
                                    

*Final Chapter;

.

Baekhyun membuka mulut untuk berkata sesuatu namun kata-kata meloloskan diri dari kepalanya, hampir seperti ketika orang-orang melupakan bait-bait pidato pembukaan mereka. Pikirannya kosong saat ini, bertumpu pada setiap bagian kecil memori yang ia miliki untuk berkata sesuatu yang berarti pada Chanyeol.

Ia menoleh ke samping dan melihat saudaranya merawat bunga-bunga dan tak memperhatikannya, seperti biasa. Ada kelembutan dalam sentuhannya yang juga menenangkan Baekhyun, seolah bunga-bunga itu adalah dirinya dan Chanyeol memastikan setiap daun dan kelopak tertata rapi. Ia bahkan telah membawa penyiram entah dari mana dan tengah mengurus bunga-bunga yang telah menempuh perjalanan jauh dari kebun belakang toko bunga dimana matahari sukar bersinar hingga ke tempat ini. Baekhyun tersenyum saat Chanyeol tersenyum.

"Chanyeol," ia memanggil saudaranya kembali, berharap perhatian Chanyeol tak teralihkan pada sesuatu yang lain dalam beberapa detik.

"Terimakasih." Baekhyun berujar setelah jeda sejenak, "Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kukatakan tapi terimakasih. Aku merasa seperti... semua telah terucapkan tanpa kuketahui... dan kita telah melalui banyak hal. Kau selalu berada di sisiku, selalu. Kurasa terkadang aku tak melakukan cukup banyak hal untukmu karena kau selalu mendukungku tak perduli apa yang terjadi. Aku..." ia berbalik untuk melihat apa yang Chanyeol lakukan dan menghela nafas dramatis ketika ia melihat Chanyeol membungkuk di atas lumpur, menyingkirkan kerikil disana.

Ia tak mendengarkan.

"Chanyeol!" jeritnya, "Aku tengah mengutarakan isi hatiku padamu dan kau tak mendengarkan!"

Chanyeol menyeringai seolah ingin mengucapkan maaf dan berdiri di samping Baekhyun kembali, pandangannya beralih pada saudaranya yang seketika menyesali apa yang telah ia katakan. Mungkin akan lebih baik bila Chanyeol tak mendengarkan karena tekanannya lebih berat ketika a menatapnya sepanjang waktu.

Baekhyunm berdeham dan memikirkan hal lain untuk dikatakan. Sesuatu yang tak begitu picisan. "Kau tahu... Aku juga minta maaf. Maaf karena telah memanggilmu bodoh selama ini dan aku benar-benar minta maaf untuk..." Ia mengerling Chanyeol dan melihat saudaranya tersenyum lebar padanya . Ia tak bisa serta merta mengatakan bahwa ia bodoh di hadapannya jadi ia menelan kembali kata-katanya dan menebak bahwa Chanyeol mengerti apa yang ia pendam. "Maaf karena telah menyakitimu." Itu dia. Hal itu terdengar sedikit lebih baik dan pantas.

"Tak mengapa." Senyum Chanyeol. "Aku senang aku bisa bersamamu."

Baekhyun pikir hal itu aneh bagaimana kata-kata itu mempunyai kekuatan untuk membuat hatinya berdenyut, dan ia tak yakin mengapa. Ia berpaling untuk menyembunyikan semu yang telah menyebar di pipinya dan mengangguk beberapa kali. "Kau bilang "Aku"," ucapnya, terkekeh, "Kau selalu menyebut dirimu sebagai Chanyeol, dan sekarang kau dirimu sendiri?"

"Milik Baekhyun!" Chanyeol berseru dengan senyum yang mampu menyinari ribuan kota.

Bahkan setelah teman-temannya pulang dan mengatakan mereka akan bertemu lagi di sekolah, Baekhyun menghabiskan waktu bersama Chanyeol, bercengkrama. Sialnya, tak ada banyak hal yang bisa dilakukan ketika ia memakai kursi roda, jadi ia tetap tinggal di ruang keluarga dengan Chanyeol sementara saudaranya menghidupkan televisi untuk kartun sore. Lama-kelamaan, keduanya mula merasa bosan dan Baekhyun menggantinya ke saluran olahraga.

Ia menghela nafas ketika hal pertama yang muncul adalah siaran ulang pertandingan sepak bola.

Chanyeol sepertinya menyadari hal itu karena ia tiba-tiba berdiri dan menunjuk keluar. "Ayo keluar, Baekhyun!" ia berujar dan jelas bahwa ia tak menerima penolakan.

Baby's BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang