Chapter 22

7.2K 1K 5
                                    

Baby's breath 22

.

Hampir sebulan Baekhyun menunggu surat dari Chanyeol, seringkali hampir satu jam menunggu tukang pos di depan kotak surat untuk menyerahkan muatan paginya. Tukang pos itu tahu apa yang dia tunggu, dan menggelengkan kepala sambil memberitahunya "maaf, nak" sudah menjadi kebiasaan saat hanya ada tagihan yang dapat ia serahkan kepada Baekhyun.

Sebulan belum pernah terasa begitu lama baginya, menunggu berjam-jam demi sebuah amplop yang mungkin tidak berarti apa-apa melainkan hanya secarik kertas bagi orang lain.

Ibu Baekhyun sudah mendapat pekerjaan yang tetap sebagai seorang sekretaris, jadi dia sering lembur dan pulang ke rumah, mendapati Baekhyun sedang memberengut di ruang tamu. Dia akan bertanya "tidak ada surat?" dan mencoba meyakinkan putranya bahwa Chanyeol mungkin sedang sibuk, atau institusinya telah kehabisan perangko. (Baekhyun pikir itu semua omong kosong)

Saat sebulan menjadi berbulan-bulan dan berminggu-minggu, Baekhyun akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk menelepon sendiri institusinya dan seketika frustasi karena penerima telepon otomatis tidak bisa menyambungkannya dengan salah satu pekerja sampai hampir dua puluh menit kemudian. Dia menanyakan Park Chanyeol dengan nada yang paling tenang, sebisa mungkin yang bermartabat, tetapi niat sopannya untuk berunding ditolak dengan teguran tentang syarat dan ketentuan yang harus dia ikuti sebelum dia membuat permintaan pribadi. Pada akhirnya, dia merasa lelah berargumen dan menyerah.

Dia mengirim surat lain kepada Chanyeol, bertanya apa kabarnya, sambil terlambat memikirkan bahwa mungkin saja surat pertamanya hilang di kantor pos. Itu bisa saja terjadi. Itu adalah kemungkinan yang paling mungkin. Dia berharap bahwa itu adalah masalahnya, tapi bukan itu. Surat kedua juga menghilang, jadi Baekhyun mampir ke kantor pos sendiri untuk melacak keberadaan suratnya dan menemukan bahwa surat-suratnya telah diterima.

Lalu kenapa Chanyeol tidak mengirim apa-apa?

Dia berbolak-balik memeras otak dan menarik kesimpulan yang gegabah mengenai mengapa Chanyeol tidak membalas surat-suratnya. Apakah karena apa yang sudah ia tulis? Apa Chanyeol tidak lagi punya waktu untuknya? Sudahkah ia tergantikan? Pikiran yang paling aneh, acak memenuhi pikiran Baekhyun sampai dia tidak bisa lagi menunggu.

Dia memutuskan untuk pergi ke Seoul.

Pada hari Sabtu, Baekhyun membawa beberapa kue kering kesukaan Chanyeol di dalam tasnya dan membeli tiket bus ke Seoul, yang sangat mahal mengingat butuh beberapa jam menuju ke satu kota besar ke kota besar lainnya. Dia berakhir menghabiskan nyaris setengah dari uang sakunya, tetapi Baekhyun tidak terlalu peduli dengan biayanya pada saat itu. Dia tahu bahwa Chanyeol berada dalam masalah, dia rela menjual baju yang ia kenakan dan rumahnya demi mengeluarkannya dari masalah tersebut.

Perjalanan bus ke Seoul melonjak-lonjak dan membosankan, Baekhyun mulai mabuk perjalanan di jam-jam pertama dan muntah ke dalam tasnya karena dia tidak bisa melontarkannya ke tempat lain. Begitu banyak ke makanan ringannya.

Saat dia turun dari bus, dia berada di daerah kota terpencil yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dia membayangkan Seoul adalah kota dengan kerlap-kerlip lampu dan orang-orang yang sibuk berjalan terburu-buru, tetapi dia turun di dekat kota yang kumuh dan terlihat seperti akibat dari penyerangan zombie.

Baekhyun memutuskan untuk mengikuti petunjuk di peta dan sampai di taman kecil dan mencuci noda muntah pada tasnya di sebuah air mancur di sana (baunya tidak mau pergi, tapi setidaknya tasnya bersih).

Setelah berjalan beberapa mil melewati rumpun tanaman ceri dan nyaris saja ditabrak oleh sepeda motor, dia menemukan patung selamat datang dan pagar-pagar yang bersih dan mengkilap. Dia mengira di sana akan ada mesin yang menjaganya tetap terkunci atau penjaga, tetapi Baekhyun hanya mendorongnya dan pagar besi itu terayun terbuka.

Baby's BreathWhere stories live. Discover now